Ini mungkin satu dari sekian banyak pengalaman yang sempat dirasakan banyak wanita ketika naik KRL Jakarta-Bogor. Kebetulan untuk gerbong 1 dan gerbong 8 memang dikhususkan untuk penumpang wanita. Penguna jasa angkutan masal ini terutama banyak wanita diantaranya memanfaatkan gerbong yang dikhususkan tersebut untuk menghindarkan tindak pelecehan yang takutnya terjadi jika digerbong campuran. Saya fikir digerbong ini sangat nyaman, tapi ternyata tidak untuk jam-jam sibuk, seperti jamkerja.
Ini Cerita saya:
Waktu itu bertepatan dengan jam pulang kerja, kebetulan saya naik pas di gerbong khusus wanita, dalam perjalanan mungkin saya sudah cukup mengerti dengan kumpulan ibu-ibu yang suka naik dari stasiun sebelumnya , mereka kebanyakan memang sudah mendapatkan tempat duduknya masing-masing.
Setelah itu beberapa selang setelah kereta jalan, ada seorang ibu-ibu tengah hamil tua, hal yang paling membuat asya miris, sang ibu hamil tersebut tidak sama sekali diprioritaskan untuk duduk. Kemudian pas sekali ada orang yang ingin turun, kemudian sang ibu tersebut dipersilahkan untuk duduk oleh penumpang, sedangkan gerombolan ibu-ibu tersebut mungkin tidak terima, biasalah mereka lebih memprioritaskan untuk temannya tersebut. Sepanjang perjalanan kereta mereka terus menyindir sang ibu hamil tersebut dengan kata-kata yang menurut saya tidak pantas dilontarkan oleh seorang wanita, apalagi saya yakin mereka juga pernah hamil dan melahirkan. Begini sindirannya: “ iya gak papa gw juga hamil 10 bulan gak keluar-keluar”.
Sentak saya langsung mentap banyolan ibu-ibu tersebut yang saya rasa tidak pantas diucapkan. Egois yang tampak di gerbong ini membuat saya kapok untuk naik digerbong ini lagi, sayapun mengerti pikiran mereka mungkin berfikir “ kita sama-sama wanita”. Tapi sekali lagi jelas sudah jika kita harus meberlakukan sistem yang ada, memprioritaskan yang pantas seperti manula, ibu hamil,Ibu dan Balita, dan penyandang cacat, dan logo itu sudah dipasang di dalam gerbong KRL.
Ternyata bukan hanya itu saja, sikap tak perduli, ingin menang sendiri dan juga merasa memiliki baiknya tidak ada di dalam KRL , sebab kereta itu transportasi umum, saya mengerti kita sama-sama bayar karcis, sama-sama susah, sama-sama capek tapi haruskah kita juga saling tidak perduli dengankesushan orang lain. Meskipun tidak semuanya bersikap demikian, tapi alangkah baiknya jika kita saling berbagi dan lebih sedikit peduli lagi
sumber gambar :
www.mediaindonesia.com
patriotika.multiply.com
My Blog : http://sayhitohenny.blogdetik.com/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H