CERITA mudikku dalam beberapa tahun terakhir mungkin tak terlalu heboh. Maklum, jarak daerah di mana aku tinggal dengan kampung Emak tidaklah terlalu jauh, masih satu Provinsi Jawa Tengah. Aku yang tinggal dengan anak istri di Pekalongan, sementara Emak tinggal di Tegal. Jarak yang hanya butuh waktu 1,5 jam jika menggunakan kereta, pun dengan bus atau sepeda motor selisih waktunya tak terlalu banyak.
Tapi jarak yang relatif dekat itu bukan berarti steril dari keseruan mudik brikut berbagai permasalahan yang kerap membayangi. Sedekat dan sesingkat apapun, aktivitas mudik pastilah menyimpan sisi keribetannya sendiri. Apalagi jika tak dipersiapkan dengan baik, bisa-bisa kacau.
Nah, dengan jumlah keluarga kecil, istri dan dua anak kecil, aktivitas mudik dari Pekalongan ke Tegal pun bisa menjadi pengalaman yang menyenangkan, tetap meletupkan sensasinya tersendiri. Dalam dua tiga tahun terakhir, aku biasanya berbagi tugas dengan istri. Sementara dia dan kedua anak kami naik kereta, aku sendiri memilih mudik dengan sepeda motor.
Bukan hanya karena alasan asyik menikmati perjalanan, tetapi juga meringankan beban istri. Dengan mengendarai motor seorang diri, aku sekaligus bisa membawa tiga tas perlengkapan mudik. Sementara istriku hanya membawa tas jinjing atau ransel kecil untuk kebutuhan selama di kereta. Ini terkesan remeh dan sepele, tetapi jika tak dipersiapkan, aktivitas mudik aman dan terutama nyaman bisa sangat terganggu. Nah, sesuai pengalamanku, beberapa tips ini mungkin perlu diperhatikan para pemudik.
Prinsip pertama, adalah berbagi tugas. Jangan pernah anggap sepele, mudik dua tiga hari saja bisa menuntut barang bawaan yang tak simpel. Hal ini terutama karena ada anak-anak, terlebih untuk perempuan. Maka sejak perencanaan, harus ada kesepakatan yang adil agar segalanya tak membebani istri. Misal soal pemesanan tiket kereta, pengemasan barang bawaan, dan lainnya.
Kedua, berbagi tugas juga mengandaikan komunikasi yang baik antara suami dan istri untuk mencegah potensi miskomunikasi yang tak perlu. Jangan salah, miskomunikasi sekecil apapun saat di perjalanan bisa menjadi masalah yang besar dan bahkan memicu pertengkaran. Komunikasi itu termasuk soal barang dan perlengkapan apa saja yang mau dibawa. Ini jadi krusial dikomunikasikan, karena ada kebiasaan yang berbeda antara laki-laki dan perempuan.
Bagi suami, pikirannya seringkali simpel, bahkan kadang terlalu simpel. Pikirnya, tak perlu bawa banyak barang, misal pakaian. Tapi hal itu tak berlaku bagi istri, yang dengan detailnya memikirkan setiap kebutuhan yang harus dipenuhi selama perjalanan mudik hingga di kampung halaman. Jangan kaget, kalau pulang kampung sehari saja, istri membawa dua tas besar. Karena yang dipikirkan bukan hanya dirinya, tetapi anak-anak dan tentu suaminya.
Nah, biasanya, aku akan menentukan pakaian dan barang bawaan, istri juga mengaturnya untuk diri dan anaknya. Setelah disepakati, maka aku membantu istri mengemas barang bawaan itu dalam dua atau tiga tas besar.
Ketiga, pastikan suami dan istri sama-sama bertanggung jawab dan saling mengisi kebutuhan anak di perjalanan atau di kampung halaman. Bagaimanapun, suasana di kota mudik tidaklah sefamiliar di rumah sendiri. Kesalahan sekecil apapun, jika tidak dikomunikasikan dengan baik dan sikap saling menanggungjawai, semua bisa menjadi masalah serius. Kan lucu juga, mudik tapi isinya pertengkaran dan saling menyalahkan. Itu saja tips mudik sederhana dariku. Selamat menunaikan silaturahim bagi kompasianer yang akan mudik ke kampung halaman. Semoga aman, lancar, dan nyaman perjalanannya. [] Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H