SUATU hari, di jelang siang, kepala mendadak nyeri. Rasanya limbung. Mungkin perlu makan, pikirku. Tapi setelah menyantap nasi, rasa pusing itu tak juga reda. Kurunut penyebabnya, tak juga ketemu. Padahal, tak seperti biasanya, paginya pun menyempatkan sarapan, meski dikejar waktu.
Agh, ini dia asbabul pusingnya: ternyata kopilah biang keladinya. Ya, baru sadar, paginya tak sempat ngopi karena buru-buru. Bergegaslah ke warung memesan kopi, pusing pun berangsur hilang. Begitulah derita para pecandu kopi. Jangankan satu hari, melewatkan jadwal meminum kopi saja bisa bikin pusing kepala. Repot bukan?
Lantas, bagaimana saat berpuasa Ramadhan? Bukankah sejak subuh sampai maghrib tak boleh makan dan minum, apalagi ngopi. Ya mungkin ini mukjizat, atau bisa jadi membuktikan bahwa menyandu juga soal sugesti. Nyatanya, saat dipaksa melewatkannya pun mampu. Seperti perokok berat yang tetap kuat puasa ngrokok seharian.
Apakah semudah itu? Pengalamanku tidak sesederhana itu. Saat tak sahur karena bangun kesiangan misalnya, siang hari kepala terasa agak pusing. Tetapi ya itu, pusingnya bukan karena tak makan atau tak minum sebelum subuh, tetapi karena tak sempat ngopi saat sahur. Loh, darimana tahunya, pecandu kopi pasti bisa merasakannya.
Untuk diketahui, dalam sehari saya biasa menghabiskan lima gelas kopi. Sejak pagi sampai dinihari. Lantas, bagaimana menjaga stamina saat puasa agar terhindar dari sindrom pusing di siang hari? Yang pasti, ngopi saat sahur, menikmatinya sampai menjelang adzan subuh. Secangkir kopi ini amat penting untuk menjaga coffee effect selama seharian berpuasa. Untuk menambah sedikit kalori, saya memilih tak meminum black coffee, tetapi kopi hitam disedu dengan susu kental manis, sehingga tak perlu gula. Sambil menikmati aromanya, tiupkanlah pesan. "Wahai kopi, hari ini aku puasa. Sampai dengan maghrib nanti, jagalah efek kafeinmu di tubuhku," begitu pesannya.
Tenang saja, tidak lama. Karena jam puasa terberat sebetulnya pagi sampai waktu dzuhur. Di atas itu, situasi batinnya sudah seperti sore: hanya menunggu saatnya berbuka. Nah, sesaat sebelum adzan, raciklah kopi kesukaanmu. Kalau aku, masih sama dengan racikan saat sahur: kopi hitam disedu dengan susu kental manis. Begitu adzan berkumandang, teguklah, tapi tentu bukan kopi yang pertama. Bisa kaget perutmu. Minumlah teh manis, disusul air putih, makanan ringan, barulah melepas rindu dengan kopimu.
Kapan kopi selanjutnya? Kalau aku selepas shalat tarowih, sambil ngemil lagi. Malamnya kembali ngopi untuk teman menulis. Nah, dua coffee time itu baru cocok dengan black coffee, apalagi jika kopinya robusta. Mantap nian pastinya. Â Itulah kiat menjaga stamina selama berpuasa bagi pecandu kopi. Seperti saya, dan mungkin Anda. []
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H