MENDADAK mengantuk saat guru atau dosen tertentu mengajar itu biasa. Terlebih jika cara mengajar sang guru/dosen itu sama sekali tak menarik, sehingga ngantuki; entah karena terlalu monolog dan miskin interaksi dengan murid atau mahasiswanya, terlalu sombong dan melangit, sampai tipe orang yang terlalu asyik dengan dirinya sampai alpa untuk sekadar melihat respon pendengarnya. Â Ini juga berlaku untuk narasumber seminar, pelatihan, workshop atau apalah yang sejenisnya.
Jangankan hanya dosen guru, bahkan mengantuk saat acara pengajian juga sudah lumrah. Contoh paling sempurna adalah saat shalat Jumat, ketika khatib menyampaikan khutbah, tinggal dihitung berapa jamaah masih terjaga.Â
Entah kenapa, khutbah Jumat sangat menggoda kita untuk kantuk dan tertidur. Tentu tak adil kalau hanya menunjuk setan sebagai biang keroknya. Â Bisa jadi tema khutbah atau cara penyampaiannya juga memang itu-itu saja.
Tinggal kita jujur, dalam situasi tersebut di atas, bisakah kantuk hingga tidur disebut sebagai hak pendengar (audiens) yang butuh materi yang menarik atau penyampai materi yang kreatif dan bahkan atraktif. Â Tentu saja itu menjadi tugas penyampai pesan, pemateri,pembicara, speaker.
Sekarang situasinya tinggal kita balik, seandainya yang berbicara adalah kita. Apa respon kita jika nyatanya apa yang kita sampaikan tak cukup sukses mmemantik perhatian pendengar? Bagaimana sikap kita jika joke yang kita lempar ke audiens ternyata garing, jayuz, kagak lucu pisan? Apa yang akan kita lakukan jika di tengah materi, sebagian pendengar terlihat lelah, letih, bosan, mengantuk, hingga tertidur. Â Mungkin kita akan kehilangan gairah, mendadak bad mood, frustasi atau bahkan marah.Â
Tetapi menimbang pembahasan sebelumnya, rasanya tidak adil jika kita kesal dengan rendahnya respon pendengar. Karena siapa tahu sumber kesalahan itu justru berpusat di diri kita. Kalau memang materi yang kita sajikan kurang menarik, cara penyampaiannya juga tak kreatif, maka tidak fair juga kalau kita marah-marah. "Kalau tidak niat dan tidak minat menyimak materi saya, silahkan keluar !"
Wah, serem nian kalau sampai kalimat itu keluar. Karena justru potensial menambah daftar kurang simpati audiens. Bagaimana jika mendadak seluruh audiens keluar ruangan karena memang tak tertarik dengan materi atau cara penyampaian kita? Kenapa tidak kita balik cara berpikirnya. "Wah, materi saya kurang menarik nich. Atau jangan-jangan saya kurang kreatif menyampaikannya,"
Jadi, jangan marah jika melihat audiensmu tiba-tiba ngantuk dan bahkan ketiduran di tengah jalan. Ada baiknya, sebelum masuk ke materi, kita buat tantangan untuk diri kita sendiri. Â
"Teman-teman, saya tahu, mungkin ini bukan jam komunikasi yang efektif untuk menyampaikan materi. Tetapi tugas seorang komunikator, spekar, adalah mengkonversinya agar tetap efektif. Jadi nanti di akhir akan kita lihat, kalau banyak yang ngantuk, berarti pesan saya tak efektif. Tapi kalau teman-teman masih antusias sampai akhir materi, berarti cara penyampaian saya efektif. Jadi silahkan, kalau nanti materi saya tidak menarik, jangan ragu untuk mengantuk, bila perlu tidur saja. Artinya saya gagal sebagai public speaker".
Sekali lagi, jangan marah ya kalau audiens mengantuk. Toh, ngantuk adalah hak segala bangsa. ***Â Â