MEREKA yang masa kanak-kanaknya belum bersentuhan dengan teknologi internet tentu pernah menikmati asyiknya permainan; dolanan, yang oleh generasi saat ini disebut tradisional. Berbagai permainan berkelompok yang sarat nilai sekaligus mengandaikan kebersamaan yang interaktif dan tentunya menggembirakan.
Sebutlah permainan macam egrang, dakon, bekelan, lompat tali, lompat karet, hingga gopak sodor yang mengasyikkan. Anak-anak generasi masa kini tentu tak pernah memiliki pengalaman itu. Bahkan, sekadar mengimajinasikan serunya bergiliran lompat tali atau berjalan berdempetan sambil kedua tangan saling memegang bagu kawannya dalam gopak sodor atau dua regu yang saling menjaga bentengnya dan berupaya menyerang benteng pertahanan lawan.
Ya, generasi anak-anak zaman now bisa jadi tak punya cukup waktu untuk merasakan sensasi dolanan tempo dulu itu. Sebagian waktu mereka justru dihabiskan di depan layar gadget. Tak sedikit yang akhirnya menilai masa kanak-kanak, remaja generasi saat ini terrenggut oleh teknologi smartphone yang menawarkan banyak kemudahan, merangkum dunia hanya dalam satu genggaman.
Dalam beberapa kasus, kecanduan pada perangkat gadget juga merenggut waktu anak-anak untuk bersosialisasi. Dulu, empat lima anak raja berkumpul, hasilnya bisa main di sawah, mandi di kali, dan lainnya. Sekarang sekumpulan jumlah yang sama berkumpul, masing-masing bisa sibuk dengan handphone-nya. Tidak heran kalau sebagian orang mengungkapkan: gadget itu mendekatkan yang jauh, tapi menjauhkan yang dekat, hehehe.
Anak yang sudah kecanduan game online bahkan bisa mendadak autis saat asyik memainkan mobile legend misalnya. Sulit diajakk ngobrol, low respon saat ditanya.
Maka menguri-uri dolanan masa lalu dan memperkenalkannya pada anak-anak TK hingga SD sepertinya tak keliru. Meski ada jarak generasi untuk memahami, paling tidak generasi anak zaman now bisa mengenali asyiknya bermain bersama menjelajahi lingkungannya, tak perlu takut kotor, tanpa beban jargon hidup higienis.
Dalam keprihatinan serupa, langkah Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Disperpuska) Kabupaten Batang menggelar even dolanan tempo doeloe layak diapresiasi. Sebagai awalan, mereka mewajibkan seluruh perangkat ASN nya untuk bermain bersama setiap pekan sekali, tepatnya di hari Jumat pagi. Pegiat perpustakaan desa (perpusdes) pun ikut hadir menambah gayengnya permainan.
Kegiatan yang dipusatkan di pelataran Gedung Wanita, Jl Dr Wachidin Batang itu cukup untuk mengembalikan kenangan para pegawai yang tak lagi muda akan serunya kehidupan kanakk-kanak mereka dulu. Nyatanya, mereka tetap bisa tertawa bersama, menertawakan satu dengan yang lainnya.
Adegan itu bahkan cukup mencuri perhatian banyakk pengguna jalan. Sebagian memilih berhenti karena penasaran, sebagian yang lain mengajak anak-anaknya menonton bareng.Â
Sejumlah dolanan jadul itu dimainkan dengan penuh antusias, bahkan dipertandingkan antara Disperpuska versus perpusdes. Ada egrang, dakon, bekelan, lompat tali, hingga gopak sodor. "Ini khasanah masa lalu yang semestinya tak boleh hilang, baik dari ingatan generasi kita yang old maupun terutama generasi anak saat ini. Makanya generasi tuanya yang harus kasih contoh, nguri-uri kembali dolanan tradisional ini," kata Kepala Disperpuska Kabupaten Batang, Rahmat Nurul Fadilah, usai acara, medio Mei kemarin.
Menurut Rahmat, kegiatan kreatif itu juga diharapkan kian memperbanyak ruang terbuka yang ramah anak. Konon, lanjut dia, semakin banyak ruang publik semacam ini justru meningkatkan indeks kebahagiaan masyarakatnya.