Mohon tunggu...
Sayatora Silitonga
Sayatora Silitonga Mohon Tunggu... Penjahit - lulusan sastra nuklir

tidur

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Nasib Sekoci Tanpa Integrasi

9 September 2024   20:33 Diperbarui: 9 September 2024   20:54 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Semua untuk satu dan satu untuk semua, bersatu kita teguh bercerai kita runtuh."

- Alexandre Dumas.

            Indonesia, sebuah sekoci yang berlayar di samudra luas, memulai perjalanan panjangnya sejak tanggal 17 Agustus 1945. Sekoci ini diisi dengan lebih dari 17.000 pulau, 1.340 suku bangsa, 700 bahasa daerah, dan 6 agama, terus bergerak maju dengan segala keunikannya. Namun, perjalanan ini bukan tanpa tantangan, banyak badai dan angin kencang yang menyerang sekoci ini, bagaikan keberagaman, angin kencang bisa menjadi hal yang berdampak positif dan negatif pada saat yang bersamaan untuk proses berlayarnya sebuah sekoci. Angin kencang dapat mempercepat perjalanan kita,  namun pada saat yang bersamaan, angin tersebut bisa mengambil alih sekoci dan membuat sekoci itu tersesat entah ke mana.

Sama halnya dengan keberagaman yang kita miliki, ia bisa menjadi bagian dari identitas bangsa sekaligus menjadi tantangan besar dalam menjaga kesatuan dan keutuhan bangsa. Lalu, bagaimana cara mengatasi hal tersebut? Untuk mengatur akan ke mana perginya sebuah sekoci, dibutuhkan kerja sama antara manusia yang berada di dalamnya untuk menyatukan suara dan tujuan demi kepentingan bersama, atau bisa kita sebut dengan integrasi.

Integrasi nasional adalah fondasi yang menjaga agar sekoci ini tetap utuh, meski diterpa badai perbedaan suku, agama, budaya, dan bahasa. Integrasi adalah proses menyatukan berbagai elemen masyarakat yang berbeda ke dalam satu kesatuan yang harmonis, tanpa menghilangkan keunikan masing-masing. Dalam konteks Indonesia, integrasi nasional adalah upaya untuk memastikan seluruh komponen bangsa tetap bersatu padu dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Hakikat dari integrasi nasional adalah adanya kesadaran kolektif di antara seluruh elemen bangsa untuk tetap mempertahankan keutuhan sekoci ini. Integrasi membutuhkan komitmen bersama dari seluruh komponen bangsa, baik pemerintah, masyarakat, maupun individu untuk menjaga keberagaman sebagai kekuatan yang menyatukan, bukan memecah belah.

Namun, menjaga sekoci ini tetap utuh bukanlah tugas yang mudah. Sejak awal kemerdekaan, Indonesia telah dihadapkan pada berbagai ancaman disintegrasi yang muncul dari dalam negeri. Salah satu tantangan utama adalah bagaimana mengelola keberagaman tersebut. Keberagaman, meskipun merupakan aset bangsa, sering kali juga menjadi sumber konflik apabila tidak dikelola dengan baik.

Konflik horizontal, seperti benturan antar suku dan agama, sering kali menjadi ancaman serius bagi integrasi nasional. Selain itu, ketimpangan pembangunan antar wilayah juga memicu ketidakpuasan di beberapa daerah, yang dapat berujung pada munculnya gerakan separatisme. Beberapa gerakan separatis yang pernah mengancam keutuhan NKRI antara lain:

Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat, Aceh, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Selatan yang bertujuan mendirikan negara Islam Indonesia pada tahun 1949 hingga awal 1960-an. Gerakan PRRI/Permesta pada akhir 1950-an, yang dipicu oleh ketidakpuasan terhadap pemerintah pusat akibat kebijakan yang dianggap merugikan daerah-daerah tertentu, dan Organisasi Papua Merdeka (OPM) di Papua, yang hingga kini masih menjadi tantangan bagi integrasi nasional.

Selain itu, radikalisme juga menjadi ancaman yang tidak bisa dianggap remeh. Gerakan-gerakan radikal sering kali mencoba memecah belah persatuan bangsa dengan menyebarkan ideologi yang bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945. Radikalisme sering kali memanfaatkan ketidakpuasan masyarakat terhadap pemerintah untuk menyebarkan pengaruhnya dan memicu konflik horizontal.

Untuk menjaga sekoci ini tetap utuh di tengah samudra yang penuh dengan badai, diperlukan upaya kolektif dari seluruh elemen bangsa. Pemerintah, masyarakat, dan pelajar memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga keutuhan NKRI. Pemerintah harus terus mengedepankan kebijakan yang adil dan merata dalam segala aspek, terutama dalam hal pembangunan dan distribusi kesejahteraan. Pemerintah juga harus aktif dalam mendorong dialog dan rekonsiliasi di daerah-daerah yang rawan konflik. Selain itu, penegakan hukum yang tegas terhadap setiap upaya yang mengancam keutuhan bangsa harus menjadi prioritas utama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun