“Terus terang kalau di Jogja, temen-temen masih berpikir kalau seni ini adalah idealisme. Kalau Jakarta kan sudah lain” terang Sugeng, salah satu pegiat seni yang tampil malam tadi (19/9) hanya beberapa ratus meter dari Tugu di halaman kantor Kedaulatan Rakyat, Mangkubumi, Yogyakarta.
Acara yang diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Yogyakarta ini telah dimulai sejak 26 Juli 2015. Dan acara pada malam tersebut merupakan penyelenggaraan mereka yang ke tujuh kalinya. Sebelum program ini di mulai pada 26 Juli lalu, dinas dan pekerja seni telah melakukan seleksi terlebih dahulu selama tiga bulan. Tercatat ada lebih dari dua ratus pendaftar. Adapun yang lolos seleksi berjumlah sekitar sembilan puluh grup.
Menurut Agung Heru Apriyanto (35), selaku manajer acara tersebut, yang juga pendamping Masyarakat Seni dan Budaya di provinsi Yogyakarta dan sebagai Tim Kreatif pada tingkat kota; Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Yogyakarta selalu sharing dengan pekerja seni di wilayah. Kemudian dari sharing tersebut menghasilkan program acara yang disebut Art Poin yang mana para pekerja seninya berangkat dari tingkat kelurahan, dan Kangen Jogja untuk para pekerja seni yang berangkat dari tingkat kecamatan.
Salah satu tujuan dari Art Poin ini adalah agar potensi yang ada dari tiap wilayah termotivasi setelah sebelumnya potensi yang dimiliki kadang hidup dan kadang mati. Untuk pendanaannya, program ini mendapatkan Dana Istimewa. Dana Istimewa adalah dana yang dikelola langsung dari pusat yang kemudian disalurkan kepada dinas terkait yang salah satunya adalah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota. Pada tiap pementasan, tiap grup mendapatkan uluran dana sebesar Rp 250.000,00 untuk lima belas orang. Untuk teknisnya, pada tiap pertunjukkanmenampilkan lima jenis kesenian, yakni, seni tari klasik, seni tari konteporer, musik tradisi, fragmen, dan musik moderen. Untuk musik moderen pun dibatasi hanya lagu-lagu yang bernuansa lawas seperti Koes Plus dan tembang kenangan.
Adapun, jika program ini tidak sukses, tahun depan pertunjukkan seni ini akan diadakan pada tiap malam Minggu, namun masih wacana, belum menjadi rencana. Mengingat besarnya antusiasme wilayah yang mendaftar hampir berjumlah sembilan ratus, diharapkan wacana tersebut mampu memberikan ruang kepada grup kesenian untuk tampil.
Sugeng berharap, Art Poin ini bisa meningkat lagi, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Dia juga memberi kritik agar bisa ditingkatkan lagi untuk veneu-nya. “Ini veneu-nya kan di depan KR, untuk penonton kan kurang nyaman karena tepat ditepi jalan besar” ungkap seniman yang telah mendalami seni sejak SMA ini, dan sekarang terbilang sudah tidak muda lagi.
Dia juga merasa khawatir melihat peminat kesenian tradisional telah berkurang dengan sangat drastis karena perubahan zaman. Dia berpesan, agar kita sama-sama menumbuh kembangkan kesenian yang ada di Yogyakarta. Kesenian yang ada kita kawal, kita jaga agar tidak sampai punah. “Ini tontonan trdisional, tapi untuk membangun imejnya sudah masuk kejaman moderen” kata seniman trrsebut menjelaskan siasat.
Menurut Haryadi (57), salah satu pengunjung malam tadi, acara tersebut sangat positif karena selain menghibur pengunjung juga merupakan pendidikan kebudayaan yang bagus, yang mana dengan ramainya kegiatan tersebut akan menambah daya tarik wisata Yogyakarta, mengurip-urip kebudayaan dan menjadikan orang tidak stres karena situasi politik dan keuangan negara tidak memikirkan hal penting seperti itu.
Untuk acara pada malam hari ini, Agung mengaku sempat sedikit emosi karena ada grup anak-anak yang turut tampil. Sebab anak-anak sudah memiliki ruang postnya sendiri. Selain mengingat acara diselenggarakan pada malam hari dan tidak hanya malam Minggu, tentu acara tersebut tidak tepat bagi penampilan anak-anak. Kejadian tersebut menjadi evaluasi untuk penyelenggaraan mereka yang selanjutnya agar tidak terulang kembali. Art Poin sendiri akan diselenggarakan pada beberapa titik lagi seperti di Pakualaman dan Kota Gedhe sampai pada bulan November nanti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H