Mohon tunggu...
putrie d.p
putrie d.p Mohon Tunggu... -

hmmmmm

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kenangan Tanda Tanya (Bag. 1)

19 Mei 2015   17:32 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:49 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Summary:

?

Genre: ?

Happy reading guys ~

Tampak matahari mulai tenggelam, cahaya orange yang bercampur dengan burung-burung yang berterbangan tak sanggup mengubah perasaan yang sejak tadi terus gelisah ini. Kenangan akan masa lalu yang selalu mengikuti kemanapun aku berada, tak sanggup mengubah keadaan.

Flashback

~3 tahun yang lalu~

“ha…ha….ha….ha….ha….ha….haaa……”

Suara tawa itu menggema bergantian di dalam ruangan kecil itu. Menggema dengan tak manusiawi di telingaku dan tidak mau keluar dari isi otakku.

Cercaan, hinaan, sindiran, dan tawa meremehkan tak henti-hentinya berkumandang di telingaku. Seorang guru BK di SMA ini yang seharusnya ada di sana untuk menenangkan siswa yang lain, hanya acuh tak acuh dan melanjutkan tentang apa saja yang sejak awal ingin dikatakannya tanpa memperdulikanku yang sejak tadi ingin menangis dengan keras.

Tak tahan, akupun segera pergi dari ruangan itu dan berlari menuju ke toilet cewek. Hanya diam menangis karena tak ada satupun yang perduli bahkan mengkhawatirkanku. ‘Ingin Mati’ . Ya, hanya itu.

Esoknya aku hanya ingin tidak bangun lagi dari tidurku. Dan tidak bertemu lagi dengan orang-orang yang ada di sekolah itu. Namun, apa daya, dorongan dari orang tua yang tidak mengetahui keadaanku yang sebenarnya memaksa, memintaku untuk tetap sekolah meskipun tau aku sedang sangat tidak bersemangat.

~2 tahun yang lalu-

Malam telah menjelang, bulan telah menampakkan sinarnya yang indah, dan pohon-pohon mulai bertiup dengan tenangnya.

Namun, tidak dengan perasaanku ini. Besok, adalah pertama kalinya aku akan pergi untuk berkuliah, hari pertama menjadi mahasiswi, dan hari pertama aku pergi dari sekolah yang memuakkan itu. Hanya harapan agar apa yang ku alami saat di SMA tidak terulang kembali di sini. Hanya Dia yang bisa memprediksikannya.

End Flashback

“May…May…kesini bantu-bantu mama buat cemilan sore kita….” teriak Mama tiba-tiba dari dapur yang akhirnya menyadarkanku dari lamunan .

“iya ma, bentar….”seruku

~continue~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun