Mohon tunggu...
Wingki Ariasman
Wingki Ariasman Mohon Tunggu... Freelancer - @sayap2langit

Menumpahkan segala emosi yang boleh saja disebut dengan seni, bercinta dalam aksara berkelamin rasa.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ratapan Kulit Tua

28 Oktober 2020   03:17 Diperbarui: 29 Oktober 2020   09:08 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Air mata jatuh berarak,
memberi bekas pipi yang keriput
penuh akan guratan hidup.

Bekas keperkasaan hanya tinggal kenangan,
telah tertelan, diasingkan,
dilupakan dan tersudut pada kesepian
serta di ujung terhapuskan.
                     
Kini terbujur dalam pembaringan sepi,
bersaudara sakit dan linangan kepiluan
selalu merintih,
menghalau berharap berdamai dengan sepi,
menahan deruan derita nestapa.

Dalam pekat larut malam dia tercekik dan  berbisik,
"MAUT peluklah daku yang kedinginan, bawalah ke alam keabadian"

Rintihanpun  terhenti, diakhiri sebuah senyum,
 senyuman penuh damai dan kebahagiaan
 mengiringi melayangnya nyawa,
 mengakhiri senda beserta

ratapan demi ratapan .

*******

Wingki Ariasman Tanjuang

Karawaci, 281020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun