Mohon tunggu...
Alfian
Alfian Mohon Tunggu... Insinyur - Setengah Insinyur

Nulis suka - suka, suka-suka yang nulis. Kadang baca dan kadang nulis. Iseng baca, iseng nulis, suka iseng-iseng. Dulunya peneliti, sekarang cukup jadi penikmat kopi, pemerhati transportasi, dan perkara literasi

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Tahun Baru, Apa yang Baru?

31 Desember 2023   21:11 Diperbarui: 31 Desember 2023   21:47 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

H-1 akhir tahun 2023, ada yang sudah disiapkan untuk pergantian tahun? Kalau saya, seperti tahun-tahun sebelumnya, dirumah saja, seperti malam-malam lainnya, dan malam ini  kebetulan ingin membuat coretan setelah sekian lama tidak menulis. Seperti biasa, di minggu---minggu terakhir bulan Desember bermunculan kaleidoskop, rekap setahun, menyiapkan janji atau resolusi untuk tahun depan, menyiapkan acara, dan lain sebagainya. Jika dirunut, sejak saya mulai memperhatikan apa itu tahun baru, mungkin kegiatan-kegiatan itu hampir selalu berulang, semacam rutinitas dengan rentang waktu yang cukup lama, 1 tahun. Sepertinya menarik untuk sedikit bernostalgia ngethuprus (bercerita kalau dalam bahasa Jawa) dari dulu sampai sekarang apa perbedaannya.

Dulu waktu jaman SMA (sekitar tahun 2003), ada pikiran kalau ikut rame-rame tahun baru sepertinya seru. Kegiatan kala itu diisi dengan nongkrong di salah satu rumah teman, bakar jagung, ngobrol apapun, lek-lekan, sambil nunggu jam 12 malam. Saya bukan tipe yang suka konvoi keliling samil rame-rame di jalan. Sesederhana itu, biar dianggap sama seperti anak muda yang lain, kira-kira seperti itu. Saat di bangku kuliah, motivasi untuk ikut-ikutan acara serupa masih sama, mencari sensasi nongkrong di malam hari (padahal selama kuliah pun hampir setiap hari begadang) dan bagian dari gaul di masa itu.  

Perubahan justru terjadi setelah bekerja, ketika pada tahun pertama hidup di perantauan, malam pergantian tahun dilalui dengan kesendirian karena kawan-kawan kos sedang mudik dan saya memutuskan untuk tetap tinggal. Mengapa tidak mencari keramaian padahal sedang berada di Ibu kota yang pasti banyak tempat ramai di malam tahun baru?. Kembali lagi ke pernyataan sebelumnya, saya bukan tipe pencari keramaian. Masih teringat waktu itu merekam momen pergantian tahun 2011 ke 2012 dengan Galaxy S2 sembari menikmati pesta kembang api lewat jendela kamar. 30 menit setelah dar der dor usai, sudah, tidur seperti biasa, paginya pun bangun seperti biasa, seperti hari-hari biasa.   

5 tahun kemudian setelah berkeluarga, malam pergantian tahun di komplek perumahan kurang lebih berlangsung sama, ngobrol, ada warga yang menyiapkan makanan untuk melek sampai tengah malam. Dan setelah dar der dor selama 30 menit, semua kembali ke rumah masing-masing, tidur. Ketika pindah kota pun kegiatan yang diadakan tidak jauh berbeda, jalan-jalan protokol macet, bahakn samapi ke dalam kampung pun ramai. Bedanya hanya saya tidak ikut, bahkan serumah sudah tidur sejak jam 8. Mengapa? Mungkin setelah melalui sekian tahun semakin sadar dan paham apakah memang harus demikian melewati malam pergantian tahun. 

Bagi saya, momen seperti ini lebih dimaknai sebagai refleksi apa yang dilakukan selama setahun ini, apa yang sudah dicapai dan apa yang belum sebagai motivasi untuk menghadapi tahun yang akan datang. Jika ditarik ke rentang waktu yang lebih pendek, harian misalnya, bukankah setiap hari seharusnya menjadi waktu untuk refleksi diri, bersyukur karena masih diberi kesempatan hidup, dan merenungi semua yang telah dilakukan dengan waktu yang diberikan. Bukankah kita semua nantinya akan mempertanggungjawabkan setiap detik yang kita gunakan apakah untuk kebaikan atau sebaliknya. Kesadaran dan pemahaman itu yang akhirnya membuat perlakuan malam pergantian tahun sama seperti malam-malam yang lain. Sekali lagi ini opini pribadi, bagi yang merayakannya dengan sukacita pun tidak ada masalah, monggo saja karena preferensi setiap orang jelas berbeda-beda.

Semoga di tahun yang baru menjadi pribadi yang baru

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun