Mohon tunggu...
Si Alter Ego
Si Alter Ego Mohon Tunggu... Auditor - Penulis

Akun alter. Tempat menumpahkan uneg-uneg

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Ketika Orang Depresi Menonton Joker

7 Oktober 2019   11:08 Diperbarui: 11 Oktober 2019   23:28 1772
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto dari jagatreview.com

Saya mengenal beberapa teman dan kerabat yang harus berjuang melawan depresinya. Ada yang ringan, ada pula yang sampai harus dirawat di rumah sakit jiwa.  

Saat itu, saya tidak banyak mengerti tentang apa itu depresi. Bagaimana bisa menimpa seseorang yang secara tiba-tiba hidupnya berubah dikarenakan depresi.

Qodratullah, tanpa pernah saya duga, saya ternyata terkena depresi juga. Bahkan, saat saya menuliskan tulisan ini, saya masih berjuang keras melawan depresi saya. Depresi yang menurut dokter jiwa yang saya datangi ternyata termasuk depresi sedang. Setingkat lebih tinggi dari depresi ringan.

Kenapa saya terkena depresi secara tiba-tiba? Saya sendiri nggak begitu paham. Bisa jadi momok bernama depresi ini sudah lama mengendap di tubuh saya, tetapi monsternya baru keluar sebulan belakangan. Menurut hemat saya, saya terkena depresi karena pola hidup yang berubah sangat drastis sebulan ini.

Banyak hal-hal menyenangkan yang tidak dapat saya lakukan lagi sebulan belakangan. Misalnya saja berolahraga, menonton film atau membaca buku. Pun termasuk menulis yang saya yakini bisa jadi healing kalau saya lagi mumet. Well, saya menuliskan pengalaman saya, si penderita depresi menonton Joker ini dengan harapan ketegangan, kecemasan dan rasa kalut yang ada di otak saya sedikit berkurang.

Udah Tahu Depresi Kok Maksa Nonton Joker?

Jangankan sahabat-sahabat terbaik saya. Fakta betapa "berbahayanya" film Joker ini juga makin terngiang di otak saya. Saya sempat baca ulasan-ulasan teman yang sudah menonton, dan mayoritas kasih warning karena film ini bisa bikin orang (semakin) nelangsa. 

Nah, apalagi kalau orang tersebut tengah berjuang melawan depresi seperti saya.

Tapi, ada secuil semangat menguat di hati saya bahwa saya harus menonton film ini. Niatnya, saya dapat "berkaca" dari sosok Joker yang mengalami mental illness. Bisa jadi nggak tepat, tapi saya mau "belajar" dari Joker dan saya mau "melawan" ke-depresi-an saya dengan harapan, saya tidak mau berakhir seperti sosok Joker.

Untuk jalan ceritanya, mungkin sebagian besar dari pembaca sudah tahu ya, bahwa film Joker ini bercerita tenyang Arthur Fleck, seorang yang berharap jadi komedian tenar di kemudian hari. Arthur mengidap satu penyakit yang dapat membuatnya tertawa aneh saat cemas. Karena tertawaan inilah dia kerap mendapatkan masalah.

Arthur juga hidup dalam masa "kegelapan" kota Gotham. Anak-anak berandalan kerap merundungnya. Pekerjaannya terancam karena menghilangkan properti, dan beberapa kawan di grup badut (katakanlah) menjebaknya agar ia kehilangan pekerjaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun