Berjalan di dalam kegelapanku sendiri.
Menikmati setiap langkah yang berdiri tegak di atas pipihan kesalahnku sendiri.
Terus berjalan tegap jarak pandang rendah.
Apa yang bisa kulihat disini? Tak ada.
Hanya kudengar sebuah rintihan kesakitan dan kesedihan.
Semakin ku langkahkan kakiku semakin pekat suara itu ku dengar.
Kurasakah hembusan yang semakin kencang hampir tak bisa ku kendalikan diriku sendiri.
Pandanganku melihat sedikit cahaya yang sangat berkilau, inkah ujung kegelapan ini?
Semakin ku menujunya semakin jauh cahaya itu berlari.
Setiap alur jalan yang ku tapak kan tak sedikitpun aku bisa melihatnya dengan inderaku.
Perabaan ku hanya mengandalkan hati yang kini sangat rapuh, hancur, dan aku harus sekuat tenagaku agar tetap bisa melewatinya.
Tak berujung, aku semakin lelah, aku ingin menutup mataku selamanya, agar tak ada lagi alunan suara rintihan kesakitan, kesedihan, kegelapan.
Mungkin dengan begitu semuanya akan bisa berakhir dengan baik baik saja.
Biar aku teruskan semua ini nanti di duniaku yang berbeda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H