Mohon tunggu...
sayadewi
sayadewi Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Apa Itu Regulasi Emosi

21 November 2022   21:40 Diperbarui: 21 November 2022   21:42 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Anak-anak belum mampu untuk mengontrol emosinya terutama emosi yang bersifat negatif. Emosi negatif yang dirasakan anak biasanya diungkapkan dengan cara yang tidak tepat, misalnya dengan melakukan perilaku agresif. Regulasi emosi adalah salah satu cara yang dapat dilakukan untuk membantu anak memfasilitasi kebutuhan emosionalnya. Anak-anak perlu dilatih dan diberikan bekal keterampilan dalam hal meregulasi emosinya, sehingga anak akan mampu menilai emosi yang dirasakan, mengatur emosi serta mengungkapkan emosi positif dan negatif secara tepat. Anak-anak yang mampu melakukan regulasi emosi akan memunculkan perilaku positif dan tidak akan memunculkan perilaku agresifnya. Banyak teori yang menjelaskan pengertian tentang regulasi emosi, salah satunya adalah Thomson, yang mendefinisikan regulasi emosi sebagai proses intrinsik dan ekstrinsik melalui pemantauan, pengevaluasian dan pemodifikasian, reaksi-reaksi emosi sesuai dengan tujuan dari individu yang bersangkutan. Menurut Gross & John regulasi emosi sebagai pemikiran atau peringatan yang dipengaruhi oleh emosi individu, bagaimana individu mengalami dan mengungkapkan emosinya. Pikiran dan perilaku individu sangat dipengaruhi oleh emosi individu tersebut. Ketika individu sedang mengalami emosi yang negatif biasanya tidak dapat berfikir dengan jernih dan melakukan tindakan diluar kesadaran. Regulasi emosi adalah kemampuan seseorang untuk menyadari dan mengatur pikiran dan perilakunya dalam emosi yang berbeda, baik emosi yang positif maupun emosi yang negatif. Seseorang dengan kemampuan regulasi emosi yang baik mampu mengendalikan dorongan untuk tidak melakukan perilaku impulsif, seperti membahayakan diri, perilaku sembrono, atau agresif fisik saat mengalami tekanan emosional. Menurut Reivich & Shatte  regulasi emosi adalah kemampuan untuk tetap tenang di bawah tekanan. Individu yang memiliki kemampuan meregulasi emosi dapat mengendalikan dirinya apabila sedang kesal dan dapat mengatasi rasa cemas, sedih, atau marah sehingga mempercepat dalam pemecahan suatu masalah. Pengekspresian emosi, baik negatif ataupun positif, merupakan hal yang sehat dan konstruktif asalkan dilakukan dengan tepat. Reivich dan Shatte  mengemukakan dua hal penting yang terkait dengan regulasi emosi, yaitu ketenangan (calming) dan fokus (focusing). Individu yang mampu mengelola kedua keterampilan ini, dapat membantu meredakan emosi yang ada, memfokuskan pikiran-pikiran yang mengganggu dan mengurangi stres. Ada tiga aspek dalam regulasi emosi memiliki peran penting dalam pembentukan perilaku yang ditampakkan. Adanya stimulus penyebab munculnya emosi positif atau negatif dapat menampilkan perilaku yang tepat jika individu mampu meregulasi emosinya. Aspek pertama, yaitu penilaian emosi dalam regulasi emosi melatih individu untuk dapat menyadari emosi negatif yang dirasakannya, mengidentifikasinya dan menginterpretasikan emosi negatif sehingga individu tersebut mampu menyikapi emosi yang muncul dengan perilaku yang tepat. Menurut Gross & Thompson, anakanak mampu mengubah emosi negatifnya jika dilatih untuk melakukan penilaian emosi. Anak yang mampu menilai emosi yang dirasakan, termasuk mengetahui penyebab dan akibat yang muncul dari emosi negatif mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perubahan perilakunya. Bahwa anakanak masa sekolah secara kognitif sudah mulai mampu memahami hubungan sebab akibat dan seiring bertambahnya usia, anak sudah mampu mengenali emosinya sendiri, Aspek kedua yaitu pengaturan emosi juga mempengaruhi perubahan perilaku individu terhadap emosi negatif yang dirasakan. Pengaturan emosi dapat dilakukan dengan cara latihan dan relaksasi. Gross & Thompson menyatakan bahwa latihan dan relaksasi merupakan cara untuk dapat mengatur emosi negatif, misalnya rasa marah dan sedih dan dapat digunakan untuk mengurangi perilaku psikologis yang mengganggu misalnya sifat agresif atau depresif. Individu yang mampu mengatur emosi negatifnya akan lebih mudah untuk mengendalikan emosi dan menemukan cara-cara yang tepat untuk menyikapi emosi tersebut, sehingga memunculkan perilaku yang tepat pula. Sejalan dengan tahap perkembangan emosi, anak pada masa sekolah juga mulai belajar untuk mengontrol dan mengendalikan emosi negatif yang dirasakan, sehingga proses regulasi emosi sudah dapat diterapkan untuk anak-anak pada masa sekolah. Aspek yang ketiga yaitu pengungkapan emosi juga mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku individu. Secara umum, anak-anak dan orang dewasa akan lebih mampu untuk meregulasi emosinya ketika menemukan cara yang tepat untuk mengungkapkan emosinya. Selain itu pengungkapan emosi juga mempengaruhi perubahan perilaku yang maladaptif, seperti depresif dan agresif. Pengungkapan emosi, termasuk mengekspresikan emosi yang sedang dirasakan akan membantu individu, termasuk anak-anak pada masa sekolah untuk mengungkapkan kebutuhan-kebutuhan emosionalnya. Anak-anak pada masa sekolah sudah mampu untuk mendeskripsikan pengalaman dan mengutarakan apa yang dipikirkan dan dirasakan sehingga ketika anak berhasil mengungkapkan emosinya dengan tepat maka perilaku yang muncul juga tepat. Proses regulasi emosi adalah suatu proses yang berjalan secara lambat dan bertahap selama masa perkembangan. Pada awalnya, anak-anak sangat tergantung dari media pihak luar, misalnya orang tua untuk mengelola emosinya. Masa perkembangan berikutnya, selama bertahun-tahun anak-anak akan semakin mampu untuk mengelola emosi negatifnya dengan berbicara pada orang lain dan melakukan negosiasi untuk mengatasi situasi bermasalah, yang merupakan proses regulasi emosi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun