Mohon tunggu...
Apri Andi
Apri Andi Mohon Tunggu... -

manusia Indonesia kebanyakan, PNS sebagaimana adanya

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

PNS dan Stigma Masyarakat

16 Januari 2014   18:13 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:46 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjelang akhir tahun 2011, pekerjaan di kantor sedang banyak-banyaknya, saya dan beberapa orang rekan kerja lembur sampai malam demi mengejar target pekerjaan yang belum kelar. Dan ini bukan hari pertama, kami sudah lembur selama hampir 1 minggu.

Salah satu teman saya nyeletuk "Heran, kita sibuk segini-gininya, kok iya masih ada yang mengira PNS itu kerjanya nyatai ya?"

Saya hanya tertawa kecil, lalu mengingatkan "Ingat gak mb, waktu kita ke Instansi XYZ? coba ingat lagi? sedang dimana pak ABC waktu kita datang?"

Teman saya ini mengingat sejenak, lalu tertawa. Soalnya waktu itu, kami datang pada jam kerja ke Instansi XYZ, tapi pak ABC yang kami cari ternyata sedang nongkrong di warung kopi samping kantornya.

Stigma PNS memang jelek, bahkan sebagai PNS saya juga mengakui. Mulai dari kerja santai, tidak disiplin, gampang disuap dan beragam stigma negatif lainnya.

Meskipun saya sering melihat teman-teman sesama PNS di beberapa Instansi yang sibuknya bukan main, dan saya serta rekan-rekan dikantor sering pulang malam demi mengejar deadline. Saya tetap merasa belum bisa menyatakan pada masyarakat, bahwa stigma yang kadung melekat itu salah. Pasalnya, bagaimanapun juga, dari sisi yang lain saya sering melihat PNS yang memang persis seperti yang digambarkan dalam stigma negatif tersebut.

Ketika saya kuliah kembali (dengan beasiswa tentunya), saya ditempatkan di kelas khusus PNS di salah satu perguruan tinggi ternama negara ini. Saat itulah saya berkumpul dengan teman-teman sesama PNS dari berbagai instansi, mulai dari Kementerian, Badan Negara sampai kepada Dinas yang ada di daerah. Saat itulah saya melihat, - walaupun sama-sama PNS - ada semacam ketidakseragaman antar instansi dan lembaga negara.

Ketidakseragaman ini bukan hanya dari sisi pegawainya rajin-rajin atau tidak, tetapi ada bermacam-macam. Mulai dari kesempatan berkarir, kualitas pegawai, beban kerja, kondisi kerja internal kantor masing-masing, sampai kepada penghasilan.

Dari sisi beban kerja misalnya, ada beberapa teman saya yang pekerjaannya tidaklah terlalu banyak. Artinya kalaupun dia baru datang ke kantor jam 10 dan pulang jam 2, sebenarnya tidak menjadi masalah, karena kerjannya memang tidak banyak. Sebaliknya, ada juga teman saya yang meskipun datang jam 7:30 pagi dan pulang jam 8 malam, tetap saja kerjannya masih menyisa dan sering dibawa pulang atau dikerjakan sabtu-minggu.

Dari sisi kesempatan berkarir dan kualitas pegawai, ada beberapa instansi yang asal mau kuliah Magister saja dan sudah golongan III/c, dipastikan karirnya akan melejit naik, karena sebagian besar pegawai dikantornya adalah DIII atau S1, bahkan yang lulusan SMU pun masih banyak. Sedangkan di instansi saya sendiri, karena memang banyak yang magister dan bahkan ada doktor segala (walaupun bukan institusi pendidikan), jangan heran kalau nama sudah ada embel-embel "M" dan golongan III/c tapi masih staf.

Dari segi kualitas pekerjaan, ada instansi yang memang disiplin sangat. Tugas pokok dan fungsi pegawainya jelas, pembagian kerjanya rapih, Level of service perizinannya jelas, loket perizinannya terbuka dan tidak ada calo atau jalan belakang sama sekali. Tetapi ada pula yang manajemennya sama sekali tidak jelas, yang penting selesai dan tidak peduli caranya gimana. Yang terakhir ini, manajemen kerjanya acak-adut, tugas dan fungsi pegawainya tidak jelas, biasanya pegawai yang rajin malah apes karena ketiban banyak pekerjaan dan pegawai yang malas malah enjoy tanpa beban. Dan kalau anda melihat instansi pemerintah yang warung kopi didepan kantornya ramai oleh pegawai pada jam kerja, biasanya itu instansi yang tipe terkahir ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun