Mohon tunggu...
Apri Andi
Apri Andi Mohon Tunggu... -

manusia Indonesia kebanyakan, PNS sebagaimana adanya

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Yang Janggal dari Penyadapan Jokowi

23 Februari 2014   21:24 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:32 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nantilah kita bahas tentang jenis alat penyadap yang dipakai, yang kata jokowi harganya cuma 1000-2000 rupiah, atau tentang mengapa walaupun ditemukan sejak desember 2013, kasusnya malah diributkan sekarang. Yang paling janggal buat saya tentunya alasan mengapa jokowi tidak mau melaporkan penyadapan tersebut ke polisi atau aparat berwenang? Bayangkan ada orang yang masuk ke rumah, sampai kamar tidur segala dan meninggalkan sesuatu yang tidak diinginkan, masakan iya diam saja?

Jokowi dan para pendukung beralasan bahwa tidak ada yang penting dari pembicaraan jokowi yang disadap. Jadi tidak usah  repot-repot lapor polisi. Alasan ini malah tambah aneh, apakah penyadapan hanya dianggap gangguan saat berhasil mendapatkan data penting dan vital? Justru yang sebenarnya bermasalah adalah usaha penyadapan itu sendiri. Seperti saya katakan, bagaimana mungkin ada orang menyusup ke rumah (atau menyusupkan mata-mata sebagai pegawai rumah dinas) malah didiamkan saja? Apa nanti kalau jokowi jadi presiden (seperti yang diinginkan para pendukung), apakah kita akan persilahkan saja mata-mata CIA, KGB, Mossad atau kalau perlu Tentara Diraja nongkrong-nongkrong di wilayah NKRI karena tidak ada yang penting?

Alasan "tidak ada yang penting" tersebut juga menimbulkan tanda tanya lain : apakah seorang pimpinan sekelas gubernur DKI sama sekali tidak ada membicarakan tentang pekerjaannya saat berada dirumah, baik dalam konteks santai saat ngobrol dengan istri atau konteks serius saat teleponan atau kedatangan tamu seperti Ahok atau pejabat daerahnya? Apakah semua aktivitas dan kegiatan jokowi mulai dari blusukan, masalah pengadaan bus, masalah penggantian pejabat, sampai sidak ke kantor perizinan bisa dirancang 100% di kantor tanpa ada mempertimbangkan hal-hal kecil saat berada di rumah?

Kalau pegawai negeri sipil kelas bawahan semacam saya ini sama sekali tidak pernah membicarakan masalah pekerjaan saat berada dirumah, masih wajar. Toh pekerjaan saya memang tidak butuh waktu ekstra untuk dirancang dan dipikirkan, segala sesuatunya bisa dibereskan di kantor. Tetapi saat mulai memasuki pekerjaan yang penting, seperti waktu saya ditunjuk sebagai panitia pengadaan barang dan jasa, Informasi yang bisa digali dari saya menjadi lebih banyak dan banyak pengusaha yang berusaha mencari info dari saya. Pertanyaan-pertanyaan ringan dari teman kost semacam "Sibuk apa lo sekarang bro? Pencetakan buku? udah dimulai memangnya?" menjadi informasi yang sangat valuable bagi pengusaha yang mengincar lelang pengadaan barang dan jasa.

Ketika seseorang menjadi pemimpin, secara otomatis dia berubah jadi generator informasi yang sangat penting. Setiap gerak-gerik dan pembicaraan jokowi adalah informasi yang berharga. Orang yang benar-benar berniat memata-matai jokowi (dan bukan sekedar iseng menaruh penyadap) akan sadar bahwa obrolan ringan dirumah mengandung informasi yang berharga tentang mau blusukan atau sidak kemana jokowi besoknya, siapa kontraktor yang berpotensi ditunjuk untuk pembelian bus, apakah ada masalah dengan DPR. Atau informasi-informasi lain yang ringan tapi penting. Penting untuk lawan politik, pengusaha yang mengincar proyek-proyek di DKI atau bahkan untuk wartawan.

Kejanggalan lainnya adalah apakah jokowi tidak sadar bahwa sikapnya yang menolak untuk melapor pada polisi telah menimbulkan "perang" tuduhan-tuduhan di tataran masyarakat bawah. Seperti ada pendukung, yang lansung menunjuk-nunjuk pihak tertentu sebagai pelaku penyadapan, ada haters yang lansung menuduh ini bagian dari pencitraan jokowi. Dan lebih lanjut, saya bahkan memperhatikan di kompasiana ini ada beberapa orang pendukung yang kemudian mencurigai sikap jokowi ini (dengan kata lain, ini merugikan jokowi sendiri)

Tidak heran kalau timbul kecurigaan bahwa isu penyadapan ini tidak lain hanyalah sekedar isu yang dilemparkan pihak jokowi dan PDIP untuk memberi kesan teraniaya, dan membuat pendukung jokowi semakin membenci pihak manapun selain jokowi. Dan untuk menghapus spekulasi ini, caranya ya jokowi harus membuka kasus ini, tunjukkan alat penyadap yang dipakai (sukur-sukur masih ada sisa sidik jari) kepada polisi dan masyarakat, berikan keterangan selengkapnya ke polisi dan bantu terus polisi menyelidiki sampai terang siapa pelakunya dan motifnya. Sehingga tidak ada lagi kondisi saling mencurigai seperti saat ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun