Mohon tunggu...
Imam Mushlihin
Imam Mushlihin Mohon Tunggu... -

lulus S1 Elektro ISTN\r\nsekarang bekerja di PT Wavetek Integra Nusa (www.wavetek.co.id)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengurai Kemacetan Jakarta

22 September 2011   14:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:43 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Macet...? Biasa aja kali...
Itu komentar sebagian besar warga Jakarta. Karena memang kesehariannya bergumul dengan kemacetan.
Namun tentunya kemacetan bukanlah sahabat baik. Kemacetan merupakan awal kesia-siaan waktu, tenaga, pikiran dan uang. Dan karena perbuatan sia-sia dibenciNYA, maka kemacetan perlu dicarikan solusinya.
Solusi cerdas selalu datang dari pemahaman permasalahan. Karena itu mari kita telanjangi satu persatu musabab dari kemacetan ini.
1. Tata kota yang awut awutan.
Suka atau tidak, kita harus jujur bahwa tata kota Jakarta memang semrawut. Tidak jelas mana kapling pemukiman, mana kapling perkantoran, dan mana kapling perniagaan. Karena tata kota semrawut, jangan berharap lalu lintasnya tidak semrawut.
2. Transportasi massal tidak teratur.
Ketidak teraturan transportasi massal ini mudah dijumpai dari menumpuknya jumlah angkutan di trayek tertentu yang malah membuat kemacetan, sampai ketidak teraturan kenyamanan pengguna angkutan. Ketidak teraturan juga ada di internal penyedia angkutan yaitu banyaknya supir tembakan yang tidak tahu aturan.
3. Tidak seimbangnya jumlah kendaraan dengan kapasitas jalan.
Kita harus jujur bahwa walaupun Indonesia negara "miskin" namun jumlah kendaraannya berjibun. Tidak adanya ketegasan pembatasan kendaraan membuat jalanan makin sesak. Dan memang faktor ini sangat terkait dengan faktor ke-2.
4. Tidak adanya ketegasan pelaksanaan aturan.
Kita sudah mahfum bahwa banyak sekali aturan yang dibuat untuk mengurangi kemacetan. Mulai dari jalur 3in1, jalur cepat dan lambat, jalur khusur roda 4 keatas, sampai jalur khusus "bus umum". Namun aturan tinggallah aturan. Ketidak tegasan dan budaya "damai" membuat aturan "tidak berdaya".

Nah dari pemahaman mendalam akan penyebab kemacetan maka kita harus mampu berfikir cerdas untuk menghadirkan solusi. Dan solusi berikut ini mungkin bukanlah solusi terbaik, karena solusi ini datang dari seorang 'kuli' yang bernama Imam.
1. Tata kota yang semrawut tidak mudah untuk ditata ulang. Karena menyangkut banyak aspek yang mungkin jauh dari jangkauan "penguasa". Namun tentunya harus pelan-pelan ditata dan tidak boleh didiamkan saja. Solusi jangka pendek yang dapat dilakukan adalah harus dilakukan studi lapangan akan arus kendaraan, dari mana mau kemana, dan diamana titik penyumbatnya. Dari hasil studi itu, harus disusun trayek angkutan yang praktis dan efisien.
2. Transportasi massal harus ditata berdasarkan studi di point 1. Pemilihan moda transportasi yang tepat mutlak dilakukan. Penggunaan moda kereta api mutlak dilakukan di jalur "main core" dimana terdapat volume kendaraan yang sangat tinggi. Kenapa KA? Karena inilah moda yang terbukti praktis dan effisien untuk mengangkut penumpang dalam junmlah besar secara bersamaan.
Dari titik-titik yang dihubungkan oleh "main core" ini kemudian haruslah disediakan transportasi yang memiliki daya angkut tidak terlalu banyak. Dan bus kota adalah pilihan yang tepat. Jika diperlukan maka disediakan lagi angkutan yang lebih kecil untuk jangkauan yang lebih "dalam". Penataan antar moda perlu dilakukan dengan cerdas sehingga tumpang tindih dapat diminimalisasi.
Selain itu angkutaniangkutan ini harus dimaintain secara ketat sehingga ketepatan waktu dan kenyamanan dapat dipertahankan.
3. Dengan adanya angkutan massal yang dapat diandalkan, tentunya jumlah kendaraan tidak akan berjibun. Namun aturan tambahan untuk membatasi jumlah kendaraan pun perlu dilakukan. Namun yang harus diingat adalah aturan ini adalah tambahan yang tak dapat diterapkan tanpa penataan angkutan massal. Aturan yang dapat dipilih antara lain; pembatasan usia kendaraan, penaikan pajak kendaraan, sampai dengan penerapan tarif parkir yang lebih "mahal" dibandingkan tarif angkutan.
4. Namun dari semua itu, penegakan aturan adalah faktor terpenting dan paling ekonomis. Perilaku penegak huukum harus diperbaiki. Demikian juga kesadaran hukum bagi pengguna jalan pun perlu ditingkatkan.

Dengan pemahaman akar permasalahan dan solusi dari padanya, berharap kemacetan Jakarta dapat teruraikan.

Note:
- Agak kecewa sih denger mono-rel batal. Semoga saja rencana MRT tetap dijalankan.
- Jalan tol bukanlah obat mujarap menguraikan kemacetan, kita sudah lihat kenyataannya kan?
- Sudah waktunya hidup kita lebih bermakna dibandingkan harus berlama-lama berada di jalan raya.

Salam Sawong;

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun