Mohon tunggu...
Imam Mushlihin
Imam Mushlihin Mohon Tunggu... -

lulus S1 Elektro ISTN\r\nsekarang bekerja di PT Wavetek Integra Nusa (www.wavetek.co.id)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pemodal (Imigran) vs Pribumi (Pahlawan)

22 Juli 2016   14:56 Diperbarui: 22 Juli 2016   15:01 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak tahukan kita bahwa negara ini tidak hadir/ada begitu saja. Bangsa ini bukan apel yang jatuh dari langit sekonyong2, mak bedunduk, gitu aja... BUKAN

Bangsa dan negara ini ada karena diadakan. Diadakan oleh nenek moyang kita dengan perjuangan. Perjuangan yang bukan hanya materi dan keringat, namun sampai tetes darah dan nanah.

Eyang buyut kita rela berpisah dengan sanak family dan orang-orang yang mereka cintai untuk berjuang demi kemerdekaan Bangsa ini. Iya untuk kemerdekaan tanah air nusa bangsa tercinta.

Namun apakah benar tujuannya hanya kemerdekaan? Oh... tentu tidak

Namun lebih dari itu, mereka rela bersimbah darah dan nanah untuk kita, anak cucunya. Agar kita tidak merasakan derita seperti derita yang mereka rasakan diwaktu penjajahan. Itu, bukan yang lain.

Kawan, coba sejenak bayangkan. Sakitnya kaki ini saat tertusuk duri. Nyerinya tangan ini saat tersayat belati. Tapi.... rasa sakit itu belum seberapa dibandingkan rasanya tertembus atau tertusuk bayonet.

Tapi... semua itu... kini tidak pernah kita hargai. Pengorbanan eyang buyut kita, kini kita lupakan. Cita-cita dan tujuan perjuangan mereka, kini kita nistakan. Dengan murahnya kita gadaikan itu semua. Dengan tanpa dosa kita khianati ibu pertiwi tercinta. Ibu pertiwi yang telah memberikan kita hidup. Ibu pertiwi yang memberikan kita makan di saat kita lapar. Ibu pertiwi yang memberikan kita minum ketika kita haus. Ibu pertiwi yang memberikan kita tempat berteduh ketika kita kehujanan.

Sungguh malu rasanya saya kepada eyang uyut yang dengan tulus menghadiahkan kemerdekaan ini untuk kehidupan kita yang lebih baik. Namun kita kini menghianatinya, menggerogotinya, dan merusaknya sedikit demi sedikit. Inikah jawaban kita saat mereka nanti menanyakan "apa yang telah kita lakukan untuk mengisi kemerdekaan"?

Akhirnya, semoga ibu pertiwi tidak sakit hati dan masih mau berbaik hati untuk tetap mau kita tinggali.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun