Salam bagi para pembaca disini akan membahas tentang pengalaman saya mengikuti kegiatan sekolah yang bernama “Live In” SMA Mahatma Gading School lokasi yang dituju yaitu dusun Kendal Ngisor , terletak di Ambarawa. Acara ini berlangsung selama 5 hari di sana dan kami akan mempelajari kehidupan masyarakat disana serta bergaul dengan masyarakat setempat. Acara ini mulai dari tanggal 23 November 2015 tepatnya hari senin malam jam 18.45 dimana murid-murid kumpul di sekolah untuk siap berangkat ke Ambarawa . Kami menggunakan bus malam untuk kesana berangkat jam 21.00.
Ketika perjalanan kami ada masalah yaitu mogok di tengah tol dan harus menunggu sekitar 3 jam untuk menyelesaikan masalah ini. Akhirnya kami naik bus itu lagi dan ditarik dengan mobil gerek ke brebes. Di brebes kami makan pagi dan langsung berangkat lagi ke Ambarawa. Sesampai di Ambarawa sekita jam 11.00 kami berhenti di restoran untuk makan siang dan mandi setelah itu langsung melanjutkan perjalanan kami ke dusun Kendal Ngisor dengan menggunakan angkot. Angkotnya besar dibanding dengan angkot Jakarta dan supirnya nyetirnya sangat ngebut sampai membalap banyak mobil didepan dan meninggalkan teman – teman kami yang dibelakang. Sampai di kendal ngisor kami disambut hangat oleh warga setempat dengan tarian daerah mereka yaitu kontulan dimana para pria mengenakan kemeja putih dan mengunnakan celana pendek hitam serta aksesori seperti kacamata hitam,topi, dan kipas. Kami menaruh barang dulu dirumah sekalian introduksi diri terhadap pemilik rumah masing-masing. Setelah itu kami keliling untuk melihat-lihat lokasi tersebut.
Esok harinya saya bangun pagi dibangunkan oleh suara merdu dari sapi disebelah kamar saya dan minum teh manis lebih tepatnya semua makanan dan minuman disana kebanyakan manis bahkan sampai nasi gorengnya pun manis karena di kasih gula merah. Pagi ini kami berkumpul dan membantu para penduduk untuk memanen padi. Kami diajarkan semua cara untuk memanen padi. Setelah kegiatan selesai kami membawa satu ikatan daun padi untuk sapi di rumah. Di dekat sawah ada lapangan volley tepat disebelah sekolah Kendal ngisor. Kami bermain futsal serta volley disana dan juga bertanding dengan siswa di sekolah tersebut. Setelah itu kegiatan bebas kami bermain keliling-keliling dan kumpul-kumpul dengan teman. Malamnya kami berkumpul di lapangan untuk membagi kelompok untuk kesenian budaya di Kendal ngisor yaitu ada tari soreng,kontulan,dan rebana. Kami diajarkan semua gerakan yang dibilang cukup sulit dan selama 2 jam tidak berhenti. Setelah latihan ini selesai kami beristirahat dirumah masing-masing.
Hari ketiga di sini saya dan teman sekamar saya bangun pagi untuk membantu kepala keluarga mencari getah aren tapi sebelum itu makan pagi dan ngeteh dulu. Perjalanan kami ke hutan cukup sulit karena di sana itu seperti tidak ada jalan jadi harus mencari jalan sendiri , oleh karena itu kami harus bisa ikuti bapak kami dengan cepat. Ketika bapak mengambil air aren di pohon aren yang sangat tinggi saya sampai kaget karena manjatnya saja hanya memakai jempol kaki untuk menaiki bambu tersebut dan tingginya seperti rumah 3 lantai. Setelah itu kami balik ke rumah dan langsung merebus air aren tersebut sampai menjadi gula aren. Siangnya kami ada acara besar di lapangan yaitu memakan nasi jagung bersama penduduk setempat beramai-ramai makan bersama. Kami makan dengan puas dan kenyang setelah itu kami bubar dan bermain dengan teman kami. Malamnya kami latihan tari lagi dan setelah itu istirahat.
Hari ke empat paginya kami ke ladang untuk mencangkul setelah itu kami menonton teman kami bermain di lapangan. Siangnya kami mendukung teman kami yang menjadi panitia lomba untuk para warga setempat di lapangan. Kami mengadakan banyak lomba yang sangat seru dan lucu. Acara ini berakhir dengan kepuasan. Malamnya semuanya berkumpul di rumahnya bapak kepala dusun untuk membahas acara besok yaitu jual padi dan obral obralan baju bekas serta buku dan alat tulis. Saya dan beberapa teman saya dipilih sebagai panitia untuk jual-jualan tersebut dan sebagian teman saya dipilih untuk berlatih tarian soreng, tari kontulan dan soreng untuk tampil di pentas seni di hari terakhir.
Hari ke lima paginya kami sudah membantu membawa beras hasil panen untuk dijual kepada warga setempat. Saya dan beberapa teman saya membawa karung beras yang cukup berat dari rumah bapak kepala dusun sampai rumah seberang dimana guru-guru kami dan kaka Pembina tinggal, disitu kami menjual pasar sandang. Setelah pasar sandang selesai kami melakukan persiapan untuk pasar murah yaitu obral-obralan pakaian-pakaian bekas disana harganya sekitar tiga ribu rupiah hingga 25 ribu rupiah. Ramai sekali suasananya dan tukan jualan gorengan pun sampai kelabakan kebanyakan orang dan semua pakaian sudah terjual habis. Dan acara terakhir kami yaitu pentas seni kepada yang di adakan oleh SMA Mahatma Gading ini kami menampilkan pentas seni dari setiap kelas serta tarian sorenk dan kontulan dan juga nyanyian lagu yang baru dibuat oleh teman-teman kelompok rebana. Disini kami melihat warga menampilkan tarian sorenk yang membuat orang sangat terkagum- kagum. Pemeran utamanya ini masih kelas sd dan sudah bisa memimpin tarian sorenk. Acara selesai dengan hasil yang sangat puas dan keberhasilan kami untuk berkerja sama membuat acara tersebut. Dan kami istirahat malamnya.
Hari terakhir kami megadakan jalan ke air terjun yang baru saja dibuat oleh warga setempat. Tempatnya cukup jauh dan memakan waktu yang cukup lama apa lagi ramai –ramai. Kami diajak ke tempat air terjun pertama yang besar dan deras, kami pun berfoto-foto dan melanjutkan perjalanan ke air terjun ke dua. Jalannya benar-benar susah dan harus memerhatikan jalan dengan benar. Air terjun ke dua ini agak aneh karena di apit oleh dua tebing dan air terjun deras beberbentuk S dan di sana ada jurang air dalamnya 20 meter. Airnya sangat sejuk dan kami bermain air sampai puas. Setelah itu kami pulang dan mandi serta beres-beres untuk siap-siap pulang . kami menghabiskan waktu kami bersama keluarga berbincang bincang dan menyiapkan oleh-oleh. Kami di beri banyak oleh-oleh seperti pisang kepok, tomat, dan air aren. Saya membeli 5 kg gula aren asli dibuat di rumah keluarga kami dengan harga yang cukup memuaskan juga. Kami pun menaiki angkot perjalanan kembali ke ambarawa untuk menaiki bus malam. Senin pagi kami sampai di sekolah mahatma gading dan pulang kerumah.
Sekian dari pengalaman saya di dusun Kendal ngisor ini dan terima kasih atas perhatian para pembaca KOMPASIANA. Mohon maaf jika ada kata-kata yang tidak jelas atau tidak sambung maupun salah ketik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H