Mohon tunggu...
Widia paramita
Widia paramita Mohon Tunggu... Guru - Ada

Menulis lalu menulis lagi...

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sekali Saja

16 November 2019   18:44 Diperbarui: 22 November 2019   08:13 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kala masih terbaring lemahAku hanya mampu menatapTapi tak mampu terucap
Sembab dengan kesadaran yang nyata
Bahwa diriku terbuang sia-sia

Kala masih sebagai anak tanpa dosa
Batin masih terasa kejadian itu
Kau pergi tanpa sepengetahuanku
Kau tawarkan duri dan berikan derita
Di rumah kecil kita itu

Kini berlindung pada kesepian
Menjerit keras menanti sebuah harapan
Rumah yang sudah tidak di rindukan lagi
Biarkan saja pergi

Rindu mencoba merayu
Berharap bertemu walau hanya sekali saja
Sosok yang semestinya menjadi penguat
Dalam rumah kayu itu

Lihatlah disana ayahku
Anak gembala dan pemulung
Berangkat dan pergi ke rumah
Senyum indah terlihat penghilang dahaga

Aku tersipu melihatnya
Mampukah aku sepertinya
Izinkan sekali saja
Melihat sosok yang seharusnya ku panggil ayah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun