Sembab dengan kesadaran yang nyata
Bahwa diriku terbuang sia-sia
Kala masih sebagai anak tanpa dosa
Batin masih terasa kejadian itu
Kau pergi tanpa sepengetahuanku
Kau tawarkan duri dan berikan derita
Di rumah kecil kita itu
Kini berlindung pada kesepian
Menjerit keras menanti sebuah harapan
Rumah yang sudah tidak di rindukan lagi
Biarkan saja pergi
Rindu mencoba merayu
Berharap bertemu walau hanya sekali saja
Sosok yang semestinya menjadi penguat
Dalam rumah kayu itu
Lihatlah disana ayahku
Anak gembala dan pemulung
Berangkat dan pergi ke rumah
Senyum indah terlihat penghilang dahaga
Aku tersipu melihatnya
Mampukah aku sepertinya
Izinkan sekali saja
Melihat sosok yang seharusnya ku panggil ayah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H