[caption id="attachment_318347" align="aligncenter" width="654" caption="Ilustrasi/Admin (Kompas.com)"][/caption] Sebutan ini berlaku juga buat masyarakat biasa nonartis, dan bahkan residivis Nusakambangan seperti Johnny Indo, yang akhirnya jadi bintang film karena percobaannya kabur dari penjara, dan juga wajahnya yang cukup tampan, karena dia memang blasteran, alias Indo. Itu dulu, waktu saya agak mudaan. Saya nggak tau siapa yang memulai dan sejak kapan tepatnya penggunaan istilah "Indo" ini bukan lagi diperuntukkan untuk para blasteran ganteng dan cantik, tapi untuk menyebut negeri tercinta Indonesia. Alih-alih menyebut Indonesia secara utuh, semakin banyak orang sekarang yang lebih memilih kata "Indo" saja. Mungkin sekedar menyingkat dan menghemat tenaga, atau memang trennya begitu. Sepertinya kata Indo jauh lebih keren dibandingkan nama aslinya Indonesia. Jujur saya agak jengah setiap kali ditanya, "Kapan pulang ke Indo, Say?" Meski jengah, setiap ditanya begitu jawaban saya selalu standar, "Kami pulang ke Indonesia setiap menjelang Lebaran." Dalam hati saya balik bertanya, "Apa salahnya sih menyebut nama negara ini secara penuh dan nggak disingkat-singkat?" Penyingkatan nama menjadi Indo ini tidak bisa disamakan dengan negara lain yang juga sering disingkat penyebutannya seperti US, UK, dan SG. Ketiga negara itu menggunakan singkatan yang sudah diakui dan menjadi domain secara internasional. Memang ada penyebutan Aussie atau OZ untuk Australia. Tapi ini juga sudah dikenal dan "disepakati" di seluruh dunia. Orang akan langsung tahu negara mana yang dimaksud ketika kita menyebut OZ atau Aussie. Ada juga beberapa kota atau negara bagian yang lebih dikenal dengan singkatan kasual seperti Philly (Philadelphia), NY (New York), JB (Johor Baru) atau Tassy (Tasmania). Sebagian ada yang disingkat demikian sebagai panggilan "sayang", ada juga sekedar untuk menyingkat karena nama aslinya yang agak panjang. Orang Indonesia mungkin mengambil contoh-contoh di atas. Cuma saya nggak yakin kalau kita memperkenalkan diri sebagai orang Indo di luar negeri atau pada orang asing, mereka langsung tahu bahwa yang kita maksud adalah Indonesia, dan bukan Indochina. Indochina? Iya Indochina. Dan ini bukan nama negara ya, tapi penyebutan wilayah di antara India dan China, yang mencakup semua negara di Asia Tenggara. Nah, kalau orang asing tadi mengira kita berasal dari salah satu negara Indochina gara-gara kita bilang "I come from Indo," malah jadi rempong kan? Jadinya malah main tebak-tebakan. Terpaksa harus menjelaskan kalau yang kita maksud adalah Indonesia. Itu kalau bertemu dengan orang asing ya. Kalau percakapan sesama orang "Indo", sepertinya makin banyak di antara kita yang merasa lebih nyaman menyebut Indo daripada Indonesia. Dan seperti yang saya bilang di atas, menyebut Indonesia dengan Indo rasanya lebih keren dan lebih gaya. Lebih metropolis. Kenapa saya sebut lebih metropolis? Karena saya perhatikan orang-orang yang menyebut Indonesia dengan Indo kebanyakan adalah orang-orang Jakarta dan beberapa kota besar lainnya. Walaupun Surabaya tak termasuk di antaranya. Di Surabaya, di kota-kota di Jawa Timur dan Jawa Tengah, tak dikenal istilah Indo. Yang ada adalah Endonesia. Tentu bukan bermaksud mempermainkan kata aslinya. Tapi lidah orang Jawa Tengah dan Jawa Timur memang punya kecenderungan melafalkan huruf "i" menjadi huruf "e". Anak saya Fatih selalu berubah namanya menjadi Fateh setiap berhadapan dengan orang Jawa Tengah dan Jawa Timur . Selain Indo dan Endonesia, ada lagi sebutan lain yang ditujukan pada negeri yang merdeka secara de facto pada 17 Agustus 1945 ini. Endonesah. Nah, kalau yang ini saya tambah nggak ngerti lagi dari mana asalnya dan siapa pencetusnya. Yang jelas bukan salah satu dari pencetus berdirinya negara Indonesia alias para founding fathers kita. Endonesah. Mungkin kedengarannya lebih puitis dengan penambahan huruf "h" di belakang kata. Mirip dengan kebiasaan Bang Haji Roma Irama yang suka mendesah ketika membuka konsernya "yah para pemirsah tercintah... lagu berikut ini berjudul Begadang. Marih kita nikmatih bersamah...." Begitulah kira-kira. Buat para penggemar Bang Rhoma, kurang lebihnya saya mohoh maaf . Kembali ke istilah Indo tadi. Buat saya, Indo cuma beda tipis dengan sebutan lain yang juga sudah terkenal terutama di negeri jiran: Indon. Beda tipis, cuma satu huruf. Saya yakin kebanyakan orang Indonesia akan langsung meradang kalau ada yang menyebut Indonesia dengan sebutan Indon. Penyebutan yang seringkali diasosiasikan dengan pelecehan dan penghinaan. Anehnya ada juga orang Indonesia (baik yang tinggal di Malaysia dan Singapura maupun di dalam negeri) yang terkadang menyebut Indon. Ada yang cuma meniru, ada yang menyebutnya ketika sedang marah dengan perilaku orang-orang Indonesia yang bikin malu. Selain penyebutan yang beda tipis tadi, buat saya ketika ada yang menyebut nama Indo, saya langsung teringat pada Indomaret, Indomie, susu Indomilk, perusahaan Indomobil, dan berbagai nama perusahaan yang menyematkan kata Indo di depan nama produknya. Indonesia jelas bukan perusahaan kan? Secara etimologis kata "Indo" merupakan prefiks alias awalan yang harus diikuti dengan kata lain di belakangnya. Para pendiri negara kita dulu memilih penambahan kata "Indo" di depan kata "nesia" karena terinspirasi wilayah Polynesia yang merupakan archipelago/kepulauan. Kenapa Indo? Tak perlu berpikir keras. 350 tahun kita jadi koloni Belanda dengan hegemoni VOC-nya. Wilayah kepulauan kita ini dulunya dikenal dengan sebutan Dutch East Indies, yang artinya wilayah di India Timur milik Belanda. Indo + nesia. Jadilah Indonesia. Bukan Indo saja atau nesia saja. Memang begitu seharusnya. Mungkin ada yang bertanya, iseng amat sih penamaan Indo aja dipermasalahkan? Ini bukan mempermasalahkan. Saya menulis ini sebetulnya sebagai ungkapan pertanyaan (pertanyaan yang panjang sekali, hehehe). Mungkin ada yang bisa menjawab atau berbagi pendapat? Monggo mawon. Silakan saja. Buat saya, sekali Indonesia ya tetap Indonesia. Tak akan jadi Indo, Indon, Endonesia (meski saya orang Jawa), apalagi Endonesah. Ini bentuk kecil penghormatan saya pada para pendiri bangsa ini. Tak lebih dan tak kurang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H