Mohon tunggu...
Savitri Cahya
Savitri Cahya Mohon Tunggu... Lainnya - belum bekerja

hobby sy suka nyanyi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Peran lingkungan dan budaya dalam perkembangan sosial emosional

19 Januari 2025   05:15 Diperbarui: 19 Januari 2025   05:15 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

1. Identifikasi Lingkungan Sekitar Anak

 a. Lingkungan Rumah
Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama yang dikenal oleh anak, sehingga orang tua harus mampu menciptakan lingkungan keluarga yang kondusif bagi anak. Pengalaman pertama kali didapat anak dari lingkungan keluarganya. Penelitian terdahulu menyebutkan bahwa anak-anak dari lingkungan rumah berkualitas rendah (dinilai menggunakan observasi sensitivitas ibu dan lingkungan rumah) dan lingkungan penitipan anak yang berkualitas rendah (dinilai menggunakan observasi pengaturan penitipan anak) memiliki tingkat tertinggi masalah perkembangan dan tingkat perilaku prososial terendah. Temuan ini menunjukkan bahwa anak-anak dapat memiliki berbagai pengalaman di seluruh konteks pembelajaran awal mereka di rumah. Tetapi keutamaan lingkungan rumah yaitu mendikte bagaimana pengalaman mempengaruhi pengembangan anak (Crosnoe dkk, 2010). Keluarga adalah lingkungan yang sangat dekat dengan anak, keluarga memiliki peranan dan fungsi yang besar dalam mendukung perkembangan anak secara optimal. Hurlock (1987, p. 202) menyatakan bahwa sikap orangtua yang positif akan memberikan dampak yang positif dan baik terhadap perilaku anak. Tetapi sebaliknya jika sikap orangtua yang kurang memberikan sikap acuh pada anak maka anak akan cenderung tidak 281 bertanggung jawab serta memiliki perilaku yang kurang baik. Seperti dalam penelitian Nokali, Bachman & Drzal (2010, p. 1) bahwa anak dari orangtua yang terlibat lebih tinggi dalam fungsi sosial akan lebih sedikit memiliki masalah perilaku. Kusuman, Sutadji & Tuwoso (2014, p. 2) menyatakan bahwa dukungan orangtua merupakan bentuk peran orangtua dalam meningkatkan pencapaian kompetensi peserta didik. Keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak sangat dibutuhkan untuk pemenuhan fasilitas kebutuhan lingkungan belajar anak dan keikutsertaan orangtua dalam program pembelajaran anak di sekolah. Keterlibatan orangtua telah muncul sebagai salah satu topik yang paling penting dan sering dibicarakan di kalangan pendidikan. Keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak di sekolah sangat membantu guru dalam memberikan stimulus yang tepat untuk perkembangan anak. Seperti yang dikemukakan oleh White & Coleman (2000, p. 200) menyatakan bahwa keterlibatan orangtua merupakan aktivitas yang dilakukan orangtua dan guru di sekolah supaya terwujudnya suasana sekolah yang lebih baik serta memperbaiki perilaku dan sikap orangtua dengan guru.


b. Lingkungan Sekolah

Lingkungan memiliki peran sentral dalam perkembangan sosial emosional anak. Termasuk dengan lingkungan sekolah, guru harus mampu menciptakan lingkungan yang nyaman dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini bukan hanya guru, melainkan seluruh staf yang ada di sekolah, baik bidang akademik, kebersihan, keamanan dan lain sebagainya. Sehingga anak mampu menangkap setiap informasi yang disampaikan oleh guru. Selain itu, anak harus merasa aman dan nyaman berada di lingkungan sekolah, agar anak mampu menyerap dan mengimplementasikan nilai-nilai yang telah ia dapatkan di lingkungan sekolah. Relasi teman sebaya yang masih dalam pembahasan lingkungan sekolah turut mewarnai pembentukan karakter anak. Selain meniru orang dewasa, anak-anak cenderung meniru temn sebaya, mereka akan mengevaluasi prilakumhya apakah sama, lebih baik atau lebih buruk daripada teman-teman seusianya (Santrock, 2011). Sehingga, teman yang baik sangat dibutuhkan dalam perkembangan sosial anak usia dini (Hartup dalam Santrock, 2011). Relasi anak dengan teman sebaya juga dipengaruhi oleh relasi 282 orang tua dengan anak. Apakah orang tua memberikan waktu yang panjang bagi anak untuk bersama teman sebaya, bagaimana perlakuan orang tua terhadap anak dalam hal berpendapat dan lain sebagainya. Epstein (2009:9) menyatakan bahwa kemitraan dapat meningkatkan program dan iklim sekolah, menyediakan layanan keluarga, meningkatkan keterampilan orangtua dan kepemimpinan, menjalin hubungan dengan orangtua lain di sekolah dan dalam masyarakat, dan membantu guru dalam pekerjaan mereka. Orangtua perlu mengetahui tentang keadaan dan perilaku anak mereka selama berada di sekolah, dan manfaat untuk gurunya sendiri dapat berkomunikasi dengan orangtua siswa tujuannya untuk memahami perilaku anak selama berada di rumah. Epstein (2009:10) menyatakan terdapat tiga konteks dalam teori overlapping of influence yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Model ini terdiri dari praktek-praktek yang sekolah, keluarga dan masyarakat lakukan secara terpisah untuk mempengaruhi anak-anak dalam belajar, pengembangan dan prestasi akademik. Melihat definisi keterlibatan orangtua yaitu aktivitas yang dilakukan oleh orangtua dengan guru di sekolah dalam pendidikan anak memberikan manfaat bagi anak, orangtua, guru dan lembaga pendidikan. Steven (Epstein:40) menunjukkan bahwa anak yang berhasil memiliki dukungan akademik yang kuat dan keterlibatan dari anggota keluarga. Keterlibatan orangtua di sekolah akan menjadi kepuasan tersendiri untuk orangtua khususnya karena mereka menjadi percaya diri dalam mengasuh anak-anak mereka di rumah dan menambah wawasan serta pengalaman dalam pengasuhan, sehingga mereka bisa menjalankan tugasnya sebagai orangtua. Untuk itu, sangat penting kegiatan parenting dilaksanakan pada lembaga-lembaga pendidikan dan kemasyarakatan, agar para orangtua dapat terlibat langsung dalam kegiatan pembelajaran di sekolah dan dapat lebih memahami pentingnya peran keluarga pada tumbuh kembang anak khususnya pada aspek sosial emosiaonal. Namun, masih banyak lembaga-lembaga pendidikan dan kemasyarakatan yang masih belum melaksanakan parenting, jadi masih banyak para orang tua yang belum memahami tentang pengaruh lingkungan keluarga pada perkembangan anak khususnya pada aspek sosial emosional anak dan untuk perkembangan di masa selanjutnya.

 2. Identifikasi Perkembangan Sosial Emosional Anak

 283 Aspek perkembangan anak salah satunya yaitu perkembangan sosial emosional yang mencakup perilaku anak dalam lingkungannya. Perkembangan sosial emosional anak merupakan dua aspek yang berbeda tetapi tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dengan kata lain, membahasperkembangan emosi harus bersinggungan dengan perkembanagan sosial anak. Demikian pula sebaliknya, membahas perkembangan sosial anak harus melibatkan perkembangan emisional anak. Perkembangan sosialisasi pada anak ditandai dengan kemampuan anak untuk beradaptasi dengan lingkungan, menjalin pertemanan yang melibatkan emosi, pikiran dan perilakunya. Perkembangan sosialisasi adalah proses dimana anak mengembangkan ketrampilan interpersonalnya, belajar menjalin persahabatan, meningkatkan pemahamannya tentang orang diluar dirinya, dan juga belajar penalaran moral dan perilaku. Perkembangan emosi berkaitan dengan cara anak memahami, mengekspresikan dan belajar mengendalikan emosinya seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan anak.emosi anak perlu dipahami para guru dan orang tua agar dapat mengarahkan emosi negative menjadi emosi positif sesuai dengan harapan sosial. Perkembangan sosial emosional terdiri dari pengertian kata sosial dan emosional, dibawah ini akan dijelaskan pengertian sosial, pengertian emosional dan selanjutnya pengertian sosial emosional sebagai satu pengertian. Perkembangan sosial merupakan salah satu perkembangan yang penting pada anak. Anak yang mempunyai kemampuan sosial yang baik akan membuat anak dengan mudah menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungan hidupnya dapat menikmati masa kecilnya dan mampu menjadi orang dewasa dengan kemampuan adaptasi yang baik. Menurut Ambara, dkk (2013:41) bahwa "Perkembangan sosial merupakan merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial". Soendjoyo (dalam Tirtayani, 2014) menyatakan bahwa perkembangan emosi merupakan dasar dari kepribadian dan sosial. Emosi itu penting karena manusia memiliki kebutuhan untuk mempertahankan diri, membuat keputusan, menciptakan batasan, dan menciptakan kesatuan. Aspek-aspek dalam perkembangan sosial emosional yang berkaitan dengan perilaku prososial pada umumnya yaitu anak sudah mampu bermain dengan teman sebaya, mengetahui perasaan temannya, dan anak sudah bisa berbagi dengan orang lain. Ketika anak belum mampu menunjukkan aspek-aspek tersebut sesuai dengan usianya, bisa 284 jadi anak mengalami masalah dalam perilakunya. Masalah yang dapat dialami anak dalam perkembangan sosial emosional bisa terjadi karena dipengaruhi beberapa faktor. Faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial emosional anak yaitu keluarga, kematangan, status sosial, dan kapasitas mental. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap terhadap berbagai aspek perkembangan sosial. Kematangan untuk dapat bersosialisi dengan baik di diperlukan kematangan fisik dan spikis sehingga mampu mempertimbangkan proses sosial, member dan menerima nasehat orang lain. Status sosial ekonomi banyak di pengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi keluarga dengan masyarakat. Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Kapasitas mental, emosi dan intelligence adalah kemampuan berpikir dapat banyak ha, seperti kemampuan belajar,memecahkan masalah dan bahasa. Perkembangan emosi dapat berpengaruh sekali terhadap perkembangan sosial anak.

 3. Identifikasi Peran Lingkungan Bagi Perkembangan Sosial Emosional Anak

 Hasil penelitian dari Kaeley C. Bobbitt dan Elizabeth T. Gershoff menyebutkan bahwa anak-anak usia prasekolah yang memiliki pengalaman positif di lingkungan rumah dan sekolah akan memberikan pengaruh baik dalam perkembangan sosial emosional anak. Lingkungan rumah menjadi faktor pertama terbentuknya pengalaman baik atau buruk yang akan mempengaruhi perkembangan sosial emosional anak. Pengalaman anak-anak dari lingkungan rumah mereka adalah prediktor yang lebih kuat daripada pengalaman lain. Karena jumlah waktu anak lebih banyak menghabiskan di lingkungan rumah mereka. Pengalaman di sekolah yang tidak baik juga menjadi pengaruh negatif pada pengembangan sosial emosional anak. Ketika anak mendapatkan pengalaman baik di lingkungan rumah namun tidak dengan di sekolahnya maka akan mempengaruhi perkembangan sosial emosional anak. Anak akan mendapatkan pengalaman baik jika lingkungan rumah dan lingkungan sekolah bisa memberikan kontribusi baik untuk perkembangan anak. Kontribusi baik yang dimaksud yaitu bisa memberikan kondisi yang aman, nyaman, serta memfasilitasi kebutuhan perkembangan anak sesuai tahap kembangnya. Hasil penelitian di Desa Semampir mengenai perkembangan sosial emosional anak menunjukan bahwa lingkungan sekitar anak sangat mempengaruhi dalam perkembangan tersebut. Dapat dibuktikan dari hasil observasi, dan pengamatan yang menunjukan bahwa 285 anak-anak usia 6-12 tahun yang perkembangan sosial emosionalnya masih rendah. Banyak di antara mereka yang menunjukan sikap kurang sopan dalam tindakan maupun tutur kata, suka marah, mudah murung, dan melawan ketika diberi nasehat. Hal tersebut menunjukan bahwa anak-anak masih sulit membangun hubungan sosial dengan lingkungan sekitarnya. Lingkungan sekitar anak memberikan kontribusi besar untuk perkembangan sosial emosional anak. Berdasarkan hasil di lapangan menghasilkan data bahwa lingkungan rumah dan lingkungan sekolah kurang memberikan kontribusi baik pada anak. Akibatnya mempengaruhi perkembangan sosial emosional anak. Kontribusi kurang baik dari lingkungan keluarga seperti kesibukan orang tua, kurang perhatian dari keluarga, kurangnya penanaman perilaku baik, kurangnya konsistensi dalam pembiasaan baik, dan fasilitas yang diberikan kurang mendukung atau tidak sesuai kebutuhan anak. Keterlibatan orangtua dapat memprediksi perilaku sosial emosional anak. Orangtua yang lebih terlibat aktif mengkomunikasikan masalah perilaku anak kepada guru akan membantu guru lebihmemahami perilaku anak. Sehingga dampaknya yang baik akan ditunjukan pada prestasi anak maupun perilaku anak, karena guru dapat mengatasi masalah anak di sekolah sesuai dengan apa yang dilaporkan orangtua. Compton (2013:13) menyatakan bahwa anak-anak yang orangtuanya melaporkan lebih tinggi tingkat atau persepsi keterlibatan akan menunjukan prestasi akademis yang lebih besar. Selain dalam pola pengasuhan di lingkungan keluarga, orangtua juga harus mengetahui perilaku anak di luar lingkungan rumah yaitu di sekolah. Orang tua wajib mengetahui apa saja yang dilakukan anaknya di sekolah. Orang tua dan guru harus menjadi partner dalam mendidik anak untuk membentuk perkembangan sosial emosional secara optimal. Komunikasi orang tua dengan guru sangat membantu guru dalam menangani masalah perilaku anak di sekolah dan memiliki efek positif dalam perilaku akademis anak. Orangtua berperan menjaga anak dengan aman, menghadiri kegiatan anak-anak, dan berkolaborasi dengan oraganisasi masyarakat untuk menangani kebutuhan pendidikan anak-anak. Peran orangtua dalam kehidupan anak salah satunya adalah sebagai pengasuh dan pemberi kebutuhan anak sehari-hari. Keterlibatan orangtua dalam kehidupan anak sangat membantu dalam menangani kebutuhan pendidikan anak. Setiap keluarga mempunyai latar belakang yang berbeda sehingga mereka mempunyai pendekatan dan pengasuhan yang berbeda pula dalam menangani anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak semua keluarga di desa ini melakukan pengasuhan 286 yang tepat terhadap anak-anaknya. Beberapa keluarga juga tidak berkomunikasi baik dengan guru di tempat anak bersekolah. Keluarga yang memberikan pengasuhan baik terhadap anak dan berkomunikasi baik dengan guru, dapat membentuk perkembangan sosial emosional anak secara optimal. Dapat dibuktikan dari perilaku anak yang sopan, mudah bersosialisasi, mampu mengungkapkan emosi dengan baik. Hal tersebut juga dipengaruhi oleh terciptanya lingkungan yang kondusif di sekolah anak. Berbanding terbalik dengan beberapa anak di desa ini yang perkembangan sosial emosionalnya kurang baik. Dapat ditunjukkan dari hasil pengamatan yaitu lingkungan keluarga anak tidak dapat menciptakan suasana yang nyaman, aman, dan tidak memberikan fasilitas sesuai dengan kebutuhan anak. Kurang perhatian, dan pengawasan dari orang tua menjadi salah satu faktor penting dimana akan mempengaruhi sikap sosial dan emosi anak. Ditambah dengan lingkungan sekolah yang kurang kondusif juga semakin membuat beberapa anak di desa ini menjadi kurang terkontrol prilakunya.

 PENUTUP 

Keterlibatan orang tua dan lingkungan sekolah anak memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan sosial emosional anak di Desa Semampir Kraksaan Probolinggo. Orangtua perlu mengetahui tentang keadaan dan perilaku anak mereka selama berada di sekolah, dan manfaat untuk gurunya sendiri dapat berkomunikasi dengan orangtua siswa tujuannya untuk memahami perilaku anak selama berada di rumah. Terciptanya lingkungan keluarga yang baik, lingkungan sekolah yang kondusif menjadi poin penting untuk membantu perkembangan sosial emosional anak secara optimal. Lingkungan keluarga yang baik, dan lingkungan sekolah yang kondusif dapat menciptakan anak dengan perkembangan sosial emosional yang baik. Lingkungan yang kurang baik, dan lingkungan sekolah yang kurang kondusif dapat menciptakan anak dengan perkembangan sosial emosional yang kurang baik pula.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun