Mohon tunggu...
Savitri Cahya
Savitri Cahya Mohon Tunggu... Lainnya - belum bekerja

hobby sy suka nyanyi

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Teori Psikososial Erik Erikson

26 Oktober 2024   08:37 Diperbarui: 1 November 2024   07:30 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

A.Teori Psikososial Erik H. Erikson

 1. Biografi Erik H. Erikson

   Erikson H.Erikson lahir pada tangga 15 Juni 1902 di Jerman Selatan dalam lingkungan keluarga single-parent, anak laki-laki ini memegang tiga keyakinan tentang asal- usulnya. Awalnya dia percaya bahwa suami ibunya seorang Yahudi. Sejak lahir ia sudah tidak punya ayah karena orang tuanya sudah berpisah sehingga Erik dibesarkan oleh ibunya. Mereka pindah ke Karlsruhe lalu ibunya menikah dengan dr. Homburger yang berkebangsaan Jerman, ayah kandung Erik sendiri orang Denmark. Saat itu Erik berusia 3 tahun dan pada awal remaja ia mengetahui bahwa nama sisipan diberikan karena Homburger adalah ayah tirinya.

   Erikson tidak dapat menyelesaikan sekolah dengan baik karena ketertarikannya pada berbagai bidang khususnya seni dan pengetahuan bahkan ia sempat berpetualang sebagai seniman dan ahli pikir di Eropa tahun 1920-1927. Identitas religius awalnya adalah Yudaisme sebagai warisan keluarga tetapi Erikson kemudian memilih Kristen Lutheran. Setelah hampir tujuh tahun berpetualang dan menyelidiki, dia kembali kerumah dengan penuh kebingungan, lelah,depresi dan tidak sanggup membuat sketsa ataupun lukisan. Pada waktu itu sebuah pristiwa penting mengubah hidupnya.

   Pada tahun 1927 sampai tahun 1933, Erikson bergabung dengan lembaga pendidikan Psikososial Sigmund Freuds untuk mengajar anak. Erikson menganggap teori post-Freud merupakan perluasan psikoanalisis. Meskipun dia menggunakan teori Freud sebagai pondasi pendekatanya tentang siklus-siklus kepribadian, Erikson berbeda dengan Freud dalam beberapa hal. Teorinya memperluas tahap-tahap perkembangan infantil Freud menuju masa remaja, masa dewasa, dan usia senja. Erikson yakin bahwa di setiap tahapan perkembangan manusia adalah sebuah pergulatan Psikososial spesifik memberikan kontribusi bagi pembentukan kepribadian.

   Kata psikososial secara khusus hal ini berarti bahwa tahap-tahap kehidupan seseorang dari lahir sampai mati dibentuk oleh pengaruhpengaruh sosial yang beriteraksi dengan satu organisme yang menjadi matang secara fisik dan psikologi.

    Selain Childhood and Society, berikut berbagai buku terkenal yang ditulis Erikson adalah: Young Man Luther (1958); Identity: Yout and Crisis (1968); Gandhis Truth (1969), sebuah buku yang memengankan penghargaan Pulitzer dan penghargaan Buku Nasional; Dimensions of a New Identity (1974); Life History and the Historical Moment (1975); Identity and the life Cycle (1980); dan Life Cycle Completed (1982). Dan makalah Erikson yang disatukan Stephen Schlein dalam A Way of Looking at Things (Erikson, 1987).

2.Teori Psikososial Erik

    H.Erikson Teori Erik H.Erikson membahas tentang perkembangan manusia yang dikenal dengan teori perkembangan psikososial. Pada teori psikososial ini menjelaskan bahwa perkembangan manusia dibentuk oleh pengaruh-pengaruh sosial yang menjadikan manusia matang secara fisik dan psikologis. 63 Erik H.Erikson, Childhood and Society,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2010),h.74 64 Diana Mutiah, Psikologi Bermain Anak Usia Dini, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,2010),h.25 59 Menurut teori psikososial Erikson, kepribadian terbentuk ketika seseorang melewati tahap psikososial sepanjang hidupnya. Perkembangan manusia dibedakan berdasarkan kualitas ego dalam delapan tahap perkembangan. Empat tahap pertama terjadi pada masa bayi dan kanak-kanak, tahap kelima pada masa adolesen (remaja), dan tiga tahap terakhir pada masa dewasa dan usia tua. Dari delapan tahap tersebut, erikson lebih memberi penekanan pada masa remaja, karena masa tersebut merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak kemasa dewasa. Pada masa ini sangat berarti bagi kepribadian dewasa.

3. Pentingnya Perkembangan Psikososial Sejak Usia Dini

   Menurut erikson kepribadian perlu disiapkan dan dibentuk, dibina sejak usia dini. Usia dini merupakan masa penting bagi perkembangan seseorang termasuk di dalamnya menyangkut kepribadian. Banyak pakar menyatakan bahwa kegagalan penanaman karakter pada seseorang sejak usia dini, akan membentuk pribadi yang bermasalah di masa dewasanya kelak. Selain itu, menanamkan moral pada generasi muda adalah usia strategis. Seperti pepata yang mengatakan bahwa "walaupun jumlah anakanak hanya 25 % dari total penduduk, tetapi menetukan 100% masa depan". Oleh karena itu, penanaman moral melalui pengembangan kepribadian sedini mungkin kepada anak adalah kunci utama untuk membangun bangsa.

   Berdasarkan penelitian di Harvard Univerity Amerikat Serikat, Ali Ibrahim Akbar mengungkapkan ternyata kesuksesan sesorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard Skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain. (Soft Skill). Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20% hard skill dan sisanya 80% Soft skill. Bahkan orang-orang tersukses didunia bisa berhasil dikarenakan lebih banyak didukung kemampuan soft skill dari pada hard skill mereka. Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan karakter untuk peserta didik sangat penting untuk ditingkatkan sehingga secara tidak langsung dapat berpengaruh baik pula pada kepribadian anak

4. Cara Mengembangkan Psikososial Anak

   Erikson menyebutkan masa kanak-kanak tengah sebagai masa industri. Anak-anak mulai mengembangkan kepribadian seperti pembentukan konsep diri fisik, sosial, dan akademis, guna menopang perkembangan harga diri, percaya diri, dan efikasi diri. Keluarga sangat berperan penting sebagai dasar perkembangan emosional dan sosial anak. Hubungan dengan orangtua atau pengasuhannya merupakan dasar bagi perkembangan emosional dan sosial anak. Sejumlah ahli mempercayai bahwa kasih sayang orangtua atau pengasuh selama beberapa tahun pertama kehidupan merupakan kunci utama perkembangan sosial anak, meningkatkan kemungkinan anak memiliki kompetensi secara sosial dan penyesuaian diri yang baik pada tahun prasekolah dan selanjutnya.

5. Pengembangan psikososial dalam lingkungan sekolah 

   Sekolah merupakan tempat yang sangat strategis untuk pendidikan karakter sebagai pembentuk kepribadian anak. Selain itu anak-anak banyak menghabiskan sebagian waktunya di sekolah, sehingga apa yang di dapatkannya di sekolah akan mempengaruhi pembentukan kepribadian anak.73 Untuk dapat merelisasikan karakter mulia dalam kehidupan setiap orang, pe mbudayaan karakter menjadi suatu hal penting. Pemberian mata pelajaran pendidikan karakter, pendidikan akhlak, pendidikan moral atau pendidikan etika akan sangat berpengaruh pada kepribadian anak. Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan kepribadian harus dipersiapkan dengan baik dan melibatkan semua pihak yang terkait dengan pelaksanaanya serta harus dilakukan evaluasi yang berkesinambungan. Pengembangan karakter dan kepribadian di sekolah menjadi sangat penting mengingat disinilah peserta didik mulai berkenalan dengan berbagi bidang kajian keilmuan. Pada masa ini pula peserta didik mulai sadar akan jati dirinya sebagai pribadi atau manusia yang mulai beranjak dewasa dengan berbagai problem yang menyertainya.

5. Peran lingkungan masyarakat

   Pendidikan karakter tidak akan berhasil jika hanya mengandalkan pendidikan di sekolah saja. Kerja sama dengan komunitas masyarakat dengan berbagai bentuknya sangatlah diperlukan demi keberhasilan perkembangan kepribadian yang dilaksanakan disekolah. Pendidikan kepribadian yang berbasis pada masyarakat harus diupayakan dengan mendesain berbagai macam corak kerja sama dan keterlibatan antara lembaga pendidikan dengan komunitas-komunitas dalam masyarakat demi terwujudnya lembaga pendidikan yang bermakna, bermutu dan mampu menjawab aspirasi setiap anggota masyarakat. Kerja sama antara lembaga pendidikan dan komunitas di luar lembaga pendidikan akan membentuk ikatan yang semakin erat antara dunia pendidikan dan komunitas masyarakat yang akhirnya mendukung suksesnya program pendidikan karakter secara keseluruhan sehingga kepribadian dapat berkembang dengan baik. Institusi sekolah yang berada di lingkungan masyarakat (terutama tingkat dasar dan menenga pertama), adalah wahana yang efektif untuk pendidikan karakter. Berhubung lokasi sekolah berada dalam sebuah komunitas, maka masyarakat setempat harus peduli dengan peran sekolah dalam membangaun karakter muridnya. Dengan adanya program manajemen berbasis sekolah (MBS), maka masyarakat dapat berpartisipasi dalam mempengaruhi sekolah-sekolah negeri (atau swasta) setempat untuk melaksanakan pendidikan karakter.

Kesimpulan :

   Berdasarkan analisis data yang telah peneliti lakukan, maka peneliti dapat menyimpulkan, menurut Erik H.Erikson teori psikososial diartikan sebagai perkembangan secara khusus hal ini berarti bahwa tahap-tahap kehidupan seseorang dari lahir sampai mati dibentuk oleh pengaruh-pengaruh sosial yang berinteraksi dengan suatu organisme yang menjadi matang secara fisik dan psikologi.Teori Erik Erikson tentang teori psikososial belum secara jelas menerangkan tentang perkembangan psikososial pada anak usia dini dalam tinjauan pendidikan agama islam, namun ada persamaan dari antara teori Erik H.Erikson, perkembangan anak usia dini, dan tinjauan pendidikan islam, yaitu inisiatif mengenali dan melaksanakan sesuatu yang memang diperlukan untuk dikerjakan sebelum ditanya apa berkehendak untuk melakukannya. Pada masa ini, terjadi perkembangan fisik, intelektual serta percaya diri untuk melakukan sesuatu, sehingga anak menjadi lebih mampu mengontrol tubuhnya. Anak mulai memahami bahwa orang lain memiliki perbedaan dengan dirinya, baik menyangkut persepsi maupun motivasi (keinginan), dan mereka menyukai kemampuan dirinya untuk melakukan sesuatu. Mengatakan bahwa anak usia dini adalah masa yang paling baik dalam perkembangan psikososial anak usia dini. Yang dikenal dengan golden age yaitu masa keemasan. Bahkan dalam tinjauan pendidikan islam lebih sfesifik mengatakan bahwa perkembangan psikososial sudah dapat dilatih

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun