Aku berjalan menyusuri jalan penuh kenangan ini
Jalanan beraspal halus..
Kanan kiri rumah-rumah tua bergaya tahun 70an dengan tembok kokoh berwarna putih berpagar tanaman perdu yang berbunga seperti mie berwarna kuning.
Di halaman luas ada jalan dari pintu ke arah jalan besar, diujungnya ada tempat duduk dari semen di kanan kiri, tempat aku duduk sambil berbincang dan bercanda dengan teman sebaya.
Disitu seringkali aku duduk bersamamu jika jadwal terbang sedang kosong.. Kita tertawa, bercerita, aku menari diiringi nyanyian dengan suara baritonmu yang indah. Sesekali juga terdiam tanpa kata hanya menikmati kebersamaan.
Pohon jambu air masih berdiri tegak dihalaman rumah kita dahulu.
Yang kuingat selain buah yang menjadi rebutan anak-anak adalah ulat jambu dengan kepala besar dan badannya yang kecil. Unik ya, Pa.. Â kita suka menertawakan ulat kecil ini, seperti astronout yang akan ke bulan.
Aku berjalan di jalan penuh kenangan
Aku bahagia,
Karena di dalam kenangan, aku bisa berlari memelukmu, Pa.
Apa kabar di surga sana?
Aku baik-baik saja disini, mencoba menjalani hidup yang penuh warna dan rasa, pahit, asin dan manis bahkan kadang juga masam.
Di jalan kenangan,
Aku bisa menemuimu,
Duduk berdua di teras depan,
Memadamkan lampu, dalam hening menatap jutaan bintang di langit kelam. Sambil sesekali melihat bintang jatuh, katamu, "ucapkan doa dan keinginanmu bersama bintang jatuh, semoga harapanmu tercapai suatu hari nanti."
Di jalan kenangan sepi,
Aku suka dengan ide bahwa kau selalu menjaga dan memelukku dari atas sana.
Aku bahagia bisa memilikimu tanpa batas..
Jakarta, 070523