Siapa sih yang tidak suka bakmi?
Hampir semua orang doyan dengan makanan ini dari mulai kelas bakmi ayam gerobak abang-abang di pengkolan jalan atau trotoar, warung bakmi legend sampai bakmi yang di sajikan di resto atau hotel bintang lima. Selalu ada fans yang memilih bakmi sebagai menu pembuka hari, makan siang yang paripurna atau ngemil di malam hari (yang ini pasti membuat tidur lebih nyenyak)
Di kota Jakarta tercinta ini memiliki banyak tipe bakmi dan setiap lapisan masyarakatnya punya kecenderungan akan kesukaannya masing-masing
1. Bakmi ayam abang-abang : ini tipe bakmi yang punya ketebalan biasa dan lurus, dan diberikan topping ayam bumbu kecap dan diguyur oleh saus merah ditambah sambal cabe pedas. Â Biasanya di jual oleh abang-abang yang berkeliling memakai gerobak .Â
Mungkin awalnya makanan ini adalah replika dari bakmi ayam cina yang biasanya cukup mahal dan non halal. Karena orang Indonesia cerdas dan kreatif maka  dibuatlah bakmi yang sesuai budget dan bisa memdatamgi pembelinya.  Lentur dan cair diantara pembelinya. Bakmi ini menurutku paling enak dimakan sebagai sarapan pagi.
2. Bakmi ayam Warungan, jadi bakmi ini masih lekat dengan gaya khas Cina. Â Pilihan bakminya juga banyak ada bakmi keriting, bakmi lebar, bakmi alot, locupan (bakmi dari tepung beras yang panjangnya sebesar jari tengah yang bagian tengahnya tebal dan ujungnya meruncing), bihun dan kwetiaw (kwetiaw juga berbahan dasar tepung beras namun bentuknya melebar dan ini cukup populer sebagai pilihan setelah bakmi).Â
bisa dipastikan sebagian besar dari masyarakat Indonesia sudah pernah makan dan menjadi pilihan favorit. Â Bakmi adalah makanan karbo yang sangat mengenyangkan, kalau di luar negeri disebut one-mealdish karena tidak perlu tambahan lauk lain. Â Rasanya gurih, lezat dan membuat kita teradiksi.
Bakmi yang populer ini menurutku memiliki banyak aspek yang mewakili wajah sebuah masyarakat. Â Bakmi bukan hanya semangkuk makanan saja tapi sudah menjadi bagian hidup bahkan mungkin juga gaya hidup masyarakat.
Didalam Bakmi ada sejarah panjang tentang perubahan masyarakat karena manusia berubah di setiap generasi, penjual bakmipun harus menyesuaikan dagangannya agar  mampu beradptasi dan kompetitif.  Bila tidak fleksibel bisa ditinggalkan oleh pelanggannya.
Di dalam masyarakat Tionghoa, bakmi juga menjadi simbol filosofi kehidupan. Â Setiap perayaan selalu terhidang bakmi sebagai sebuah simbol. Â Menarik ya.
Selain itu menurutku bakmi juga memiliki aspek Sosiologi di dalam masyarakat.