Sidemen, desa kecil indah di timur Bali yang tak terbaca oleh banyak orang..
Permata cantik berpijar dalam hening.
Tersembunyi dalam kabut dengan jalan menanjak dan meliuk diantara sawah menguning dan pebukitan hijau indah..
Tempat para begawan menempa diri..
Mencari keheningan dan melukis dalam kanvas tentang keindahan sederhana keseharian penduduk Bali..
Perempuan adalah sang penopang hidup..
Bekerja menyunggi batu, menanam padi sambil menyusui bayi..
Para pria menggembalakan kerbaunya..
Kabut adalah keseharian ..Â
Dusun diatas awan..Â
kadang pekat ..Â
kadang tipis melenakan..
Dingin terbawa kabut dan suara alam terdengar merdu menyatukan semua keindahan alam dengan  nyanyian selaras memuja Sang Hyang Widhi.
Sebuah Mantram dari kedalaman hati semua mahluk.
Sepanjang siang mendung, aku duduk di teras kamar beratap rumbia di Sidemen yang dingin.
Hujan deras membawa angin dingin dan kabut tebal..
Pohon kamboja di halaman depan tetap tenang menerima air yang datang berbagi berkat..
Bunga Kamboja luruh menghiasi taman..
Indah..
Lamat-lamat harum dupa bercampur wangi hujan menyeruak di tempatku..
Sore pun hadir dan hujan kabut masih hadir menemaniku..
Tiba-tiba hujan berhenti..
Kabut menipis dan menghilang..
Awan beranjak pergi
Dan sebuah busur berwarna melengkung indah..
Pelangi bermula dari Gunung Agung yang mulai menampakkan diri..
Aku tertegun..
Tak mampu berkata..