Musim semi setahun sebelum pandemi, aku mengunjungi Osaka untuk menengok anak sulung yang kuliah disana.
Pada saat merencanakan kesana, aku membeli tiket tanpa memperhatikan bahwa ternyata di 2 minggu kunjunganku disana adalah saatnya Sakura bermekaran.
Tiba di Osaka disambut dengan suhu 6 derajat yang membuat menggigil manusia khatulistiwa ini. Kupikir karena musim semi jadi udaranya tidak sedingin winter. Hari itu masih belum ada sakura yang mekar, hanya kuncup yang berwarna coklat gelap saja dan ranting-ranting kurusnya.
Hari kedua aku berada disana, tiba-tiba seperti dikomando bunga sakura bermekaran di seluruh penjuru kota. Luar biasa indah mempesona.
Semuanya menjadi begitu romantis seperti hidup dalam negeri dongeng.
Dipinggir jalan, di taman dan dipinggir sungai semua sakura bermekaran. Â Indah sekali.
Di suatu hari yang dingin dan berangin, aku tidak ada rencana bepergian kemanapun karena menunggu anakku selesai kuliah, kemudian kami akan bertemu di Shinsaibashi. Â Dia akan naik sepeda kesana dan aku akan menggunakan kereta bawah tanah seperti MRT Â kalau di Jakarta.
Aku tinggal di sekitaran Stasiun Kyobashi (stasiun kereta ini adalah headquarter dari Keihan Line).
Jepang sendiri punya keunikan dari sistem perkeretaapiannya.
Seperti di Stasiun Kyobashi ini. Â Untuk arah luar kota ada gatenya sendiri, jalur masuk khusus kereta luar kota (JR line). Â Ada lagi gate untuk jalur Osaka Loop ( kereta ini melayani pemberhentian dibeberapa stasiun yang kalau dilihat pada peta kereta api jalurnya berupa lingkaran jadi kalau naik kereta di stasiun A akan kembali ke stasiun A lagi dengan kereta yang sama).
Dan satu lagi ada kereta bawah tanah seperti MRT. ini untuk jalur kereta yang menghubungkan kota atau tempat di Osaka.