Mohon tunggu...
Savitri Chandra
Savitri Chandra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Author

Wanderlust, Writer, Baker, love nature photography People who living extraordinary in the ordinary world

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Perempuan

22 Maret 2021   16:01 Diperbarui: 14 Maret 2022   06:43 3278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. Pribadi - Aku dan Mama

Mamaku selain mengurus dan menjaga kami, beliau juga berjualan panci, gelas dan banyak barang lsinnya. Dengan sepeda dia berkeliling menawarkan juga menagih utang ke para pembeli. Mama juga menjahit bajunya sendiri dan anak-anak, memastikan kami mengerjakan pekerjaan rumah dari sekolah, membetulkan genteng bocor, mengganti lampu rusak, mengawasi tukang dan sambil memasak makanan yang bergizi untuk kami juga membuat kue.  Masih aktif di kegiatan PIA yang banyak banget kegiatannya. Mama seperti punya seratus tangan untuk bekerja.

Dahulu kalau ada acara PIA, Mama musti memakai kebaya orange dan kain. Mama melakukannya sendiri dengan cepat, menggelung rambut, menyasak dan memakai konde, kemudian memakai kebaya, kain yang cantik dan rapih kemudian memakai kemben yang panjangnya meteran. Mama sendiri yang dengan canggih mewiron (mewiron atau mewiru adalah cara melipat kain dibagian depan sehingga saat dipakai nanti akan cantik dan pas liris polanya) kain-kain batik tulisnya. Dengan telaten memasikan lipatannya betul dan diberikan pewangi alami sehingga menimbulkan bau yang khas.

Sebagai perempuan, Mama begitu luwes dengan segala ketrampilan kewanitaannya namun juga tangguh dan tidak cengeng.

Ada cerita yang aku ingat saat masih kecil, Papa akan berangkat ikut dalam perang Timor Timur. Karena kami tinggal di kompleks Halim dan di kompleks itu semua penerbang maka mereka ditugaskan ikut operasi yang sama. Pergi berperang.

Sore itu sebuah bus besar mulai menjemput dari rumah di paling ujung. Mama sudah memandikan kami semua dan memakaikan baju yang bagus sambil menemani Papa yang sebentar lagi akan dijemput oleh Bis Besar berwarna biru tua itu. 

Dari ujung jalan sudah terdengar tangisan dan jeritan dari istri dan anak yang ditinggal ayahnya memasuki bis itu. Mama begitu tenang dan teguh.. sampai kemudian bis itu berhenti di depan rumah kami, Papa bersiap naik dan sebelumnya mencium dan memeluk kami semua termasuk Mama yang dipeluknya erat dan dicium keningnya. Mama tetap tersenyum mengantar kekasih hatinya berperang. Tidak kulihat satupun tetes mata yang jatuh.

Setelah bis itu berlalu, Mama mendatangi dan menghibur ibu-ibu yang lain, mereka diajak ke rumah dan Mama memasak bihun goreng dalam wajan yang besar sekali. Kemudian mengajak makan malam bersama beserta anak-anaknya.

Mama tidak menangis di depan kami tapi aku tahu mama adalah perempuan yang kuat sekali berdoanya.

Mungkin di malam hari saat kami terlelap Mama menangis dalam doa-doanya agar Tuhan menjaga Papa dan teman-temannya yang sedang berperang di tempat yang jauh.

Mamaku memang perempuan cerdas dan kuat yang mengajarkan arti hidup supaya tidak cengeng dan pantang menyerah.

Kemudian hari Papaku terkena stroke saat kami masih SMA dan SMP. Mamaku sambil menemani dan melayani Papa yang sakit juga mengelola keuangan dengan ketat sehingga kami semua anaknya bisa bersekolah lulus sarjana dan saat Papa meninggal, kami tidak memiliki hutang sepeser pun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun