Ku mendengarkan lagu buatan ku yang belum selesai. Belakangan ini aku tidak bisa mendapat ide untuk membuat musik. Apalagi setelah aku ditipu berkali-kali dengan manusia tidak bertanggung jawab itu. Ini membuatku sangat frustasi.
“Mikaa ayo bangun nak, sarapan sudah siap!” Teriak ibu dari ruang makan. Aku segera bangun dan pergi ke ruang makan. “Kamu tidur jam berapa kok bangunnya siang sekali?” tanya papah sambil membaca koran. “Biasa lah pah paling hanya buat membuat lagu sampah itu sampai ga tidur.” ujar kakak ku sambil tertawa. Papah menatapku “apa benar itu Mika?” Lalu aku balas dengan mengangguk saja. “Papah itu tidak pernah setuju ya kamu menjadi musisi, lebih baik kamu ikuti saran papah saja menjadi pengusaha.” Ku mengernyit mendengar perkataannya dan diam saja.
Setelah menghabiskan sarapan ku, aku siap-siap dan pergi ke rumah temanku. Namanya Rano, dia adalah sahabat karib ku dari aku masih kecil. “Eh dari mana aja lo Mik? Udah lama ga ketemu ni” tanya Rano. “Ya gitulah biasa si papah” jawabku.” Lalu teringat dengan tawaran Rano untuk mengikuti lomba produksi lagu. “Eh iya, tentang lomba itu kayaknya gue gabisa ikutan deh No.“ ujar ku. “Lah kenapa Mik? kan ini kesempatan lo juga, masa di buang gitu aja, Lo gamau ngubah mimpi kita jadi kenyataan? Dan hadiahnya lumayan banget Mik kalo kita menang, dan gue percaya kita bisa.” kata Rano. “Gue mau lah no, tapi gimana ya Papah gue ngga pernah setuju” Rano berfikir sebentar lalu dia mendapat ide. Rano mengajakku ke kafe ayahnya. Terdengar suara gitar yang sangat apik. Lalu saat lirik pertama dinyanyikan aku sangat terkejut bahwa yang menyanyi adalah penyanyi idolanya. Aku sangat kenal suara itu. Dari kejauhan aku menyipit dan benar dugaanku, dia adalah Raya Pratama, salah satu produser dan penyanyi terbaik di Indonesia. Setelah mendapat tempat duduk aku bertanya pada Rano, “lo kenal sama Raya Pratama No?”
“Iya Mik mungkin lo akan kaget karena ka Raya itu ternyata temen bokap. Gue kaget juga mik pas tau hahahah” jawab Rano.
Lalu beberapa saat setelah ka Raya menyelesaikan lagu, ia datang ke meja kami dan menyapa. “eh Rano apa kabar?”
“Baik kak” jawab Rano sambil senyum dan menjabat tangannya. “Kenalkan ini Mika yang aku ceritakan waktu itu”
“Oh halo, aku mendengar banyak tentang mu” sambil mengulurkan tangannya.
Ku tersenyum dan menjabat tangannya.
“jadi Mik, gue ajak lo kesini untuk bantu lo aja kalo misal ada pertanyaan” jelas Rano.
Ku terdiam sebentar. “Iya Mika, silahkan tanya-tanya saja, mungkin kakak bisa bantu” ucap ka Raya.
Lalu aku menjelaskan panjang lebar kepada ka Raya tentang ayah ku yang tidak setuju dengan mimpiku.
“Saat saya masih seumur kamu, saya juga mengalami hal yang sama, orang tua saya tidak setuju dengan mimpi saya dan sempat menuruti semua perkataan mereka. Namun saya melakukannya secara terpaksa dan itu membuat saya sangat tertekan sehingga mempengaruhi kesehatan mental saya.” jelasnya.
“Kemarin saya sudah lihat beberapa hasil pekerjaan kamu Mika, dan menurut saya hasilnya sangat bagus, kamu itu sangat bertalenta, mungkin dengan sedikit arahan kamu bisa mengejar mimpimu.”
Aku merasa termotivasi setelah mendengar perkataan ka Raya.
“karena sudah mempengaruhi kesehatan mental ku, akhirnya orang tua ku memberi ku kesempatan dan hasilnya, aku bisa sukses mengeskpresikan diriku dalam musik.” Lanjutnya.
“aku yakin kamu bisa mengejar mimpimu jika kamu beusaha keras Mik, dan kamu juga harus tau bahwa kamu punya hak untuk memilih masa depanmu sendiri. Kamu punya jalan mu sendiri. Tetapi kamu juga harus tau konsekuensinya dan bisa tanggung jawab.” jelasnya lagi.
Kami mengobrol cukup lama dan jam di hp ku sudah menunjukkan jam 8 malam. Akhirnya aku dan Rano berpamit dengan kak Raya dan bergegas pulang ke rumah.
Saatku sampai rumah, terlihat papah di ruang tamu menungguku sambil memegang kertas. “dari mana saja kamu sampai malam begini?”
“Ini apa?” Tanyanya sambil menunjukkan kertas-kertas itu yang ternyata adalah lirik-lirik lagu yang sudah kubuat. Papah sudah terlihat marah dan tiba-tiba dia merobek kumpulan kertas lirik itu, aku sangat terkejut dan sakit hati. Aku tidak menahan air mata ku dan aku pun menangis.
“Sudah berapa kali papah bilang tidak setuju dengan kamu menjadi pemusik?” Bentak papah. “Kamu mau makan apa?” Bentak papah lebih keras.
Aku tegakkan badan ku, dan mengumpulkan keberanian “Pah, kenapa papah gapernah kasih aku kesempatan sama sekali? Aku tau ini untuk kebaikan aku, tapi bukan berarti aku harus hidup untuk mimpi orang lain. Bagaimana aku bisa bahagia?” Jawab ku sambil menangis sesenggukan.
Papah tertegun mendengar perkataan ku. Aku bergegas pergi ke kamar tidur dan meninggalkan papah yang masih terdiam.
Keesokan harinya
Adi, ayah dari Mika menemukan brosur lomba yang terjatuh dari tangan Mika yang terburu-buru ke kamar tidur tadi malam. Adi akhirnya memutuskan untuk membicarakannya dengan Mika.
Tok tok tok
Suara ketokan di pintu kamar Mika mebuatnya menoleh, namun tidak ia hiraukan. “Mika, buka pintunya nak papah mau ngomong sebentar, ini soal lomba”
Mika mengernyitkan alisnya lalu akhirnya beranjak dari kasurnya dan membuka pintu. Terlihat ayahnya berdiri di depan pintu dengan sepucuk brosur di tangannya. “Papah akan izinkan kamu untuk mengikuti lomba ini, dan papah akan mendukung kamu untuk menjadi musisi. Tapi ada syaratnya, kamu harus lulus dengan nilai yang baik, baru nanti setelah lulus kamu bebas mau pilih kemana.” Jelas Adi. “maafkan papah sudah merobek kertas lirik mu, papah akan membuatnya lagi.”
Mika membulatkan mata. “Serius pah??”
“Yeaaaaaaaayyyyyy” teriak Mika sambil melompat-lompat. Mika pun langsung menghubungi Rano dan menceritakan semuanya.
Masih ada 2 minggu lagi sebelum waktu deadline. Mika dan Rano akhirnya berdiskusi dan mengerjakan lagu yang akan di submit ke lomba. Karena Mika sudah mendapat dukungan penuh, dia semakin semangat dan mendapat banyak inspirasi.
Mika dan Rano bekerja keras untuk hasil yang maksimal.
2 minggu pun berlalu. Pukul 8 malam di studio Rano.
“ENTER” Mika men-submit lagu mereka yang sudah jadi. “Duh gue nervous banget ni.” ucap Rano yang sedang cemas. “pengumuman pemenangnya kapan ya Mik?”
“Pengumumannya lusa Ran jam 12 siang” jawab Mika.
Hari pengumuman pun tiba.
Mika, Rano dan keluarga sudah standby di depan komputer Mika. Jam dinding sudah menunjukan pukul 11.58 am,
“AAAAA 2 menit lagi, gasabar banget.” Teriak Rano.
Jam sudah pukul 12.00 pm, lalu muncul notifikasi email dari acara lomba tersebut.
Mika klik notif tersebut dan isinya adalah..
“Selamat kepada Mika Adiana dan Rano Saputra! Kamu telah memenangkan perlombaan ini! Kamu memenangkan hadiah sebesar Rp15.000.000 dan perlengkapan studio, juga mendapat kesempatan untuk ikut berpartisipasi di album Raya Pratama yang akan datang. Mohon untuk datang ke kantor kami pada hari Minggu, 10 Desember untuk informasi lebih lanjut. Terima kasih!”
Sontak Mika dan semua yang ada di ruangan itu membulatkan mata dan sangat terkejut membaca tulisan yang ada di depan mata mereka. Mika langsung nangis terharu dan tidak bisa percaya dia telah memenangkan lomba tersebut. Ini adalah awal Mika untuk mengejar cita-citanya.
“Papah bangga sama kamu, dan papah percaya kamu bisa mencapai mimpimu” ucap Adi sambil merangkul Mika. Keluarganya memberi selamat pada Mika dan tidak lupa Rano. “Makasih Rano, lo emang temen gue paling keren, tanpa bantuan lo gw ngga mungkin bisa menang”
“Hahah sama-sama Mik” jawab Rano sambil tersenyum.
Akhirnya karena sudah mendapat support penuh dari keluarga, setelah lulus SMA Mika sudah memutuskan melanjutkan sekolah musik untuk membuat mimpinya menjadi kenyataan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H