Pukul 10:45 Wita, langit terlihat begitu cerah, menampakan keindahan yang tak ternilai, matahari sangat terik, panasnya menembusi jaket yang ku pakai, mengakibatkan aku dehidrasi, mungkin sang pencipta sedang berbaik hati pada pedagang minuman dingin yang berjualan di dalam kampus. Tampak dari berapa sudut antara Fakultas Teknik dan Fakultas Sastra, tempat biasa mahasiswa mangkal menunggu "sesuatu", kulihat kelompok-kelompok mahasiswa sedang duduk-duduk santai, hm, Entahlah.. tak ada kegiatan yang menarik hari ini selain canda tawa mahasiswa yang menunggu dosen, pacar, teman kelas atau yaaah pokoknya deh,,
Aku mendekati sebuah warung, disana ada sekolompok mahasiswa, beberapa dari mereka aku kenal. Sebelum aku masuk Fakultas Teknik tujuh tahun silam, warung ini memang sudah menjadi tempat spesial mahasiswa membeli rokok dan makanan ringan juga minuman dingin, sekalian mangkal. pemilik warung ini adalah warga sekitar kampus yang memang sudah lama berjualan di dalam kampus. tempat tinggalnya sekitar 500 meter dari dari kampus. Setiap hari warungnya ramai di tongkrongin mahasiswa Fakultas Teknik, terlebih mahasiswa yang malas masuk Kuliah
Dengan sedikit berbasa-basi aku menyapa pemilik warung dengan cadaanku, ku tepuk punggunnya,,
“apa kabar om Pulu?”
“baik, kemana saja baru nongol?”
“hehe,, biasa, jalan-jalan” sambil menyodorkan uang seribu rupiah ke arahnya..
"buat apa ini?"
"ya buat beli lah.. masa' buat nyogok"?
"saya mau beli Aqua,," Jelasku.
"beli sama nyogok nggak beda jauh kan?
"hahaha,, om Pulu bisa aja"
salah satu dari mahasiswa yang kebetulan masih adik tiga tingkat dari angkatanku mendekatiku sembari menjabat tanganku
“apa kabar kak? ", ia bertanya dengan basa-basi"
“baik” jawabku singkat, sambil membalas jabatan tangannya
Aku berbalik dan membuka box minuman dingin, ku ambil satu gelas aqua dingin.
“ada kegiatan apa mahasiswa skarang??”
“tidak ada kak,,”
“trus??” kutanya lagi sambil meneguk aqua yang kuambil dari box minuman tadi,,
“sebenarnya ada banyak rencana kegiatan yang ingin kami lakukan, tapi..” kata-katanya terhenti sambil melirik ke arah Fakultas Teknik,, pandangannya nanar seolah menyimpan sedikit kekecewaan..
“tapi apa??” tanyaku penasaran,,
pihak Fakultas tidak bisa membantu banyak pada kegiatan yang kami ajukan, terlebih pada pendanaan, paling 250 ribu sampai 500 ribu bahkan tidak ada sama sekali.
sedikit kesal dia bengkokan bibirnya,,
“padahal kalau dipikir-pikir proposal kegiatan yang kami ajukan, bugetnya tidak dilebih-lebihkan dan tetap masih sama dengan rencana anggaran kegiatan yang kami masukan sebelumnya”,, sambungnya,,
“emangnya berapa rencana anggaran ditiap-tiap kegiatan?” tanyaku lagi
“mmm,, secara umum yaa standarnya paling 1 juta sampai 2 juta, kecuali kegiatan seminar nasional rencana anggarannya bisa mencapai 10 juta,, itu khusus kegiatan himpunan mahasiswa di masing-masing jurusan, lain lagi dengan rencana anggaran kegiatan Mapala atau FSI, lucunya lagi, kegiatan Mapala hampir tak pernah ada kucuran dana dari pihak Fakultas”,,
“hahaha,,, trus??” tanyaku meledek,,
“hm,, mau bagaimana lagi?, otomatis rencana anggaran yang kami buat sudah terampingkan, sementara kami berpikir harus melaksanakan kegiatan, karena sudah masuk dalam program kegiatan”..
“payah”,, kataku datar,,
“payah apanya kak?” wajahnya mengerut,,
kurongok saku celanaku, mengambil sebungkus rokok LA Light Merah..
“mau merokok?”,,tanyaku sambil menyodorkan rokok yang tadi kuambil dari saku celanaku ke arahnya,,
“tidak, terima kasih kak, sudah lama saya tidak lagi merokok,,” katanya sambil menahan tanganku dengan telapak tangannya..
“Owh,, begitu ya?”..
“ya”..
kucabut sebatang rokok dan langsung ku pasang
“maksudnya payah tadi apa kak??” tanyanya lagi dengan wajah penasaran..
“kalian tidak pernah melakukan diskusi?” tanyaku sambil menghembuskan asap rokok dari mulutku..
“diskusi apa kak?” raut wajahnya makin bingung,,
“ya mendiskusikan tentang masalah ini, coba ajak teman-teman untuk diskusikan semua permasalahan yang terjadi diseputar mahasiswa Fakultas Teknik”
“tidak ada waktu kak”,, teman-teman sibuk dengan tugas kuliah dan segala macam tetek bengek,, tidak terkecuali saya,,
“ha??!! .. aku tatap matanya dengan tajam
“tidak ada waktu sedikit pun??”
“begitulah kak,,” jawabnya sinis
“bahkan teman-teman yang jarang kuliah pun tak punya waktu.. waktu kami dipadatkan dengan segala macam aktivitas akademik, sampai nyaris tak dapat berpikir untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang telah kami programkan..”
“pantas!!”
“kenapa kak?”
“sudah pantas tadi aku katakan payah,, kalian tidak punya ide.. diskusi tidak harus dilakukan secara formal dalam rapat,, bisa saja saat sedang berkumpul mengerjakan tugas dibascam kan... atau saat-saat santai diwarung makan,, bisa kan??”
“jika kalian bisa membangun diskusi kecil-kecilan seperti itu, baru kalian rapatkan dengan teman-teman, membahas permasalahan yang kalian rasakan.. setelah itu hasil rapat diajukan ke pihak fakultas, dan lakukan dialog dengan pihak Fakultas”..
“hmhm,,,” tawanya getir,,
“kenapa?”
“sayang abang sudah diwisuda, ada banyak hal-hal yang sudah berubah ditataran mahasiswa dan pihak fakultas dan tidak terekspos keluar, hingga teman-taman yang sudah lulus termasuk kakak tidak akan mengerti tentang keadaan kami yang masih aktif, tidak lagi saya menguraikan dengan penjelasan, ada apa dengan kami, ada apa dengan birokrasi, ada apa dengan TEKNIK?”
Semua dibungkam dengan KEPENTINGAN
Ketika Pemberontakan bukan Lagi Solusi Jitu
Kritikan dibalas dengan Cambukan Drop Out
Para Militan Intelek Mati Suri
Terkubur diantara Langit Dan Bumi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H