Manusia hidup sebagai pemeran utama dalam kehidupan. Kehidupan manusia tidak dapat terpenuhi tanpa terciptanya interaksi. Hal tersebut seakan Judah menjadi goresan takdir yang dibuat oleh penguasa alam semesta kepada manusia. Itulah yang menjadi alasan manusia melabeli diri sebagai mahluk sosial. Sosial menjelaskan proses hubungan dari setiap individu manusia dan kemudian menciptakan sebuah sistem. \
Salah satu sistem yang diciptakan manusia dalam kehidupan adalah struktur sosial. Struktur merupakan bangunan buatan manusia dalam tataran konsep. Konsep tersebut memisahkan manusia berdasarkan klasifikasi yang dibuat, entah ekonomi, politik, atau kebudayaan. Tentut saja akan nampak strata berdasarkan tinggi rendahnya suatu golongan.Â
Muncul lah konsep primus inter pares, atau diartikan dengan keungulan seseorang diantara sesamanya. Praktik dari konsep ini digunakan sejak zaman lampau, untuk menciptakan keteraturan. Keteraturan dapat terwujud jika sudah muncul kesadaran untuk mengklasifikasikan diri pada individu, menjadi pengatu atau yang diatur. Hasil dari proses pencarian nilai kehidupan sosial masyarakat menghasilkan istilah memimpin dan dipimpin. Memang seharusnya setiap orang menjadi pemimpin atas dirinya.Â
Ketika dapat berlaku dengan baik, muncul dorongan dari dalam atau luar untuk memimpin sesuatu yang lebih besar. Kita ambil contoh saja yang berhubungan dengan pengabdian pada negeri. Ada banyak jabatan yang membutuhkan sosok pemimpin dalam masyarakat. Jabatan yang tersedia linier dengan struktur Negara, dimulai dari RT, RW, Desa, Kelurahan, Kecamatan, Kabupaten, Provinsi, dan pusatnya adalah Negara.
Yudikatif berisikan lembaga pengawasan, seperti MA, MK, dan KY. Sedangkan legislatif terdiri dari DPR, DPRD, MPR, dan DPD. DPD yang merupakan Dewan Perwakilan Daerah seakan jadi lembaga sunyi miskin peran dan perhatian masyarakat. Orang-orang yang duduk sebagai DPD merupakan perwakilan dari Provinsi, dan menjadi representasi daerah tersebut. Hal itu menjadi alasan bahwasanya seorang anggota DPD biasanya dianggap tokoh dalam lingkungan masyarakat.Â
Yogyakarta sebagai daerah istimewa memunculkan banyak nama yang berkompeten. Ada sosok Hafidh Asrom, GKR Hemas, Fidelis I. Diponegoro, Cholid Mahmud, dan Hilmy Muhammad. Dari sekian banyak nama, muncul salah satu tokoh yang mencuri perhatian. Tokoh tersebut bernama Dr. Ir. Bambang Soepijanto, MM, seorang abdi Negara yang lama berkecimpung di dunia lingkungan hidup.Â
Bambang Soepijanto bahkan pernah menjabat sebagai Direktur Jenderal Planologi Kehutanan pada tahun 2010 hingga 2015. Dedikasi beliau mendapatkan apresiasi dari pemerintah dengan menyematkan piagam penghargaan purna karya Lingkungan Hidup dan Kehutanan dari Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tahun 2016. Latar belakang tersebut yang melandasi karakter dan jiwa kepemimpinan Bambang Soepijanti tidak perlu diragukan.Â
Beliau menjunjung tinggi konsep kepemimpinan Jawa, yaitu "Ngayomi, Ngayemi, Ngayani". Sebuah konsep filosofi Jawa yang adiluhung dan mengedepankan pelayanan serta perasaan rakyat. Bambang Soepijanto memandang posisi anggota DPD dapat membantu perjuanganya. Perjuangan untuk menjadi abdi masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta dalam menyalurkan aspirasi dan merealisasikan program-program pembangunan wilayah yang realistis sesuai karakteristik wilayah dan lokal spesifik. Layak sekali ditunggu kinerja beliau ketika nanti terpilih sebagai anggota DPD RI melalui daerah pemilihan Yogyakarta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H