Sava membungkuk lemah membungkus kedua kaki dengan kedua tangannya, meremasnya lembut dengan berharap dapat merengkuh dan melindungi badannya yang kecil dan rapuh. Sava menengadah membalas tatapan mata marah itu, bangkit dari sofa dalam kamar, berusaha tegar mengibas rambutnya yg semakin memanjang sempurna, dengan lirih batinnya berbicara, ‘Sava tidak akan menerima perlakuan seperti itu lagi!!. Semua koleksi buku dan draft tulisannya rusak, berserak dan masih berhamparan di kamar kerjanya.
Sava masih berusaha, berhasil tenang dan hanya memandang sayang bercampur rasa sedih tidak membalas hardikan dan bentakan kasar agar batinnya tetap stabil dan kondusif, hal yang selalu dia terima dari orang-orang yang dia sayang. Sesuatu yang harus dia jaga utuh seperti pesan almarhum sahabat yang telah berpulang lebih dahulu. Sava tahu, amat mengerti harus ada jeda untuk sesaat, ada waktu berdiam, ada waktu untuk menangis, ada waktu bersembunyi, ada waktu berbicara, ada waktu belajar, ada waktu beristirahat, ada waktu untuk berkarya, ada waktu menikmati. Semua ada waktunya karena semua akan sia-sia pada waktunya kecuali kasih. Sava yakin itu. Maka dengan menahan tekanan suara jiwa dari dalam dada Sava lirih berbisik; ‘aku telah ditekan sedemikian indah sampai ke ujung batas dalam segala aspek kehidupanku. So, I’m not having It’. Sava hanya menghembuskan nafas dari dalam dada agar merasa lega.
Sava tidak akan memainkan peran yang diberikan kepadanya sedemikian rupa, tetapi semakin fokus kepada pekerjaan karena pekerjaan satu-satunya yang Sava miliki saat ini. Sava ingin mengalami hidup dengan mengalami hal yang buruk untuk dapat berhikmat mengalami hal yang baik, akan menikmati waktu hasil buah kerja yang Sava tanamkarena Sava yakin sedang menulis takdirnya sendiri, tidak mungkin menangis dan meraung-raung di depan orang-orang, tidak juga kepada seseorang di jiwanya yang pernah berkata selalu berdoa untuknya, sahabat yang selalu melingkari bumi. Sava tahu jawabannya, seluruh alam turut diam bersamanya, diam.. dan diam seperti sahabat yang tidak akan pernah punya waktu untuk Sava, bahkan mungkin sangat kekurangan waktu untuk dirinya sendiri, tapi Sava yakin dirinya dan sang sahabat mampu mengolah instuisi alam tidak sadarnya yang telah diolah sempurna untuk di transfer ke alam sadarnya karena Sava tahu dia punya kemampuan dari dalam dirinya sendiri berpikir, kemampuan berpikir yangtidak terbatas memilih solusi yang dia butuhkan dalam setiap mengambil keputusan dan memecahkan setiap masalah dalam berkarya dengan memanfaatkan gelombang alpha di kepalanya, karena Sava tahu dirinya selalu terinspirasi beranjak bangkit menggali potensi diri, mengikuti semua jejak-jejak segala sesuatu yang begitu melekat manis di instuisi batinnya.
Sava yakin dirinya bukan korban. Tidak berbeda dengan sahabat manis di balik awan yang masih berjalan melingkari bumi, sahabat terkasih di balik awan di sisi tahta keabadian pernah berkata; ‘Sava harus kembali mengandalkan karakternya yang kuat yang berbanding terbalik dengan tubuhnya yang mungil’, Sava hampir tersenyum mengingatnya, ya.. sampai saat ini masih banyak yang mengira Sava bukanlah seorang perempuan dewasa seperti kata sahabat terkasih yang begitu cepat pergi berselancar di balik gelombang menuju awan keabadian. Sava sadar siapa teman sesungguhnya ketika ditimpa masalah. Sampai kini yang Sava yakin mereka berdua masih mau mendengarnya dari balik awan yang dihantar gelombang.
Sava tidak mau menghabiskan banyak waktu untuk terus mengasihani dirinya sendiri tetapi belajar dari hal berat dan tidak akan menyerah, bercita-cita menjadi perempuan dewasa didepan mata semua orang meski kata-kata adalah sesuatu yang lebih mudah diucapkan dari pada menerapkannya sebab Sava selalu sangat canggung ketika Sava semua memandang dan berharap banyak padanya, rasanya Sava ingin berteriak dengan rasa tidak suka; ‘aku sangat tidak nyaman!’, jerit Sava di dada, Sava mengalami kriris kepercayaan diri dan sangat kritis tapi sangat merasa puas dengan moral dan pribadinya. Semua berkata bahwa Sava sangat cantik ketika dilihat langsung, lebih cantik dari foto-fotonya meski tubuhnya kecil, kehadirannya selalu luar biasa setidaknya bagi sahabat-sahabat terdekatnya.
Sava tahu, masa lalu tidak bisa ditulis kembali, batin Sava tidak akan menuliskan yang tidak dia rasakan. Sava ingin istirahat seperti burung rajawali yang sedang gugur bulunya, Sava ingin seperti rajawali baru yang menikmati keluarnya bulu-bulu baru di tubuhnya yang akan membawanya terbang menggunakan kekuatan angin dan cinta sehingga selalu bersih di udara bebas, Sava ingin menggali ilmu baru seperti rajawali yang bertapa di atas gunung yang tinggi dan menyendiri, Sava ingin.. ingin sekali..Sava juga ingin orang-orang menyukai tulisannya meski tidak pernah mengenalnya karena Sava sudah muak dengan segala sesuatu yang berbau negatif, Sava juga tidak akan peduli terhadap pendapat orang-orang tentang dirinya lagi, Sava tidak mau terbelenggu lagi pada sebuah anggapan.. ehhmm take it or leave it, smile.com
19.03.2011
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H