Mohon tunggu...
Siti Savana
Siti Savana Mohon Tunggu... -

Belajar tidak peduli...

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kehormatan Cinta

14 September 2011   07:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:58 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dear kekasih


Hari ini dua kali tiga ratus enam puluh lima hari yang lalu kupernah menari berhiaskan luka namun penuh inspirasi cinta yang membawa banyak perubahan bagi hidup dan kehidupanku. Saat itu aku ingin memerangi iblis dari cangkangnya yang merasuk kejam meski aku selalu ingin bergabung dengan misimu, melayanimu, menerima tawaranmu, siap bertransformasi menyuguhkan transparansi yang siap mengantarmu ke langit tinggi dengan keberanian yang muncul tanpa menghapus rasa takut, berhasil hidup dengan melanggar tradisi demi kasih yang masih kurindu sampai kini.


Ya, cinta adalah pilihan yang harus kuhargai dan kusambut dengan lembut!


Kuingin membangun rumah dan cinta syurga yang nyaman bagimu, memandang dan mensyukuri keberhasilan-keberhasilanmu saat ini dan nanti. Jiwa selaras belajar dengan jiwa untuk merajut mentari pagi bunga kejora merah berdarah yang pernah menetes dari luka yang telah pulih dan mengering menanti kedatangan teman lama


Aku harus sadar untuk menjauh dari kegilaan yang tidak tahu bagaiman ini terjadi. Mengapa aku begitu bodoh dengan cinta yang sebenarnya memiliki nyawa yang suci!


Maukah engkau memaafkan kesalahan hati yang sesungguhnya tidak dapat dilacurkan, mengerti untuk mengajakku melintas jalan yang tulus seperti yang pernah engkau tawarkan dulu. Cinta memang indah kata pujangga dan aku selalu mencari jejak kehormatan cintamu yang kuanggap pernah merendahkanku. Saat ini aku telah berdiri tegak dan berani memandangmu dan percaya kata-kata doamu


Ada sesuatu yang selalu ingin aku katakan kepadamu, aku mencintai dan mengasihimu karena engkau yang telah melukisnya di instuisi bathinku, Sayang!


Jika aku berlari dengan orang yang berjalan kaki, kemudian dengan kelelahanku, lalu bagaimana aku akan berjuang berpacu melawan kuda? Jika aku hidup di negeri yang damai tapi aku tidak merasa tenteram, apakah aku harus merambah semak belukar lagi?!


Aku ingin tumbuh dan sekelilingku juga berurat berakar, berdaun hiaju segar, berbunga dan berbuah, karena akar kehidupan yang harus diasupi kebutuhannya agar kita tahu akan menjadi seperti apa pohonnya, bukan?!! Apakah urusan kekasih mampu menghasilkan rancangan-rancangan baik dan melupakan yang jahat dengan menjalankan nazar-nazar dan daging sembelihanmu di bulan suci yang akan kau sambut dengan jiwa dan ruh sucimu di bawah pohon zaitun yang rimbun dan elok dipandang mata?


Kakimu dan kakiku tidak akan tersandung lagi di atas bukit-bukit yang diliputi senja menyambut kesucian, menjauh dari hari yang kelam pekat, penuh gelap gulita karena telah membiarkan aku menangis ditempat yang tersembunyi, tertawan sendiri, airmataku berlinang-linang bahkan bercucuran oleh karena kesombonganmu. Apakah yang akan kau katakan apabila orang-orang yang kau perlakukan sebagai pacar diangkat menjadi pemberi mahkotamu? Bukankah kesakitan akan menyergap mereka seperti perempuan yang melahirkan putra-putrimu, dan engkau akan bertanya mengapa semua ini menimpaku seperti macan tutul yang mengubah belangnya. bukan sayang??!


"Duduklah di tempat yang rendah sekali sebab mahkota kemuliaan sudah diturunkan dari kepalamu dalam menyambut bulan dan cinta sucimu!! karena semua akan diangkat ke tempat pembuangan, layangkan matamu melihat hati dan jiwa tahir yang penuh doa kasih untukmu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun