Mohon tunggu...
Saut Donatus Manullang
Saut Donatus Manullang Mohon Tunggu... Akuntan - Aku bukan siapa-siapa! Dan tak ingin menjadi seperti siapa-siapa.

Damailah Negeriku!

Selanjutnya

Tutup

Politik

Koalisi PDIP-GERINDRA Pasca PILEG Menuju PILPRES 09 JULI 2014

3 April 2014   17:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:08 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://assets.kompasiana.com/statics/files/2014/04/13963941051883500645.jpg

*PERANG SINDIRAN DALAM PUISI*

Keretakan hubungan PDIP dan Gerindra sebenarnya sudah terbaca ketika pasca Pilkada DKI Jakarta 2012, dimana Jokowi-Ahok memenangkan pilkada. Ternyata saat dilakukan survey untuk pilkada DKI saat itu bersamaan juga dilakukan survey pilpres, dan hasilnya lebih menguntungkan pihak Prabowo dibanding Megawati. Hal ini bisa dilihat dari hasil survey SMRC yang memilih Prabowo sebesar 25% sedangkan Mega hanya memperoleh 15%. Lalu muncullah istilah "penumpang gelap" di pilkada oleh Megawati.

Setahun lebih berselang,

Megawati Soekarnoputri mengumumkan penunjukan Jokowi sebagai calon presiden dari PDIP, Prabowo Subianto dan Gerindra langsung bereaksi dengan memberikan komentar miring kepada PDIP dan Jokowi. Pada saat kampanye Gerindra di Lapangan Gelora Bung Karno, Prabowo menyindir capres lain sebagai capres boneka dalam pidatonya. Walau tidak menyebutkan secara jelas capres mana yang dimaksud, banyak pengamat politik menyatakan bahwa sindiran tersebut ditujukan kepada Jokowi dan PDIP. Lalu disusul lagi dengan sindiran dalam bentuk puisi "Asal santun", lalu disusul puisi berjudul "Sajak Seekor Ikan dan Air Mata Buaya' karya Fadli Zon yang banyak menafsirkan puisi tersebut juga sindiran kepada PDIP dan Jokowi.

Gayung bersambut, sajak-sajak yang dibacakan oleh kedua tokoh Gerindra itu, direspons elite dari PDI Perjuangan, Fahmi Habsyi. Fahmi menjawab sindiran tadi dengan sajak pula. Isinya lebih santun namun menohok. Judul puisinya ‘Pemimpin Tanpa Kuda’.

Bukan hanya petinggi partai tersebut yang melakukan perang sindiran, di jejaring sosial, pendukung kedua pihak tersebut juga melakukan hal yang sama. Lucunya, di dunia maya ketegangan melebihi para tokoh tadi. Perang kata-kata berisikan kritik dan argumen bahkan tak jarang berujung saling ejek antar simpatisan.

Di lain pihak, tentu situasi ini akan menguntungkan partai-partai lain yang sejak kemarin duduk manis di bangku baris paling depan sebagai penonton seraya bertepuk tangan menyaksikan perang sindiran antara PDIP vs Gerindra.

*NOSTALGIA KEMESRAAN MASA LALU*

Lupakan dulu perang sindiranya! Mari bernostalgia!

A. Pemilu 2009

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun