"SeIkhlasnya saja pak!"
Jawaban singkat yang mengagetkan. Beliau menjawab lembut setengah membungkuk hormat. Ah mungkin beliau sungkan pikirku. Kutanya lagi eeh... beliau tetap memberi jawaban yang sama, menolak menyebut nominal rupiah. Agar tidak berlama-lama akhirnya saya memberi lembaran rupiah yang menurutku lebih dari cukup. Beliau tersenyum puas sambil mengucapkan terimakasih berulang-ulang.
SeIkhlasnya!
Sulit bagi saya untuk mengkonversi kata "SeIkhlasnya" menjadi angka dalam rupiah. Dan bukan nilai rupiahnya yang membuatku tersentak tapi ketulusan dan keramahan si bapak yang membuatku terkagum-kagum. Di jaman penuh hedonisme ini ternyata masih ada orang-orang baik yang sederhana seperti si bapak sang pengayuh becak. Satu setengah jam bersama bapak hanya dihargai "seIkhlasnya".
Tukang becak itu benar-benar telah menampar saya, sehingga terbangun dari tidur saya selama ini untuk benar-benar mengerti apa itu arti kata 'Ikhlas'.
Mudah-mudahan!
Tabik erat,
Parjalpis, Siantarcity
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H