Mohon tunggu...
Saut Donatus Manullang
Saut Donatus Manullang Mohon Tunggu... Akuntan - Aku bukan siapa-siapa! Dan tak ingin menjadi seperti siapa-siapa.

Damailah Negeriku!

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Sesat Pikir Para Kritikus Jelang Pilkada Serentak di Media Sosial

1 Desember 2015   15:21 Diperbarui: 16 Agustus 2019   10:47 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1.Argumentum ad Hominem Tipe Abusif

Argumen diarahkan untuk menyerang manusianya secara langsung. Penerapan argumen ini dapat menggambarkan tindak pelecehan terhadap pribadi individu yang menyatakan sebuah argumen.
Hal ini keliru karena ukuran logika dihubungkan dengan kondisi pribadi dan karakteristik personal seseorang yang sebenarnya tidak relevan untuk kebenaran atau kekeliruan isi argumennya. Argumen ini juga dapat menggambarkan aspek penilaian psikologis terhadap pribadi seseorang.

Contohnya: ”Eh calon walikota dukungan lu itu khan hanya tamatan SMU, paling banter S1 doank mana bisa jadi pemimpin. Calon gua donk sudah S4 lulusan luar negeri pulak." Red-luar negeri =swasta keleess...!

Kesesatannya : “Tingginya pendidikan akademis dan gelar seseorang, bukan jaminan seseorang itu berhasil memimpin. Banyak orang sukses tanpa Banyak orang sukses tanpa gelar akademis yang disematkan di namanya.

2. Argumentum ad Hominem Tipe Sirkumstansial
Tipe ini menitikberatkan pada perhubungan antara keyakinan seseorang dan lingkungan hidupnya. Tipe ini juga menunjukkan pola pikir yang diarahkan pada pengutamaan kepentingan pribadi, sebagai contoh: suka-tidak suka, kepentingan kelompok-bukan kelompok, dan hal-hal yang berkaitan dengan SARA.
Contoh : “Dia kan bukan seagama denganku, tidak mungkin dia bisa memimpin kota ini dengan baik.
Kesesatannya : “ketidaksetujuannya bukan karena hasil penalaran dari argumentasi, tetapi karena lawan bicara berbeda agama, beda warna kulit, beda rambut. dll.

Bagaimana kita menghadapi orang-orang seperti yang disampaikan di atas jika bertemu di dunia maya?
Kalau saya pribadi jika suasana sudah tidak kondusif, saya akan biarkan mereka berceloteh sendiri. Beri ruang untuk dirinya sendiri lalu tinggalkan. Jangan terbawa emosi.

Oh ya, kelupaan, ada satu lagi jenis sesat pikir menurut saya pribadi. Apa itu???


“Orang yang sesat yang ikut-ikutan berpikir sesat walaupun hanya sesaat.”
Orang jenis ini ibarat kapas yang terbang kemana angin suka.

Boleh kritis, tapi jangan sinis donk!

Salam Damai,
Parjalpis Siantarcity

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun