Mohon tunggu...
sausan aliyyah
sausan aliyyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Saya adalah Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Hobi bersepeda, menulis, membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tantangan dan Solusi Dakwah di Era Disrupsi

30 Juni 2024   19:05 Diperbarui: 30 Juni 2024   19:17 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh : Syamsul Yakin dan Sausan Aliyyah

Dosen dan Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Permasalahan dakwah saat ini meliputi kendala dan tantangan dalam dakwah. Dalam hal ini kendala dalam dakwah adalah keterbatasan dai dari segi kualitas dan kualitasnya. Keterbatasan alat (media) dakwah, waktu dan tempat dakwah berbeda-beda. Kendala dalam dakwah, termasuk pendanaan. Semua ini memerlukan manajemen dakwah.

Pada saat yang sama, tantangan dakwah adalah para dai dan mitra dakwah harus berupaya keras. Tantangan dakwah dapat diatasi dengan mencari cara atau horison baru dalam berdakwah saat ini.

Permasalahan dakwah saat ini bertepatan dengan era disrupsi yang sulit diprediksi/antisipasi. Dalam konteks ini, era disrupsi adalah era perubahan besar-besaran di bidang informasi dan teknologi digital yang menyerang Mad'u. Misalnya saja rusaknya keimanan (akidah), diabaikannya syariah, dan adanya dekadensi moral  yang terjadi tanpa diketahui siapa pelakunya.

Para dai pun terkesima dengan semakin populernya perjudian online yang telah mencapai total 600 triliun transaksi. Di era disrupsi ini, para penjudi tidak terlihat, transaksi dilakukan dengan sistem jarak jauh, bandar pun juga tidak terlihat di negeri antah berantah. Tetapi, masih ada korban. Misalnya ada yang kalah lalu menyerah dan gantung diri.

Untuk mengatasi tantangan dakwah di era disrupsi ini, para dai dan mitra dai harus sadar akan literasi digital dakwah. Literasi digital dakwah adalah kemampuan mengakses dan menggunakan media digital untuk berdakwah. Misalnya saja menggunakan media online untuk berdakwah. Spesifiknya bisa membuat konten dakwah yang lebih teknis lagi di media sosial. 

Selain itu, kelompok yang ada harus dimaksimalkan untuk menyebarkan tiga pesan dakwah terpenting yaitu keimanan, syariah dan akhlak. Untuk para dai tidak boleh berhenti menciptakan dan mempromosikan dakwahnya di dunia digital. Dakwah di era disrupsi ini tidak mengenal kepuasan kata karena hambatan dan tantangan dakwah datang begitu cepat.

Perlu dijaga antara lain hubungan baik dan perhatian penuh terhadap mad'u di internet. Kapan pun memungkinkan, tidak ada seorang pun yang meninggalkan grup dengan alasan apa pun. Bisa saja ada mad'u online yang menganggap konten-konten tersebut merugikan gerakan dakwah.

Secara pribadi, para dai harus mampu bertahan untuk terus berdakwah di zaman disrupsi ini. Oleh karena itu, dai harus bersikap kritis terhadap perkembangan tren atau permasalahan di dunia digital. Solusi alternatif dari pemecahan harus canggih (sophisticated). 

Kesimpulannya, di era disrupsi ini, seorang dai harus memiliki kecerdasan emosional (EQ), memahami dunia digital dan tantangannya, serta menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk berdakwah.*

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun