Mohon tunggu...
sausan aliyyah
sausan aliyyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Saya adalah Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Hobi bersepeda, menulis, membaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mempelajari Antropologi dalam Menyebarkan Dakwah

29 April 2024   20:35 Diperbarui: 29 April 2024   20:52 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Pinterest 

Oleh : Syamsul Yakin dan Sausan Aliyyah, Dosen dan Mahasiswa UIN Syarif Hidayatulah Jakarta 

Antropologi Dakwah terdiri dari dua kata: antropologi dan Dakwah, untuk memberikan definisi antropologis tentang dakwah, kita perlu menyatakan kembali definisi antropologis dan juga definisi dakwah sendiri. Pada titik ini perlu kita tekankan kembali bahwa antropologi adalah ilmu yang mempelajari manusia dan kebudayaannya. Tujuannya adalah untuk memahami manusia seutuhnya sebagai makhluk hidup, baik dulu maupun sekarang.

Definisi ini menunjukkan bahwa antropologi adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia.

Secara linguistik, dakwah sekarang adalah kata dalam bahasa Arab yang berbentuk masdar. "Memanggil" atau "menyeru" dalam bahasa Indonesia. Oleh karena itu, terlihat bahwa kegiatan dakwah melibatkan baik pihak yang berdakwah (da'i) maupun pihak yang menerima dakwah (mad'u).

Da'i adalah orang yang menjalankan kepemimpinan dalam masyarakat, diungkapkan secara lisan, tertulis, atau tindakan, yang kesemuanya merupakan pengetahuan dan ajaran tentang keyakinan. Kebudayaan dakwah sendiri sekaligus merupakan hasil perbuatan dan tindakan gerakan dakwah. Isi budaya dakwah adalah konsep, teori, dan metode yang diajarkan Dai kepada Mad'u.

Dengan kata lain, antropologi dakwah hanyalah ilmu yang mempelajari dari sudut pandang budaya masyarakat yang didominasi oleh risalah dakwah melalui proses dakwah.

Bidang Antropologi dakwah mempelajari bidang antropologi sosial atau antropologi budaya yang fokus mempelajari manusia dan kehidupannya, manusia dan kebudayaannya, termasuk orang yang bergejala dakwah. 

Sebagai produk budaya, dakwah dikaitkan dengan pandangan masyarakat terhadap dakwah. Ada yang menganggap dakwah sebagai kebutuhan rasional, ada pula yang menganggapnya sebagai kebutuhan sosial dan budaya. Banyak orang yang meyakini bahwa dakwah adalah kebutuhan teologis, kewajiban agama yang ada pahala dan dosanya. Tetapi, antropologi dakwah justru bertujuan untuk menemukan batasan-batasan yang lebih empiris bagi kajian dakwah, mulai dari kebutuhan teologis (nilai-nilai yang berkaitan tentang ketuhanan) hingga kebutuhan antropologis (kemanusiaan). Demi mencapai tujuan dakwah, maka didasari dengan budaya-budaya yang ada dengan segala kreativitas, selera, dan adanya semangat dalam diri manusia.

Objek kajian antropologi Dakwah tentu berbeda dengan objek kajian sosiologi dakwah. Jika objek penelitian sosiologi dakwah tidak hanya masyarakat tetapi juga sistem dan kelompok sosial, maka objek penelitian antropologi dakwah adalah kebudayaan yang ada dalam diri manusia, individu, maupun komunitas. Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa objek penelitian antropologi dakwah sama dengan objek penelitian antropologi. Dengan kata lain, upaya untuk mempelajari, menganalisis, dan mendeskripsikan orang secara komprehensif.

Metodologi penelitian sosiologi dakwah menitikberatkan pada kuantitas dibandingkan kualitas, karena sosiologi dakwah perlu menggunakan data statistik untuk mempelajari kehidupan masyarakat dan memperoleh data yang nyata dan valid.

Sedangkan, Metodologi penelitian antropologi dakwah menggunakan metode deskriptif, kualitatif, holistik, dan komparatif.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun