Dalam pengembangan perangkat lunak modern, Software Configuration Management (SCM) menjadi komponen penting yang menjamin konsistensi, integritas, dan keterlacakan seluruh artefak dalam siklus hidup perangkat lunak. Salah satu aspek paling krusial dalam SCM adalah kontrol versi, yang memungkinkan tim pengembang melacak, mengelola, dan mengoordinasikan perubahan terhadap kode sumber dan dokumen terkait.
Dua alat yang paling sering digunakan dalam praktik SCM adalah Git dan Subversion (SVN). Keduanya memiliki pendekatan dan filosofi berbeda dalam pengelolaan konfigurasi perangkat lunak. Artikel ini bertujuan untuk membandingkan Git dan SVN dari berbagai aspek teknis dan praktis, terutama dalam konteks proyek skala besar. Penulisan ini juga merujuk pada jurnal A Prologue of Git and SVN (Karthik Pai B.H., et al., 2019) sebagai salah satu rujukan utama.
Gambaran Umum Git dan Subversion
Git
Git adalah sistem kontrol versi terdistribusi (Distributed Version Control System/DVCS) yang dikembangkan oleh Linus Torvalds pada tahun 2005. Dalam Git, setiap pengembang memiliki salinan penuh dari repositori, lengkap dengan riwayat versinya. Hal ini memungkinkan pekerjaan secara offline dan mempercepat proses commit, branching, serta merging.
Subversion (SVN)
Subversion atau SVN adalah sistem kontrol versi terpusat (Centralized Version Control System/CVCS) yang dikembangkan oleh Apache Foundation. Dalam SVN, semua versi disimpan di repositori pusat dan pengembang hanya mengakses salinan kerja (working copy). Setiap commit atau update memerlukan koneksi ke server pusat.
Perbandingan Fitur Teknis
Aspek