Mohon tunggu...
Sauqina Ina
Sauqina Ina Mohon Tunggu... -

Anak SMA kelas 3, sebentar lagi lulus. Saya english debater. Suka memikirkan kejadian sepele dan mencoba mencari 'sesuatu' di dalamnya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Setelah Sekolah, Terus...

21 April 2010   05:04 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:40 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Nggak ada habis-habisnya! Gitu-gitu doang, mengulangi hal yang sama berkali-kali untuk satu tujuan yang kadang masih belum jelas. Duit buat apa? Kerja buat apa?

Naif banget kalau saya bilang kalo saya nggak butuh duit! Saya toh selalu berusaha untuk mendapatkannya semakin banyak-semakin banyak semakin banyak. Tapi buat apa? Memenuhi kebutuhan hidup.

Kalau kebutuhan hidup udah penuh, lalu gimana? Ya... menikmatinya.

Nah, menikmati hidup dengan bantuan uang untuk memenuhi kebutuhan. Kalau bisa menikmati hidup tanpa harus lewat jalan kerja? Gimana? Apa tetap harus kerja?

Saya sungguh ingin ‘menikmati hidup'. Bukannya ada dalam rutinitas kerja, kerja, kerja sampai akhirnya berhenti karena nggak bisa lagi. Baru kemudian menemukan hal yang menarik, fun, tapi di usia yang udah nggak pantes lagi dan usia itu malah jai pembatas saya untuk melakukah=n hal menarik yang sebenarnya bagian dari menikmati hidup.

Simpelnya sih, saya tidak mau tidak sempat menikmati hidup cuma karena kerja yang tujuannya untuk menikmati hidup.

Saya punya keinginan untuk bisa sering jalan-jalan keluar kota atau luar negeri. Haha. Ini ngaco, tapi, itu salah satu hal yang saya inginkan. Untuk mewujudkannya saya harus punya uang. Mau punya uang, harus kerja yang sungguh-sungguh.

Jadi kalau mau hidup senang mesti kerja!

Atau kawin sama orang yang punya kerjaan yang penghasilannya bisa bikin hidup senang!

Dan akhirnya saya muter-muter, dan menarik kesimpulan, kalau mau hidup enak, harus kerja atau kawin.

Tapi satu hal yang saya ingin sticky banget sama diri saya sendiri, jangan sampai saya terhanyut oleh ritme kerja-kawin itu. Saya ingin sekali, jika sudah mapan nanti, bisa dengan ringan hati melepaskan pekerjaan and start to living the life. Kerja konvensional (yang ada naik pangkatnya itu atau hitungan tentang untung rugi dsb) cuma batu loncatan dalam hidup saya, bukan tujuan itu sendiri. Kecuali jika saya mencintai pekerjaan itu dan bisa menikmati hidup saat mengerjakannya (misalnya, saya jadi sastrawan atau seniman), maka kasusnya lain lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun