Mohon tunggu...
Ruang Geri
Ruang Geri Mohon Tunggu... Dosen - Blogger Reborn

Belajar Menulis untuk menguatkan ingatan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Masa Depan Wisata Lampung di mata orang Sukabumi

23 November 2009   12:25 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:13 1231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kota bandarlampung sebagai kota keragaman budaya

Mengutip dari sebuah iklan yang di populerkan oleh salah satu kandidat gubernur lampung saat kampanye PilGub Lampung 2008 silam, bahwa keragaman di lampung merupakan sebuah kekuatan terbesar bagi kemajuan provinsi lampung. lampung maju atas keragaman itu, sebut saja misalkan bila kita dengerin siaran radio RRI, maka tiap hari akan ada acara budaya yang menyajikan berbagai budaya daerah di indonesia. ada acara budaya batak, sunda, jawa, bali, palembang dan tentu saja lampung.

Keragaman budaya di  Lampung bisa dilihat dengan adanya perkampungan BALI di berbagai sudut kampung di Lampung Timur, komunitas warga Jawa barat yang begitu mewarnai Sumber Jaya di Liwa Lampung Barat, Suasana Jogja Di Kota Metro, dan logat Betawi yang menjadi suasana Khas Di Kota BandarLampung. mungin banyak lagih yang luput dari pandangan mata saya tentang keragaman lampung.

Persepsi dan kesadaran

secara persepsi, diakui bahwa lampung belum memiliki persepsi yang baik akan daerah tujuan wisata, imej terminal rajabasa yang sangar, imej daerah yang masih terbelakang, warganya yang tidak ramah, dan kualitas pelayanan masyarakat yang tidak maksimal misalnya. persepsi daerah tujuan wisatawan lokal pun sepertinya masih belum diharapkan, masih banyak warga lampung yang memilih weekend ke luar lampung seperti Jakarta, Palembang, Bandung dan lokasi wisata lainnya di Pulau Jawa.

membangun persepsi

"persepsi baik tentang lampung perlu dibangun dengan kualitas layanan di tempat-tempat publik seperti pintu gerbang Dermaga Kapal Bakauheni, persepsi baik tentang lampung bukan hanya sekedar adanya tugu siger yang mentereng di puncak bukit walaupun secara pandangan mata emang itu bagus, namun bila tidak disertai dengan sambutan pelaku ekonomi dan petugas di lapangan tidak sinkron, seperti contoh ketika turun dari kapal, kadang orang bete menikmati sambutan calo yang kasar dan sepertinya dibiarkan liar oleh para petugas. maka hal itu akan sia-sia, kalo dianalogikan seperti memandang gadis cantik, pas gadis itu ngomong bahasanya kasar dan cempreng he he he …

persepsi baik juga bisa dengan pemeliharaan dan pengadaan sarana pendukung wisata seperti alat transportasi dan fasilititas umum. setelah pengunjung turun dari kapal sudah bete dengan perilaku calo, kini mereka di suguhi bus-bus “AC” yang jauh dari kategori nyaman selayaknya menggunakan bus AC yang normal, mulai dari AC-nya yang kadang idup kadang nggak, berangkat telat karena nunggu penumpang terlalu lama, adanya jok tambahan yang bikin tidak nyaman dan sebagainya. yang dilihat justru pungutan kontribusi dari pemda yang begitu gencar baik di tiket maupun di peron tambahan.

Kesadaran entitas masayarakat

dari segi bisnis wisata lampung,bisnis yang disandarkan pada aspek wisata adalah bisnis pelayanan dan bisnis kenyamanan, dia tidak sekedar bagaimana mencari keuntungan sebanyak-banyaknya, melainkan bagaimana konsumen puas sepuas-puasnya, sebetah-betahnya sehingga si konsumen tidak lagi melihat nilai ekonomis dari suatu barang melainkan nilai kepuasan yang tiada hingganya."

kesadaran masyarakat sangat penting bagaimana ketika dia bisa membuat pengunjung (baca konsumen) puas dan nyaman dalam menikmati jasa dan pelayanannya. (dikutip dari tulisan sendiri di seruit.com)

Masa depan wisata lampung sepertinya menunggu persepsi dan kesadaran masyarakat terbangun dan bersinergi, sehingga bisa menjadikan daya tarik bagi perkembangan wisata di Lampung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun