Collector’s item atau barang koleksi dapat menjadi sebuah investasi yang menguntungkan. Apalagi barang koleksi yang dimiliki termasuk langka atau diproduksi secara terbatas, maka harga jualnya bisa berlipat ganda dari jumlah uang yang dikeluarkan.
[caption id="" align="aligncenter" width="300" caption="from www.dtmagazine.com"][/caption]
koleksi kelinci?
Wajar jika para kolektor barang antik --umumnya dari kalangan berduit-- merasa enggan untuk menjual koleksinya karena pertimbangan kelangkaan tersebut. Minimal kolektor yang berniat menjual koleksinya dapat menegosiasikan harga kepada para peminatnya dengan leluasa.
Apa yang terjadi jika barang yang langka adalah waktu?
Karena waktu sendiri adalah komoditi yang sangat terbatas dan tidak dapat diulang.
Yang jelas bukan Pe’i pedagang arloji yang meraup untung, melainkan 'tukang-tukang sunat' yang dapat memotong waktu menjadi lebih singkat.
[caption id="" align="aligncenter" width="400" caption="from http://ngocokperut.blogspot.com "]
klo yg nyunat begini, sanggup disunat berapa kali?
Makanya jangan heran kalau ada orang yang bisa ‘menyulap’ birokrasi yang njelimet jadi sederhana, atau oknum yang bisa ‘nyunat’ masa tahanan koruptor jadi lebih singkat, selalu menawarkan jasanya di dahului dengan mantera “wani piro?”
.
.
.
[caption id="" align="aligncenter" width="400" caption="from http://chandrapzm.wordpress.com"]
.
.
.
Planet Kenthir logo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H