AYOCK BELANJA : BARANG PROMO VS BARANG DISKON Hari-hari biasa saja banyak sekali pengunjung yang datang ke pusat perbelanjaan apalagi hari besar atau akhir pekan, padahal sebagaian besar selalu mengeluh kesulitan ekonomi, usaha lesu, pembeli sedikit, sulit mencari uang susah, dan bla-bla; namun kenyataannya pemngunjung tetap membludak. Ada apa gerangan sebenarnya?
Rupanya para pengusaha juga tidak kehabisan akal, mereka sudah mengetahui gelagat pangsa pasar. Itu sebabnya dipasanglah beberapa cara untuk mengadakan promosi secara besar-besaran. Makanya ada yang disebut barang promosi dan barang yang didiskon banyak sekali diminati dan dibeli dalam jumlah yang banyak, apalagi diming-imingi hadiah-hadiah yang menarik. Pembeli gampang sekali terhipnotis, alhasil pengeluaran menjadi banyak, padahal barang yang dibeli belum tentu dipakai.
Sebenarnya apa beda barang promo dengan barang diskon? Bila jawabannya “sama” ngak ada beda itu artinya adalah sama-sama harganya diturunkan atau dipotong. Namun perbedaannya adalah barang promo itu biasanya barang yang masih baru, yang belum dikenal masayarakat. Boleh jadi memang sudah agak lama diproduksi tetapi masih belum banyak yang tahu. Oleh sebab itu perlu adanya SPG (Sales Promotion Girl) untuk mempromosikan barang-barang ini, bila perlu promosinya dari pintu ke pintu (door to door). Logikanya barang-barang ini mestinya barang yang bermutu baik, karena mereka pengin untuk kelanjutan barangnya tetap dipakai konsumen, untuk seterusnya mutu barang itu menjadi rendah kita tidak tahu lagi. Barang promo akan dilengkapi oleh petugas promosi yang sudah dilatih supaya pembeli benar-benar tertarik dan mebelinya.
Ada pembeli yang menyesal setelah membeli barang tersebut karena ternyata tidak diperlukan, hanya matanya gatal melihat dan begitu tergiur dengan promosi barang baru yang diiming-imingi dengan hadiah yang menarik; padahal hadiahnya juga bukan hadiah yang mahal harganya. Inilah semacam manusia, membeli bukan karena kebutuhan, tetapi membeli karena kemauan.
Sementara barang diskon lain lagi ceritanya, barang-barang ini biasanya adalah produk lama, namun karena barang kali kurang promo jadinya ngak gitu jalan di pasar, maka untuk menjualnya perlu di diskon. Atau jika berupa makanan mungkin tinggal beberapa bulan lagi expired, maka di diskon. Atau juga tutup tahun, biasanyanya toko-toko pada cuci gudang, maka barang-barang di diskon. Sebenarnya jikalau kita tetapkan prinsip seperti di atas, membeli barang yang dibutuh bukan karena kemauan, maka semuanya beres dari persoalan. Selama ini yang menjadi masalah adalah, orang-orang pada beli, karena kemauan, bukan karena kebutuhan, itu sebabnya menjadi pemborosan.
Jika di US sudah biasa orang-orang mencari barang diskon, apalagi ada waktu-waktu tertentu barang-barang bakal di diskon dengan persen yang tinggi. Menjelang Natal, setelah Natal dan masuk Tahun Baru, banyak kita temukan barang diskon, secara khsusus Thanksgiving Day, hampir semua Mall menggelarkan Diskon khusus. Pada hari Thanksgiving, acara diskon dinamakan Black Friday, maka secara serentak hari itu barang-barang di diskon termasuk barang-barang elektrononik. Beberapa toko elektronik biasanya sehari –semalam (24 jam) sebelumnya orang-orang sudah berbaris menunggu antri masuk, karena dingin mereka memasang tenda dan tidur di sana.
Selain itu ada toko yang mendiskon bahan-bahan makanan, daging dan sebagainya. Jadi membeli barang diskon juga merupakan cara hidup hemat, asal saja sekali lagi mebeli barang yang diperlukan /dibutuhkan. Perlu hati-hati juga dengan barang diskon ini, pengusaha biasanya cerdik-cerdik, mereka bisa saja menaikkan harganya dulu baru di diskon, itu sebabnya harus ngerti harga pasar jangan tergiur begitu saja. Jikalau barang itu boleh dikembalikan tentu tidak masalah, intinya pintar-pintarlah memilih.
Saat ini di mana-mana krisis ekonomi, pemakaian uang dijatah, karena uang masuk juga terjatah; maka barang diskon alternatif yang paling baik, yang penting harganya sudah di diskon menjadi murah, yang penting mutu barangnya masih bagus. Bukan jamannya lagi untuk gengsi, pamer dan berfoya-foya ria, karena kebutuhan sehari-hari saja menurut sebagian besar orang sulit dicari. Memang tidak sampai memenuhi pribahasa “Hemat Pangkal Kaya” , namun paling sedikit kita dapat mengatur pendapatan dan pengeluaran kita dengan teratur dan jangan sampai defisit. Kiranya kita masing-masing memiliki hikmat untuk memilah mana barang yang segera harus dibeli, mana yang bisa ditunda, mana yang belum perlu dan mana yang tidak perlu. Semoga!
Note : Coba klik video ini : https://www.youtube.com/watch?v=qXNT0m7QZ2k
Medio, Sept 2015 S Saud
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H