Mohon tunggu...
Saumiman Saud
Saumiman Saud Mohon Tunggu... Administrasi - Pemerhati

Coretan di kala senja di perantauan

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Pulo, Mengapa Tidak Mau Pindah!

21 Agustus 2015   12:31 Diperbarui: 21 Agustus 2015   12:35 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kira-kira 30 tahun yang lalu saya dan beberapa teman pernah bertemu dengan dua anak perempuan yang masih kecil mungkin sekitar umur 10 dan 8 tahun di pasar petisah Medan, waktu itu saya dan kawan-kawan hendak singgah di sana makan mie pansit. Kudua anak yang masih kecil ini meminta-minta uang pada kami, lalu kalau kami tidak menghiraukan mereka kita dicubit; saya perhatikan ini berkali-kali rupanya terjadi. Akhirnya kami tiba di tempat jual mie, maka kami hendak makan, namun anak itu tetap saja minta uang alasannya mereka belum makan , nada memelas penuh belas kasihan. Saya dan teman-teman tidak sampai hati melihat anak itu dan kami berinisiatif sepakat tidak memberi anak itu uang berhubung  karena mereka lapar maka kami pesan dua mangkok mie buat mereka berdua. Tetapi apa lacur, kedua anak ini tidak mau makan, mereka minta uangnya. Mereka takut ayah dan ibunya marah bila tidak mendapat uang. Rupanya mereka minta-minta bukan karena lapar, tetapi karena diperintahkan oleh ayah dan ibu mereka.

Kasus ini hampir sama dengan para penghuni di rumah kampung Pulo yang kemarin di gusur namun mereka berontak. Saya yakin mereka bukan tidak sadar bahwa Jakarta perlu dibenahi supaya bukan hanya kelihatannya lebih apik, tetapi juga harus ditata, dibentuk supaya benar-benar bebas dari serangan banjir. Dari berita yang diperoleh bahwa pemerintah DKI telah menyediakan tempat tinggal pengganti berupa rumah susun berikut semua perlengkapannya yang tentu lebih baik dari bangunan liar yang mereka tempati saat ini. Tetapi yang tidak terduga adalah mereka tidak mau, dengan alasan mau minta ganti rugi berupa uang juga. Penulis coba mempelajari mengapa mereka tidak mau diberikan tempat yang baru? Padahal tempat yang baru itu lebih aman, lebih nyaman, alat-alat rumah tangga lengkap semua, boleh tinggal gratis selama tiga bulan dan setelah itu bulanan iurannya juga lebih murah. Secara logika saja, tidak masuk akal jikalau mereka tidak mau. Lalu mengapa?

Spekulasinya begini :

1. Kemungkinan yang ikut-ikutan memberontak itu terpengaruh isu miring dari orang-orang yang sebenarnya mendapat keuntungan dengan keberadaan mereka tetap di rumah liar. Bisa saja mereka adalah yang menganggap diri pemilik bangunan rumah liar itu sehingga setiap bulan mereka mendapat uang sewa dari sana.

2. Bisa juga mereka yang membuat kerusuhan itu adalah mereka yang dibayar oleh oknum tertentu supaya membuat kericuhan, kita tidak tahu itu siapa? Bisa saja kemungkinan lawan politik yang mengipas-ngipas supaya suasana makin panas.

3. Jaman sekarang semua kejadian dijadikan masalah politik, dan herannya ntah kenapa ada oknum DPRD aktif turut mengutuk pelaksanaan penggusuran ini. Seharusnya jikalau para pejabat hendak sama-sama membangun kota Jakarta, maka pejabat harus mendukung program ini.

4. Para penghuni perumahan liar ini butuh tempat tinggal yang lebih nyaman, oleh sebab itu mereka perlu menyadari hal ini. Jikalau pada jaman dahulu pemerintah tinggal menggusur saja tidak ada solusinya , sekarang sudah ada solusinya, hal ini merrupakan kemajuan nyata dan kesempatan buat mereka. Jikalau masa jabatan pemerintah sekarang sudah habis dan diganti dengan yang lain ada kemungkinan muncul kebijaksanaan yang baru, belum tentu mereka boleh menikmati pelayanan seperti ini lagi.

5. Bisa jadi yang membuat kerusuhan atau yang mendemo melawan Satpol PP itu bukan orang yang tinggal di Kampung Pulo, jadi ada orang luar yang menyelinap masuk ntah motivasinya apa yang penting membuat kerusuhan. Karena intinya orang normal tidak mungkin tidak mau yang lebih baik.

6. Kapolres Jaktim: Warga yang Rusuh di Kampung Pulo yang Punya Bisnis Kontrakan, jadi tidak ada lagi uang masuk, makanya ikut ribut.

Lalu bagaimana nich…! Aduh, sendiri yang bertanya sendiri menjawabnya pula.

Seharusnya jika kita mengaku sebagai warga negara yang baik dan mencintai negara, tentu kita mencintai pembangunan. Apalagi pembangunan kali ini sudah direncanakan dengan bagus. Mereka yang rumahnya dirobohkan bukan ditelantarkan begitu saja, namun sebagai gantinya diberikan perumahan susun yang konon jaraknya hanya 100 meter dari tempat mereka sekarang ini. Padahal bangunan di tempati saat ini adalah berada di atas tanah pemerintah, dan saking cintanya pejabat saat ini pada rakyat kecil maka dibangunlah rumah susun ini dan diberikan kepada mereka dengan biaya yang paling murah. Rumah susun yang diberikan itu terdiri dari dua kamar lengkap dengan perabotnya, tempat tidur, dapur , TV dan Kulkas. Yang menarik adalah tiga bulan pertama mereka tdak perlu bayar apa-apa. Apakah ini masih kurang adil? Rasanya hanya pemerintah Jakarta saja yang begitu memanjakan rakyatnya dengan memberikan perhatian khusus kepada mereka seperti ini. Itupun masih saja berontak? Iri deh mereka yang dari propinsi lain, membaca beritanya saja serasa geram, Macam nana ini, ? Macem-macem saja.

 

Media 21 Agustus 2015

 

S Saud

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun