[caption caption="Palsu"][/caption]Menggosok Gigi sambil bersiiul-siul!
Teringat pada masa kecil bila yang dinamakan dokter gigi sangat ditakuti, walaupun jaman itu anak-anak tetap saja membandel malas menggosok gigi. Karena teknologi yang masih jadul sehingga dokter gigi itu dikonotasikan sebagai rasa sakit. jadi belum apa-apa sudah menolak duluan ke dokter gigi. Jadi hanya pada waktu giginya sudah sakit parah, tetapi bila sakitnya masih ringan-ringan berlubang, masih bisa diobati dengan minyak angin dan gumpalan kapas atau kadang pakai tembakau, cengkeh atau garam. Jadi begitulah kondisi permasalahan gigi pada jaman dahulu, sehingga tidak heran pada saat umur dewasa sudah banyak gigi yang rusak dan harus dicabut.
Terlepas dari disiplin ilmu biologi atau kedokteran maka secara praktis kita tahu bahwa kegunaan gigi untuk mengunyah makanan dan menikmati makanan sehingga mencapai kepuasan makanan itu enak atau tidak enak. Tetapi karena kesrusakan gigi kadang makanan yang enak itu tidak dapat dinikmati rasa enaknya, apalagi di dalam mulut itu sudah ada gigi yang palsu sehingga waktu menggosoknya bisa sambil bersiul-siul.
Nah berdasarkan pengalaman ini maka semestinya sejal usia dini kita diberikan pengetahuan tentang betapa pentingnya gigi kita, sakit gigi juga dapat mempengaruhi kinerja kita , karena secara otomatis kepala juga terasa sakit. Karena sakit gigi maka terpaksa kita harus istirahat beberapa hari dalam pekerjaan, karena orang yang sakit gigi tidak suka dengan suara berisik, secara psikologis sakitnya bertambah nyut-nyut.
Karena gigi begitu menentukan kinerja kita maka kita tentu harus memeliharanya, bagi yang sudah terlanjur giginya rusak hanya perlu untuk mencegah supaya tidak banyak yang rusak; tetapi bagi mereka yang giginya barus menjdai prioritas utama pemeliharaannya. Gigi palsu sebenarnya hanya merupakan untuk memperindah penampilan saja, kan tidak elok kalau kelihatan ompong, selain itu tidak ada. Betapa “menderita” jikalau boleh pilih lebih baik tidak usah memasang gigi palsu. Kita makan makanan jadi serasa lain sekali, apalagi kita takut kalau makanan itu lengket-lengket terutama makan daging. Kemungkinan gigi palsu implant lebih bagus, tetapi harganya kan mahal sekali, satu gigi yang implant saja konon ceritanya perlu biaya Rp 10 sd 15 juta. Celakanya gigi palsu yang terpasang pada mulut kita juga belum tentu nyaman, dan kalau kita malas-malas memasangnya, maka mulut kita akan berubah bentuk sehingga suatu saat kita hendak pasang lagi sudah tidak cocok.
Pemeliharaan gigi secara dini perlu disosialisiskan dan dilaksanakan, khusus masyarakat di Jakarta, menurut Gubernur Ahok mereka boleh memeriksa gigi secara gratis, penulis tidak tahu propinsi lainnya. Oleh karena itu kita harus hilangkan tradisi lama, sakit gigi dahulu baru ke dokter gigi. Selama perawatan dokter perlu mengadakan pembersihan karang gigi, tentunya dibarengi dengan kerajinan kita setiap hari menggosok gigi. Makanan permen sangat cepat merusak gigi apalagi habis makan lupa membersihakannya.
Pengalaman anak-anak kita yang sejak kecil suka isap jempol sewaktu tidur dan sering memakai botol susu kadang mempengaruhi pertumbuhan dan kerapian gigi. Itu sebabnya jikalau mereka yang punya uang lebih dan pengin merapikan giginya mereka ke dokter supaya memasang kawat (behel) untuk merapikan giginya. Memang ada satu dua orang justru karena giginya model begitu maka mereka boleh menjadi artis untuk mencari uang, kita yakin orang yang begitu tidak mau merapikan giginya. Pemasangan dan perawatan intu kadang melebihi waktu setahun dan biosa dibayangkan betapa mereka berkorban demi kerapian giginya. Jaga dan pelihara gigi sebelum rusak, tidak ada gantinya, penggantinya itu palsu.
Saud, SF
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H