Mohon tunggu...
Saumiman Saud
Saumiman Saud Mohon Tunggu... Administrasi - Pemerhati

Coretan di kala senja di perantauan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jika Sulit Memberi, Mari Berbagi

24 September 2014   15:05 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:43 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

JIKA SULIT MEMBERI, MARI BERBAGI

Sebuah clip humor singkat dari India menceritakan, ada seorang wanita mendapat rayuan dari seorang pemuda di stopan bus, kemudian pemuda itu memberikan sekuntum bunganya, ia terima dengan senang hati namun begitu diterima lewatlah seorang pemuda dengan sepeda motor bebek, maka dengan cepat wanita ini beralih kepada pemuda bermotor bebek itu dan menerima bunganya. Setelah itu lewatlah seorang pemuda dengan mengendarai mobil, kembali wanita beralih kepadanya dan menerima bunganya, pada waktu yang sama lewat seorang pemuda dengan mobil sport yang terbaru, maka wanita itu menoleh ke pemuda itu dan menerima beberapa tangkai bunga; dan bersamaan itu lewat sebuah mobil Mercedes yang terbaru dengan kaca hitamnya, wanita ini dengan cepat bergerak ke arah mobil tersebut, pelan-pelan kaca mobil terbuka, terlihat seorang wanita cantik dengan kaca mata hitam mengemudi mobil tersebut. Kemudian dia berkata mari bunganya berikan kepadaku semua, dan ia mengeluarkan uang Rp 100.000,- dan diberikan kepadanya. (http://www.youtube.com/watch?v=JnacN7D9vtI). Prilaku hidup kita sehari-hari menentukan seberapa nilai atau harga diri kita, sungguh kasihan jika nilai hidup kita hanya berupa Rp 100.000,-

Menjalani kehidupan yang jujur, bersih tidak gampang, karena kita ini terlanjur hidup di dunia yang penuh dengan kehidupan yang kotor penuh polusi. Politik, bisnis yang tidak jujur telah mempengaruhi hampir setiap orang sehingga hari ini kita sulit untuk percaya pada orang lain, namun itu bukan berarti kita tidak memiliki pengharapan lagi. Hari ini ada cukup banyak orang yang sedang berjuang supaya hidupnya jujur, bersih dan kembali kepada firman Tuhan, kita patut bergabung dan penuh setia mendukungnya. Kita tidak gampang menjual murah iman atau integritas hidup kita, seperti harga beberapa kuntum bunga, lalu kehidupan kita berubah begitu saja. Namun kita mau jadikan hidup kita ini menjadi hidup yang tidak dapat dibeli oleh apapun, karena kita meletakkan iman kepercayaan kita kepada Kristus merupakan posisi yang paling tinggi dalam hidup ini. Di dalam dunia bisnis dan politik, kadang sebuah mobil telah dapat membeli integritas hidup kita, sehingga tidak heran hingga hari ini korupsi terus menerus susah diberantas, dan ada orang-orang tertentu terlena dengan keadaan seperti ini. Tanpa pertolongan yang sepenuhnya dari Tuhan maka kehidupan kita akan begitu gampang berubah dan terpengaruh, sedikit mengalami kesulitan saja atau tergiur akan materi yang gampangan maka tanpa ragu-ragu orang rela menjual harga dirinya.

Di Tiongkok ada seorang pemuda yang begitu terobsesi akan Iphone 6, maka ia rela menjual pacarnya seharga Rp 20.000,- satu jam atau 1 juta sebulan demi membeli sebuah Iphone 6; dan herannya pemuda ini mengatakan pacarnya dengan suka-cita akan melakukannya. Dari sini kita bisa menilai bahwa harga diri seseorang tergantung dari bagaimana orang itu sendiri pertama kali mengahargai dan memperlakukan dirinya. Harga diri tidak dapat diukur dengan uang, pendidikan maupun jabatan, artinya kekayaan, ilmu pengetahuan dan jabatan yang kita miliki tidak menjamin kita memiliki harga diri. Jikalau kita menghargai hidup ini dengan “uang receh” maka hidup kita akan menjadi hidup yang receh “murahan” dan itu merupakan konsekwensi kesalahan kita. Patokan untuk berjuang dan menghargai diri bukan suatu kesombongan, karena kita berusaha menempatkan hidup kita selalu pada jalan yang benar dan sesuai dengan firman Tuhan. Patokan harga diri ini harus dikerjakan sendiri secara pribadi, kita tidak dapat perintahkan kepada orang lain supaya meningkatkan harga diri kita.
Mazmur 8:4-5 apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia , sehingga Engkau mengindahkannya? Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat.” Ciptaan yang paling mulia adalah manusia, kita diciptakan hampir sama seperti Allah. Oleh sebab itu kehidupan ini harus dihargai dengan sebaik-baiknya, karana Tuhan sendiri begitu menghargai kehidupan kita. Tidak salah memanjakan diri kita, setelah kita berkerja sepanjang tahun , kita begitu penat dan capek kita butuh istirahan dan menikmati hidup. Makan dan rekreasi mungkin merupakan pilihan kita.. Namun itu bukan berarti kita harus berfoya-foya dengan hasil jerih payah kita. Benar kita sendiri sudah bekerja keras mendapatkan uang tersebut, sekarang kita akan menikmatinya; tetapi sebagai ciptaanNya yang mulia, sewaktu kita menikmati semua ini haruslah dinikmati dengan kehidupan yang bernilai tinggi. Kehidupan kita akan bernilai tinggi itu bukan karena naik pesawat dengan kelas bisnis, hotel berbintang lima, club dan restoran berkelas satu, menghambur-hamburkannya di meja judi atau fasilitas serta membeli pernak-pernik yang mewah, karena itu semua bukan merupakan jaminan. Kita akan merasa sangat bersalah sekali sementara kita menikmati segala kemewahan dihadapan kita masih ada orang-orang yang pada saat yang sama sedang berjuang mati-matian hanya untuk sesuap nasi.
Jikalau selama ini kita lalai, maka sampai detik ini kitapun belum terlambat, bila kita diberi kesempatan membaca artikel ini hingga paragraf ini. Hidup kita akan bernilai tinggi apabila kita memakai kesempatan seperti ini untuk berbagi. Biasakan supaya kita tidak rela menikmati makan malam yang mewah dengan harga beberapa juta sementara ada orang yang kita kenal bekerja dengan gaji tidak mencapai satu juta sebulan. Jadikan hidup kita penuh bersalah bila menikmati segala kemewahan sementara ada sanak famili kita yang sudah bekerja mati-matian masih saja hidup susah. Biarlah hidup kita mendapat teguran dan merasa bersalah terus menerus apabila kita yang sudah mengaku sebagai anakNya masih saja memperhambakan uang kita di meja judi, minuman keras dan hidup dalam dunia kegelapan. Jangan pikir karena uang itu hasil jerih payah kita sendiri maka sesuka-hati saja kita mempergunakannya.

Hidup yang berbagi merupakan prinsip hidup kita, karena tantangan ini bukan hanya berlaku bagi orang yang kaya. Banyak orang mengeluh karena merasa pendapatannya sedikit maka ia menganggap diri tidak sanggup memberi, namun hari ini kita dituntut supaya berbagi dan ini berlaku bagi semua orang. Kita memiliki kesempatan berbagi, walau kita tergolong orang yang miskin, terutama bagi mereka yang pernah merasakan bahwa dirinya hanya merupakan “debu” atau “sampah” yang tidak berguna, namun Kristus boleh mengangkat harkat martabat hidupnya kembali kepangkuan Bapa menjadi anak-anakNya.

Medio Selasa siang,
The Cornerstone
S Saud

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun