Cemburu itu tandanya cinta, apakah itu benar 100%? Belum tentu. Cemburu juga bisa diartikan mengikat dan membuat pasangannya tidak berkutik. Ini tidak boleh dilakukan, itu tidak boleh dilakukan rasa cemburu bertubi-tubi dan aneh rasanya dan rasa seperti dipenjara. Bepergian, piknik apalagi reuni, semua kegiatan yang berhubungan kumpul dengan orang banyak dan bertemu teman lama atau jenis kelamin yang berbeda semuanya tidak boleh., Hanya boleh tinggal di rumah saja, itupun telpon ke sana-sini tetap tidak boleh, bahkan ke pasar di awasi juga. Kerja di kantorpun tidak leluasa, mendapat pantauan terus. Di rumah main internet tidak boleh, apalagi facebook atau twitter. Di rumah si istri melarang suami berbicara dengan pembantu bahkan adik ipar. Sang istri dilarang berbicara dengan sopir dan bahkan tukang sayur. Memang sengaja diambil contoh yang ekstrim, tetapi hal ini benar-benar pernah terjadi dimasyarakat.
Apa sebenarnya cemburu? Bolehkah seseorang itu cemburu? Cemburu boleh saja, karena itu membuktikan ada rasa cinta, tetapi jangan sembarang cemburu. Allah kita saking cintanya pada kita IA juga cemburu pada kita bila tidak memfokuskan hati padaNya. Orang Tionghoa memiliki kata khusus untuk istilah cemburu ini. Biasa kita sebut dengan Ciak Cho (Secara kaku diterjemahkan itu artinya makan cuka). Kata “Ciak Cho” (bhs Hokkian Medan) artinya aslinya makan cuka dan arti slanknya menjadi Cemburu dan ini kebanyakan mengacu pada hubungan antara seorang pria dan eorang wanita. Lalu sekarang, mengapa makan cuka diartikan cemburu? Mari kita simak ceritanya sebagai berikut:
Pada jaman Dinasti Tang, Tang Taizong, adalah kaisar keduanya yang telah banyak memberikan kontribusi atas pemrakarsa "Golden Years" dari Tang. Untuk menyenangkan hati seorang pejabat-Fang Xuanling, dia ingin memberikan Fang seorang wanita cantik supaya menjadi selirnya. Pada masa itu adalah hal yang umum untuk memiliki beberapa istri di Cina kuno, terutama bagi orang-orang kaya dan pejabat. Tapi istri Fang tidak menyetujui suaminya untuk menikahi orang lain. Dan Fang Xuanling itu mulai dari rasa takut dan cinta pada isterinya istrinya maka ia menolak usulan kaisar. Nah, istri Fang adalah pencemburu yang kuat dan telah dikenal sejak dahulu, dan Tang Taizong sedikit terkejut dengan penolakan ini. Karena di Cina kuno, pria adalah surga, sedangkan wanita adalah tanah, yang berarti posisi sosial perempuan sangat rendah.
Dengan beraninya seorang sang istri tidak mengizinkan suaminya untuk memiliki selir, maka Kaisar meminta isteri Fang menghadapnya ke Istana. Kaisar berkata kepadanya, anda memiliki dua pilihan, pilihan pertama adalah untuk mengijinkan suami anda untuk memiliki wanita lain, dan pilihan kedua adalah untuk minum cawan ini anggur yang beracun. Nah, Kaisar itu berpikir istri Fang memilih yang pertama. Pokoknya, tak seorang pun ingin mati. Tapi yang sangat mengejutkan Kaisar adalah, istri Fang mengambil cangkir tanpa ragu-ragu dan minum "anggur beracun" dan menunggu untuk mati. Sebenarnya kaisar hanya ingin menguji wanita ini dan bukan berarti untuk membunuhnya, sehingga "anggur beracun" itu bukan benar-benar beracun tetapi hanya anggur bercampur cuka.
Cinta sang isteri begitu kuat dan sungguh-sungguh bahkan ia berani memilih mati ketimbang melihat suaminya menjadi milik orang lain. Jaman sekarang jaman edan, bahkan ada suami yang rela menjual isterinya atau sebaliknya untuk dinikmati oleh orang lain yang penting ada uang. Cinta tentu tidak demikian. Tetapi wanita dalam cerita ini tidak demikian. Dan akhirnya, kaisar menghormati para wanita dan tidak pernah mencoba menawarkan wanita cantik untuk suaminya lagi. Sejak saat itu, "cuka minum" menjadi metafora dari cemburu. Dan sering digunakan dalam cinta dan hubungan antara pria dan wanita, rasa cemburu disebut dengan Ciak Cho. Adanya Ciak Cho itu berarti ada perasaan cinta, namun jangan cemburu membabi buta. Cemburu yang membabi buta sangat bahaya, dapat merusak pekerjaan bahkan bisnis kita, reputasi kita juga akan hancur dan terganggu.
Cemburu jangan membabi buta, sebaliknya biarlah rasa cemburuan kita berjalan dengan kesadaran kita. Cemburu yang membabi buta itu tidak logika, bukan pula berarti cinta; karena cinta tidak menguasai, cinta tidak menyusahkan, cinta tidak membuat rasa tertekan. Sebaliknya tidak ada rasa cemburu sama sekali itu hampir berarti rasa cintanya sudah padam. Cemburu yang membabi buta berbahaya, sebab dapat membuat seseorang hilang kendali, bahkan melakukan hal-hal yang tidak pernah diinginkan, ingatlah penyesalan selalu datang terlambat. Dengan doa dan pertolongan dari Tuhan kita minta supaya kita diberikan penguasaan diri, raihlah rasa cemburu seperti apa yang dimiliki oleh Tuhan. Karena Dia mengasihi kita maka Dia cemburu pada kita.
San Francisco, Januari 2016
Ilustrasi: shutterstock.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H