Mohon tunggu...
Saumiman Saud
Saumiman Saud Mohon Tunggu... Administrasi - Pemerhati

Coretan di kala senja di perantauan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ahok Marah Asal Jangan Berbuat Dosa

4 Maret 2015   08:31 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:11 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14254074531963475051



Praktek kasih yang diajarkan Tuhan Yesus kepada umat manusia bukan berarti membuai orang tersebut dan membiarkan tingkah dan karakternya berbuat apa saja dan sesukanya.  Apalagi umat manusia itu senantiasa berkecimpung dalam perbuatan yang tidak dikehendaki Tuhan. Seorang penulis mengatakan “menjadi orang percaya itu harus cerdik dan tulus, cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati. Namun perlu diwaspadai bahwa cerdik dan tulus itu harus berjalan seimbang. Jikalau orang percaya itu hanya tulus saja, maka dia akan tertipu dan diinjak-injak; sebaliknya apabila ia cerdik saja maka bahayanya ia akan menjadi orang yang lihai, licik dan licin. Keseimbangan berarti komplit, cerdik dan tulus; tidak menipu dan tidak boleh ditipu, lurus dan tidak boleh dibengkokkan orang atau bengkok sendiri.

Ada orang berpendapat bahwa orang Kristen itu harus penuh kasih, benar sekali apa yang dikatakannya, karena meneladani Tuhan Yesus. Tetapi kasih yang dimaksud bukan  identik dengan membiarkan orang berbuat semena-mena dan tidak boleh dinasehati. Seorang ayah marah kepada anaknya karena ia ingin agar anaknya berjalan pada jalan yang benar, ia tidak membenci anaknya; justru ia mencintai anaknya maka dimarahi. Tuhan Yesus ketika melihat orang-orang berjual-beli di depan Bait Allah, Ia menjungkir-balikkan meja penjualan mereka, Tuhan Yesus marah; karena Ia mau umatNya menghargai Bait Allah. Tatkala Ia melihat orang-orang Farisi dan ahli Taurat yang perbuatannya sudah tidak bisa ditolerir lagi maka Ia marah mereka, Ia berkata bahwa  seperti ular beludak, seperti kuburan yang hanya di luar bagus namun dalamnya berisi tulang belulang dan bau bangkai.

Perseteruan antara “Ahok”, saya lebih setuju menyebutkan sebagai “Gubernur DKI” karena beliau tidak mewakili pribadi, tetapi ia sebagai Gubernur DKI yang sedang silang pendapat terhadap DPRD DKI, dan  saat ini telah mencapai puncaknya. Memang antara yang bersih dan kotor tidak bisa dicampur-aduk, sama seperti di antara terang dan gelap. Pada jaman Musa, Tuhan Allah begitu marah kepada orang Israel karena tegar tengkuknya mereka. Musa juga marah jikalau orang-orang Israel itu tidak tahu diri dan memberontak pada Tuhan.  Sebagai seorang pemimpin, Gubernur DKI Jakarta juga marah, karena ia tidak bisa melihat keadaan uang negara yang menurut perkiraan dihamburkan dalam jumlah yang besar  apalagi sampai disinyalir ada dana yang di "mark-up" dan hingga masuk ke “kantong pribadi”.

Marahnya sang “Gubernur DKI Jakarta” harus diartikan bahwa ia marah karena perbuatan orang yang keliru atau salah, dan kemarahannya tidak boleh diartikan atau disertai dengan kebencian, karena Tuhan Yesus tidak mengajar demikian. Saya yakin apa yang dilakukan oleh  "Gubernur DKI Jakarta" saat ini, dia marah karena adanya ketidak beresan dalam program kerja para pejabat khususnya dalam masalah penyusunan anggran keuangan. Tuhan Yesus mengajarkan,  jikalaupun kita marah, jangan sampai berbuat dosa. Firman Tuhan berkata “Biarlah kamu marah, tetapi jangan berbuat dosa” (Maz 4:5)

Sebagai WNI yang sejati kita tentu tidak mau negara kita terus mundur dan terbelakang dan menjadi miskin terus-menerus. Hanya segelintir orang saja yang kaya-raya, itupun sebagian orangnya bukan karena hasil kerja keras dan menguras keringat sendiri tetapi karena korupsi,  KKN, manipulasi pajak. Kita mau  keadilan itu benar-benar terwujud sehingga yang tinggal di negeri tercinta benar-benar merasakannya. Ada damai dan kenyamanan. Oleh sebab itu kebenaran harus benar-benar ditegakkan dan itu memang tidak disukai semua orang, apalagi ada orang-orang tertentu dengan terpaksa merasa zona amannya terusik.



Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun