Mohon tunggu...
Saumiman Saud
Saumiman Saud Mohon Tunggu... Administrasi - Pemerhati

Coretan di kala senja di perantauan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bila Cintanya karena Hartamu, Lupakanlah

21 September 2019   22:54 Diperbarui: 21 September 2019   23:07 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

                                                  

                          Berapa harga dirimu sebenarnya? Apakah cukup dibayar Rp.1.000.000,00? Bagaimana jika Rp 1 Milyar? Bukankah angka Rp 1 MIlyar itu cukup besar? Bila gajimu hanya Rp.20.000.000,00 sebulan untuk mendapat 1 Milyar engkau harus kerja minimum 4-5 tahun.... Lalu apakah dirimu layak dijual Rp. 1 Milyar?  Semiskin-miskinnya , bila ia normal, apabila kita berikan kepadanya Rp. 1 Milyar lalu kita katakan nyawamu  segera menjadi milikku, maka orang tersebut pasti tidak  mau. Kalau begitu kita tambahkan menjadi Rp 2 Milyar, tetap saja tidak mau...... artinya apa , artinya bahwa harga seorang manusia seharusnya tidak dapat diukur dengan uang. Itu artinya manusia itu sendiri sangat berharga, dan ia berharga bila masih ada nyawanya. Karena standard manusia diciptakan lebih tinggi dari hewan, maka sebenarnya tugas manusia menguasai/mengatur para hewan tersebut. 

                          Bila kita ke pasar, kita dapat menemukan penjual daging, mereka menjual daging itu dalam berbagai harga, daging babi, daging sapi , ayam dan daging kambing, semua itu bisa dijual dengan harga masing-masing, tetapi daging manusia tidak tidak mungkin dijual? Ketika manusia masih hidup ia berharga, setelah meninggal tidak ada harga lagi. Itu sebabnya orang tua berkata, hargai dirimu, pelihara, jaga, baik-baik, hidup yang baik, supaya selama masih hidup itu bermanfaat bagi orang dan bagi tanah air mu. Bila kita sadar bahwa sebagai manusia kita sebenarnya berharga, maka pertama kita perlu bersyukur pada sang pencipta, kedua tidak perlu mengeluh tentang kemiskinan dan penderitaan? Berjuang, bekerja keras sesuai dengan porsi kita. 

                         Di atas sedikit introduksi tentang harga manusia? Nah sekarang kita hendak menelusuri bagaimana seorang manusia itu menghargai manusia lainnya? Sering kita melihat yang merasa kaya, suka menganggap remeh atau menghina yang miskin. Ingatlah kaya itu hanya bonus, bisa juga kebetulan, bisa juga titipan Tuhan kata orang beragama. Satu kalimat qouete yang kemarin saya tulis di media sosial saya adalah, Bila engkau diharga karena hartamu, karena cincin, tas, sepatu, baju, mobil yang engkau miliki, maka tidak perlu bangga, sebab suatu jika engkau kehilangankehilanggan semua itu, maka engaku tidak lagi dihargai. Sebaliknya bila karena barang-barang yang kamu pakai itu kamu dihina, maka jangan sedih, karena orang -orang bukan menghina engkau, tetapi menghina barangnya, kenapa dipikirkan? Sesungguhnya kita tidak sebagai manusia tidak minta dihargai,kita memang berharga.

                         Pujian dan hinaan seseorang terhadap kita, tidak dapat menurunkan standard mutu kita sebagai seorang manusia. Bila engkau seorang wanita cantik yang dipekerjakan di hotel yang mewah untuk memamerkan berlian mewah dan mahal, kemudian ada polisi dan bodyguard yang ikut menjaga di sana, jangan juga merasa bangga dan hebat, sebab yang dijaga polisi dan bodyguard itu bukan dirimu, tetapi berlian......

                         Belakangkan ini kita melihat bertubi-tubi video singkat drama dari vietnam or thailand, yang bercerita tentang masalah sosial. Bagaimana orang kaya menyamar jadi miskin, lalu di hina dan sebagainya. Jadi semua ini berhubungan dengan materi. Terlihat sekali seluruh dunia orang dihargai karena materi. Pembelajaran dari kita hari ini adalah, lupakanlah bila orang menghagai anda karena materi. Lupakanlah bila orang mencintaimu karena materimu, itu bukti ia tidak tulus, tidak sungguh-sungguh, atau singkatnya ia tidak mencintaimu, ia mencintai uang mu..........................

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun