Mohon tunggu...
Saumiman Saud
Saumiman Saud Mohon Tunggu... Administrasi - Pemerhati

Coretan di kala senja di perantauan

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Disebut "Koruptor" Apabila...

25 Desember 2015   05:13 Diperbarui: 25 Desember 2015   07:42 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada tiga fakta di dunia yang sangat menggoda dan mempengaruhi setiap manusia yakni “Tahta” “Harta” dan “Wanita”. Oleh sebab itu apabila berbicara tentang korupsi kadang-kadang tanpa kita sadari ketiga hal di atas menyerempet masuk. Posisi jabatan di sebuah pemerintahan yang “basah” tidak gampang diperoleh begitu saja dan gratis, walaupun kemampuan kita ada, belum tentu kita dapat memperolehnya. Oleh sebab itu ada acara alternatif ke dua supaya memperoleh jabatan tersebut yakni dengan membayar ke sana-sini supaya kita didukung dan disupport supaya jabatan itu kita dapati. Nah setelah kita dapat jabatan itu, sekarang kita berkuasa, namun uang kita sudah habis; oleh sebab itu kita bisa memakai kekuasaan kita yang ada untuk berusaha sedapat mungkin merebut kembali uang yang pernah kita habiskan tatakala hendak memperoleh jabatan tersebut. Oleh sebab itu timbullah korupsi dan kita terjebak di dalamnya, dan itu berlangsung terus menerus dan turun temurun. Apabila dalam waktu berjalan, gerak gerik kita hampir ketahuan, maka kita bisa menutup mulut orang dengan uang kita atau dengan wanita. Ada banyak orang yang barangkali di tengah-tengah itu kemudian mulai sadar dna hendak bertobat, namun karena sudah terlanjur mandi basah maka biarlah basah sekalian. Ia tidak mau menjadi korban dan membayar mahal, dan mungkin juga ancaman yang mematikan para mafia korupsi. Nah di sinilah ia menjadi seorang Koruptor. .

Konon ceritanya di Tiongkok kuno orang sangat menginginkan rasa damai dari kelompok Barbar utara, oleh sebab itu mereka membangun tembok besar. Tembok itu begitu tinggi sehingga mereka sangat yakin tidak seorang pun bisa memanjatnya dan sangat tebal sehingga tidak mungkin dihancurkan walau pun didobrak. Sejak tembok itu dibangun makan dalam waktu seratus tahun pertama, setidaknya Tiongkok telah diserang tiga kali oleh musuh-musuhnya, namun tidak ada satu pun yang berhasil masuk karena temboknya yang tinggi, tebal dan kuat. Namun suatu ketika, musuh menyuap penjaga pintu gerbang di perbatasan itu. Nah apa yang terjadi? Musuh itu berhasil masuk dan menyerang..

Orang Tiongkok itu memang berhasil membangun tembok batu yang kuat dan dapat diandalkan, namun mereka itu gagal membangun mental integritas pada generasi berikutnya. Seandainya, penjaga pintu gerbang tembok itu memiliki mental integritas yang tinggi, ia tidak akan menerima uang suap itu yang tidak hanya menghancurkan dirinya tapi juga orang lain. .

Pemberantasan korupsi harus diawali dengan Revolusi Mental secara besar-besaran. Tadinya sempat terpikir suatu gerakan yang mungkin harus dikumandangkan setiap hari. Seluruh instansi baik swasta maupun pemerintah dilibatkan. Tidak perlu seperti penataran P4 seperti masa lalu, tetapi cukup mensosialisakan di mana-mana. Media massa, TV, Radio, Koran, wajib meyiarkan dan menulis tentang melawan korupsi setiap terbit. Setiap papan Iklan harus ada selogan anti korupsi. Setiap kantor ada selogan anti korupsi. Jadi benar-benar diterapkan secara nasional. Tetapi jangan senang dahulu, usulan itu belum tentu mujarab, jangan-jangan biaya sosialisai untuk anti korupsi ini dikorupsi pula? Kalau begitu dengan cara lain, apabila engkau melihat atau mengetahui ada gerak gerik gejala orang yang korupsi mesti melapor kepada pihak berwajib. Namun usulan ini tetap saja pesimis, sebab beberapa waktu lalu ada seorang menteri yang melaporkan adanya gejala korupsi ini, ia kemudian diperlakukan seperti terdakwa padahal ia adalah saksi. Pesimis sekali bukan? Oleh sebab itu para penegak hukum yang menangani Korupsi ini juga harus yang bersih, tranparasn, tidak ada hubungannya dengan partai politik, jangan berart sebelah, turuti konstitusi bukan kemauan sendiri, tidak dapat dibeli, integritas penuh, berani mati. Apakah ada orang seperti ini? .

Jadi, sekali lagi mental perorangan yang harus diubah. Mereka yang sudah biasa korupsi tidak takut lagi dipenjarakan. Biar tangan sudah digari, dan memakai baju penjara tetap saja senyum-senyum dan melambai-lambai tangan mereka, efek jerahnya tidak kelihatan. Uang mereka sudah banyak, paling di dalam penjara mereka bertinkah laku baik-baik toh tiba waktunya, ada remisi kelakuan baik, potong hari besar, dan sebagainya dan iapun keluar dari penjara dan tetap saja kaya-raya. Sementara itu selama ia berada dalam penjara usahanya masih berjalan lancar, dan melalui uangnya ia bisa mebeli siapa saja. Aduh, korupsi kapan berkurangnya di Indonesia?, soalnya masih belum berani bertanya kapan musnah dari Indonesia? Namun penulis tidak pesimis, asal bangsa ini mau bersatu dengan yang lain saling bergandeng tangan, lupakan kepentingan pribadi, ayo majukan Indonesia, bernantas korupsi dan berjuangnya bersama, niscaya hal yang bagi kita tidak mungkinpun akan menjadi mungkin terjadi. .

Saud Saumiman.

Desember 2015

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun