Mohon tunggu...
Saumiman Saud
Saumiman Saud Mohon Tunggu... Administrasi - Pemerhati

Coretan di kala senja di perantauan

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Senang Melihat Orang Susah, Susah Melihat Orang Senang

19 Agustus 2015   07:54 Diperbarui: 19 Agustus 2015   07:54 512
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak gampang membiarkan hidup kita lapang dada, artinya bisa menerima orang lain dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Di dunia ini tanpa kita sadari sering ditemukan orang-orang yang menganggap diri pintar dan orang lain semuanya bodoh. Kesombongan merajarela di dalam hidupnya, ia tidak sungkan-sungkan membuat orang lain susah, bahkan ia tidak senang bila melihat orang lain itu bersuka-cita.

Persaingan begitu ketat membuat orang menjadi egois yang penting diri kita sendiri sukes orang lain gagal peduli amat, yang penting diri kita sendiri yang beruntung biar orang lain buntung. Nampaknya sangat kejam, namun hal itu yang terjadi karena kepentingan sendiri itu membawa dampak buruk bagi orang lain. Jurang pemisah (Gap) dan perbedaan status dan ekonomi menciptakan kesombongan, gengsi dapat membawa manusia menjadi iri dan bersikap arogan satu dengan yang lain.

Seharusnya sesuai dengan ajaran firman Tuhan maka manusia satu dengan yang lainnya saling-mengasihi, namun karena sudah terjangkit iri hati maka kasih itu berubah menjadi benci. Kesuksesan pihak lain merupakan ancaman sedangkan kegagalannya merupakan peluang dan kesempatan. Dalam kondisi yang demikian maka tidak heran ada orang yang senang melihat orang susah, dan ia akan susah melihat orang senang. Menginginkan kesusahan orang lain adalah cara kerja iblis.

Orang yang sudah terpengaruh iblis berusaha balas dendam misalnya dengan menyantet, membuat orang lain sakit. Ajaran firman Tuhan itu kasih, cara kerjanya bertolak belakang dengan cara iblis. Kasih menginginkan kebaikan dan keberuntungan bagi orang lain bahkan sesungguhnya termasuk ‘musuh:” kita.

Firman Tuhan mengajar "Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis!" (Roma 12:15). Sikap yang diajarkan oleh firman Tuhan berfokus kepada kasih dari Yesus, ada rasa kepedulian, simpatik dan empatik yang mendalam pada keadaan orang lain; bukan rasa cuek dan hanya fokus pada diri sendiri.

 

Selamat Pagi semua

 

 

Saumiman Saud, SF

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun